Pengamat: Perkuat Diplomasi Agar Kebijakan Joe Biden Untungkan Indonesia
Sabtu, 14 November 2020 - 22:22 WIB
JAKARTA - Pemerintah Indonesia diminta perkuat diplomasi pertahanan dan mempelajari secara serius kebijakan yang akan diambil oleh Amerika Serikat jika Joe Biden resmi dinobatkan sebagai orang nomor satu di Negara Paman Sam. (Baca juga: Media AS: Biden Menang Pilpres dengan 306 Electoral Votes, Trump 232)
”Amerika zaman Biden akan kembali berperan sebagai polisi dunia karena dia globalis maka akan mencampuri urusan dalam negeri negara lain seperti urusan HAM, seperti kasus-kasus demokrasi Hong Kong, Uighur di Xinjiang, mungkin juga Papua,” ujar pengamat Pertahanan Luar Negeri Susaningtyas Kertopati dalam diskusi Populi Center dan Smart FM Network dengan tema 'Forbidden For Biden', secara virtual pada Sabtu (14/11/2020). (Baca juga: DPR Ingatkan Joe Biden Tak Politisasi Isu HAM di Papua)
Amerika dengan alasan kebebasan navigasi (freedom of navigation), dan komitmen keamanan dengan negara-negara di kawasan. Di sisi lain, Cina begitu aktif dengan platform militernya, memperkuat dan memodernisasi alutsistanya. Termasuk melakukan cyber defence yang sangat luar biasa. ”Sebagai pendulum, kita menentukan diri sendiri. Kalau kita berbaik hati kepada Cina dan Amerika, kita harus dapat porsi keuntungan yang jelas, jangan sampai kita hanya terbawa pada permainan kawasan yang dimainkan oleh Cina dan Amerika. Kita jangan sampai jadi objek,” tegasnya. (Baca juga: Indonesia Harus Terus Dorong Penyelesaian Damai Sengketa Laut China Selatan)
Mantan anggota Komisi I DPR ini mengibaratkan Indonesia seperti anak gadis cantik yang selalu dilirik oleh Amerika dan Cina. Karenanya, Indonesia harus cerdas dalam menyikapi dan berdiplomasi. ”Bicara diplomasi itu tentu tidak bisa mengatakan hanya tugas Kementerian Luar Negeri (Kemlu), di sana ada juga Athan dan Perbinlu yang dalam sistem kerjanya terintegrasi. Mereka saling memberikan masukan untuk akhirnya ada output yang bermanfaat bagi negara.” ucapnya.
Perempuan yang akrab disapa Nuning ini berharap, globalis Biden tidak berperan terlalu aktif sehingga mengacak-acak sistem negara lain, utamanya di ASEAN. Untuk itu, Athan harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang kognitif, hybrid, yang bisa saja terjadi di kawasan. Menurut Nuning, hal itu bisa diantisipasi apabila athan aktif melakukan deteksi dini. "Kita juga harus berpikir bahwa kita sangat mengharapkan apabila memang Biden yang diputuskan sebagai pemenang akan melakukan satu investasi yang positif di Indonesia juga kerja sama yang baik, yang friendly di kawasan. Sehingga tidak memperuncing keadaan yang ada. Saya rasa itulah harapan kita semua. Semoga siapapun yang menjadi Presiden Amerika akan mendatangkan keuntungan bagi Indonesia," tambahnya.
”Amerika zaman Biden akan kembali berperan sebagai polisi dunia karena dia globalis maka akan mencampuri urusan dalam negeri negara lain seperti urusan HAM, seperti kasus-kasus demokrasi Hong Kong, Uighur di Xinjiang, mungkin juga Papua,” ujar pengamat Pertahanan Luar Negeri Susaningtyas Kertopati dalam diskusi Populi Center dan Smart FM Network dengan tema 'Forbidden For Biden', secara virtual pada Sabtu (14/11/2020). (Baca juga: DPR Ingatkan Joe Biden Tak Politisasi Isu HAM di Papua)
Amerika dengan alasan kebebasan navigasi (freedom of navigation), dan komitmen keamanan dengan negara-negara di kawasan. Di sisi lain, Cina begitu aktif dengan platform militernya, memperkuat dan memodernisasi alutsistanya. Termasuk melakukan cyber defence yang sangat luar biasa. ”Sebagai pendulum, kita menentukan diri sendiri. Kalau kita berbaik hati kepada Cina dan Amerika, kita harus dapat porsi keuntungan yang jelas, jangan sampai kita hanya terbawa pada permainan kawasan yang dimainkan oleh Cina dan Amerika. Kita jangan sampai jadi objek,” tegasnya. (Baca juga: Indonesia Harus Terus Dorong Penyelesaian Damai Sengketa Laut China Selatan)
Mantan anggota Komisi I DPR ini mengibaratkan Indonesia seperti anak gadis cantik yang selalu dilirik oleh Amerika dan Cina. Karenanya, Indonesia harus cerdas dalam menyikapi dan berdiplomasi. ”Bicara diplomasi itu tentu tidak bisa mengatakan hanya tugas Kementerian Luar Negeri (Kemlu), di sana ada juga Athan dan Perbinlu yang dalam sistem kerjanya terintegrasi. Mereka saling memberikan masukan untuk akhirnya ada output yang bermanfaat bagi negara.” ucapnya.
Perempuan yang akrab disapa Nuning ini berharap, globalis Biden tidak berperan terlalu aktif sehingga mengacak-acak sistem negara lain, utamanya di ASEAN. Untuk itu, Athan harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang kognitif, hybrid, yang bisa saja terjadi di kawasan. Menurut Nuning, hal itu bisa diantisipasi apabila athan aktif melakukan deteksi dini. "Kita juga harus berpikir bahwa kita sangat mengharapkan apabila memang Biden yang diputuskan sebagai pemenang akan melakukan satu investasi yang positif di Indonesia juga kerja sama yang baik, yang friendly di kawasan. Sehingga tidak memperuncing keadaan yang ada. Saya rasa itulah harapan kita semua. Semoga siapapun yang menjadi Presiden Amerika akan mendatangkan keuntungan bagi Indonesia," tambahnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda