Vaksin Merah Putih Buatan Anak Negeri Siap Diproduksi Akhir 2021
Rabu, 18 November 2020 - 15:56 WIB
JAKARTA - Indonesia berkontribusi secara global melawan virus COVID-19 . Selain sebagai salah satu pusat penelitian uji klinik fase III bagi vaksin Sinovac yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia juga turut serta meneliti dan memproduksi vaksin COVID-19 mandiri yang disebut vaksin Merah Putih .
Saat ini Indonesia sedang berproses untuk menghasilkan vaksin. Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek BRIN, Ali Ghufron Mukti menyatakan perusahaan nasional Bio Farma CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) ikut dalam pengembangan vaksin di dunia. (Baca juga: Asli Buatan Anak Bangsa, Vaksin Merah Putih Paling Cocok untuk Indonesia)
“Kita bersyukur bahwa perusahaan nasional Bio Farma masuk ke dalam CEPI yang mana ikut berperan dalam inovasi dan produksi vaksin di dunia,” ujarnya dalam dialog KPC PEN dengan tema Vaksin dan Pembangunan Kesehatan Indonesia secara virtual, Rabu (18/11/2020).
Pengembangan vaksin Merah Putih dengan beberapa institusi seperti Lembaga Eijkman dan beberapa Universitas, termasuk LIPI dengan platform yang berbeda-beda dengan target produksi di tahun 2021.
“Kita targetkan vaksin Merah Putih bisa diproduksi 2021. Faktor yang menjadi fokus pengembangan vaksin Merah Putih tentu keamanannya, kemudian tingkat efektivitasnya. Stabilitas vaksin Merah Putih itu sendiri, implementasi, hingga ketersediaannya nanti juga akan terus dipantau,” jelas Ali Ghufron.
Vaksin Merah Putih, kata Ali Ghufron, berbasis virus COVID-19 yang beredar di Indonesia dan dikembangkan anak bangsa. Kemandirian ini sangat penting, karena menyangkut kedaulatan dan kemampuan sebuah negara dalam penguasaan teknologi dan inovasi.
“Tentu dengan kemajuan ini kita tidak akan menjadi negara trader atau sebatas pengimpor. Kita harus mampu memiliki terobosan, dan untuk diketahui kita sudah mampu mengekspor vaksin ke 140 negara. Indonesia jadi negara rujukan di OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) untuk vaksin,” tegas Ali Ghufron.
Selain itu, Ali Ghufron meminta agar masyarakat tidak perlu takut terhadap vaksin dan program vaksinasi yang nantinya akan dijalankan pemerintah. “Kendati begitu masyarakat harus tetap menjaga kesehatan karena vaksin bukan satu-satunya cara untuk terbebas dari virus COVID-19.” (Baca juga:Bulan Depan Unair Uji Coba Vaksin Merah Putih ke Hewan)
“Tanpa kesehatan segalanya tidak ada artinya, jadi harus kita jaga kesehatan kita paling tidak dengan 3M (Memakai masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak) juga 3T (Tracing, Tracking, dan Treatment). Kita harus mampu berinovasi tidak hanya untuk mengatasi COVID-19 tapi juga memberikan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan terhadap impor,” tambah Ali Ghufron.
Saat ini Indonesia sedang berproses untuk menghasilkan vaksin. Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek BRIN, Ali Ghufron Mukti menyatakan perusahaan nasional Bio Farma CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) ikut dalam pengembangan vaksin di dunia. (Baca juga: Asli Buatan Anak Bangsa, Vaksin Merah Putih Paling Cocok untuk Indonesia)
“Kita bersyukur bahwa perusahaan nasional Bio Farma masuk ke dalam CEPI yang mana ikut berperan dalam inovasi dan produksi vaksin di dunia,” ujarnya dalam dialog KPC PEN dengan tema Vaksin dan Pembangunan Kesehatan Indonesia secara virtual, Rabu (18/11/2020).
Pengembangan vaksin Merah Putih dengan beberapa institusi seperti Lembaga Eijkman dan beberapa Universitas, termasuk LIPI dengan platform yang berbeda-beda dengan target produksi di tahun 2021.
“Kita targetkan vaksin Merah Putih bisa diproduksi 2021. Faktor yang menjadi fokus pengembangan vaksin Merah Putih tentu keamanannya, kemudian tingkat efektivitasnya. Stabilitas vaksin Merah Putih itu sendiri, implementasi, hingga ketersediaannya nanti juga akan terus dipantau,” jelas Ali Ghufron.
Vaksin Merah Putih, kata Ali Ghufron, berbasis virus COVID-19 yang beredar di Indonesia dan dikembangkan anak bangsa. Kemandirian ini sangat penting, karena menyangkut kedaulatan dan kemampuan sebuah negara dalam penguasaan teknologi dan inovasi.
“Tentu dengan kemajuan ini kita tidak akan menjadi negara trader atau sebatas pengimpor. Kita harus mampu memiliki terobosan, dan untuk diketahui kita sudah mampu mengekspor vaksin ke 140 negara. Indonesia jadi negara rujukan di OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) untuk vaksin,” tegas Ali Ghufron.
Selain itu, Ali Ghufron meminta agar masyarakat tidak perlu takut terhadap vaksin dan program vaksinasi yang nantinya akan dijalankan pemerintah. “Kendati begitu masyarakat harus tetap menjaga kesehatan karena vaksin bukan satu-satunya cara untuk terbebas dari virus COVID-19.” (Baca juga:Bulan Depan Unair Uji Coba Vaksin Merah Putih ke Hewan)
“Tanpa kesehatan segalanya tidak ada artinya, jadi harus kita jaga kesehatan kita paling tidak dengan 3M (Memakai masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak) juga 3T (Tracing, Tracking, dan Treatment). Kita harus mampu berinovasi tidak hanya untuk mengatasi COVID-19 tapi juga memberikan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan terhadap impor,” tambah Ali Ghufron.
(kri)
tulis komentar anda