Akses Listrik Berbasis EBT, Dongrak Perekonomian Desa Lubuk Bangkar, Jambi
Jum'at, 13 November 2020 - 15:01 WIB
Masyarakat dapat membaca, membersihkan rumah dan memasak hingga malam hari. Hal ini terutama membantu kelompok perempuan karena mereka-lah yang seringkali memiliki peran domestik lebih besar.
PLTMH juga menjadi stimulan ekonomi bagi Desa Lubuk Bangkar. Pemerintah desa bersama masyarakat mulai menyadari bahwa desa ini memiliki banyak potensi sehingga saat ini usaha kecil dan jasa pariwisata mulai tumbuh. Sebelum pandemi Covid-19, akses listrik telah meningkatkan kunjungan pariwisata ke Bukit Tempurung.
Geliat peningkatan pariwisata juga telah medorong pertumbuhan kegiatan ekonomi skala rumah tangga seperti bisnis kuliner yang juga menggunakan akses listrik untuk mengolah makanan dan minuman. Kini pada masa pandemi Covid-19, kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar Bukit Tempurung tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.
Selain pelaku usaha di sektor pariwisata, peningkatan kesejahteraan juga dirasakan oleh para petani kopi. Akses listrik telah membantu para petani kopi meningkatkan produksi kopi. Mereka kini mengolah biji kopi untuk menambahkan nilai jualnya. Sebelumnya, tanpa akses listrik, petani hanya bisa menjual biji kopi mentah kepada tengkulak dengan harga yang murah.
Melihat adanya potensi penguatan ekonomi sosial masyarakat, dukungan terhadap PLTMH-pun datang dari berbagai pihak. Pemerintah daerah mendukung adanya perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat dengan adanya PLTMH melalui pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) untuk membangun jalan desa sepanjang 700 meter. Jalanan itu dibangun menuju PLTMH agar pengelola dapat mengoperasikan dan merawat fasilitas tersebut.
Upaya membangun aspek lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat melalui akses listrik berbasis EBT adalah investasi jangka panjang. Namun manfaatnya dapat dinikmati untuk lintas generasi. Masyarakat kini menikmati peningkatan pendapatan. Sebagai contoh, kini petani kopi dapat menggunakan pendapatan mereka untuk membeli makanan yang sehat dan menjamin pendidikan anak-anak mereka. Efek lintas generasi ini adalah peluang yang dihasilkan dari adanya akses listrik berbasis EBT.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Harris ditemui di Jakarta, Kamis (12/11/2020) mengungkapkan bahwa akses listrik berbasis EBT adalah cara untuk memenuhi salah satu kebutuhan yang paling esensial dalam kehidupan masyarakat. "Di saat pandemi Covid-19, akses listrik merupakan kebutuhan dasar yang membantu masyarakat untuk dapat bertahan ditengah krisis yang melanda," kata Harris.
Menurutnya, akses listrik ini merupakan faktor penting bagi desa-desa terpencil di luar sana, dari Desa Lubuk Bangkar, "Kita bisa saksikan bahwa kita bisa menjalani hidup dengan energi bersih, memanfaatkan potensi alam di sekitar kita,” ujar Harris.
Untuk diketahui, MTRE3 adalah program lima tahun (2017-2022) yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF). Program MTRE3 bekerja untuk mendukung target pemerintah Indonesia dalam penurunan gas emisi rumah kaca melalui peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan efisiensi energi (EE).
PLTMH juga menjadi stimulan ekonomi bagi Desa Lubuk Bangkar. Pemerintah desa bersama masyarakat mulai menyadari bahwa desa ini memiliki banyak potensi sehingga saat ini usaha kecil dan jasa pariwisata mulai tumbuh. Sebelum pandemi Covid-19, akses listrik telah meningkatkan kunjungan pariwisata ke Bukit Tempurung.
Geliat peningkatan pariwisata juga telah medorong pertumbuhan kegiatan ekonomi skala rumah tangga seperti bisnis kuliner yang juga menggunakan akses listrik untuk mengolah makanan dan minuman. Kini pada masa pandemi Covid-19, kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar Bukit Tempurung tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.
Selain pelaku usaha di sektor pariwisata, peningkatan kesejahteraan juga dirasakan oleh para petani kopi. Akses listrik telah membantu para petani kopi meningkatkan produksi kopi. Mereka kini mengolah biji kopi untuk menambahkan nilai jualnya. Sebelumnya, tanpa akses listrik, petani hanya bisa menjual biji kopi mentah kepada tengkulak dengan harga yang murah.
Melihat adanya potensi penguatan ekonomi sosial masyarakat, dukungan terhadap PLTMH-pun datang dari berbagai pihak. Pemerintah daerah mendukung adanya perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat dengan adanya PLTMH melalui pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) untuk membangun jalan desa sepanjang 700 meter. Jalanan itu dibangun menuju PLTMH agar pengelola dapat mengoperasikan dan merawat fasilitas tersebut.
Upaya membangun aspek lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat melalui akses listrik berbasis EBT adalah investasi jangka panjang. Namun manfaatnya dapat dinikmati untuk lintas generasi. Masyarakat kini menikmati peningkatan pendapatan. Sebagai contoh, kini petani kopi dapat menggunakan pendapatan mereka untuk membeli makanan yang sehat dan menjamin pendidikan anak-anak mereka. Efek lintas generasi ini adalah peluang yang dihasilkan dari adanya akses listrik berbasis EBT.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Harris ditemui di Jakarta, Kamis (12/11/2020) mengungkapkan bahwa akses listrik berbasis EBT adalah cara untuk memenuhi salah satu kebutuhan yang paling esensial dalam kehidupan masyarakat. "Di saat pandemi Covid-19, akses listrik merupakan kebutuhan dasar yang membantu masyarakat untuk dapat bertahan ditengah krisis yang melanda," kata Harris.
Menurutnya, akses listrik ini merupakan faktor penting bagi desa-desa terpencil di luar sana, dari Desa Lubuk Bangkar, "Kita bisa saksikan bahwa kita bisa menjalani hidup dengan energi bersih, memanfaatkan potensi alam di sekitar kita,” ujar Harris.
Untuk diketahui, MTRE3 adalah program lima tahun (2017-2022) yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF). Program MTRE3 bekerja untuk mendukung target pemerintah Indonesia dalam penurunan gas emisi rumah kaca melalui peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan efisiensi energi (EE).
(ars)
tulis komentar anda