Menuju Era Baru Amerika?
Selasa, 03 November 2020 - 06:00 WIB
Bersama keunggulan kekuatan pemaksa (hard power) itu, watak hegemoniknya dalam sistem politik dan ekonomi global belum luntur. Pengaruh dan kekuasaan strukturalnya di beberapa lembaga internasional penting juga tidak luruh. Karena itu, meski presiden berubah dan meski terus mendapat tantangan dari big power lain seperti Rusia bahkan Tiongkok, variabel presiden tidak cukup kuat mengubah dasar-dasar kebijakan luar negeri Amerika.
Antisipasi
Dengan demikian, yang kemungkinan akan terjadi jikalau pun Biden menang adalah sebatas pergeseran pendekatan, gaya, dan retorika. Style keras bahkan cenderung penuh kontroversi dengan jargon Make America Great Again akan terus berlangsung jika Trump kembali terpilih. Sebaliknya, gaya lebih dialogis diplomatis akan lebih kentara jika Biden yang juara.
Keduanya bagi kita membutuhkan antisipasi. Hal itu tidak hanya karena posisi superpower-nya, tapi juga arti pentingnya dalam konteks hubungan bilateral. Para penasihat presiden juga kementerian terkait dipastikan juga sudah mengalkulasi kemungkinan yang terjadi sembari menyiapkan strategi dalam hubungan bilateral khususnya dan dalam fora multilateral.
Bagi kita, Amerika merupakan mitra penting. Hubungan diplomatik RI-AS telah berlangsung 71 tahun lebih. Ia dibuka secara resmi pada 28 Desember 1949 dan kini berada pada tahapan strategic partnership, yakni tahapan penting bagi kedua negara untuk secara bersama-sama berbagi tanggung jawab mencari solusi atas tantangan-tantangan global, sembari menguatkan kerja sama strategis antara kedua negara.
Oleh karenanya, siapa pun yang menang nantinya Indonesia tetap perlu menjaga pelaksanaan HAM di Tanah Air agar tetap terjaga baik dan tidak membuka ruang politisasi dan internasionalisasi sebagaimana embargo yang pernah kita terima dari Amerika pada era Bill Clinton. Selain itu, secara ekonomi kita perlu terus berjuang menjaga surplus neraca perdagangan dengan Amerika sembari mencari pasar alternatif (nontradisional). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa per Agustus 2020, Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan USD1 miliar dengan Amerika. Nilai ekspor kita mencapai USD1,6 miliar, sedangkan nilai impor dari Amerika USD578,8. Dalam bidang pertahanan, upaya mandiri dan diversifikasi sumber alutsista juga patut dilanjutkan agar menopang kemandirian dan tidak bergantung pada satu negara.
Semoga kita mampu mengambil peluang dari kontestasi politik pemilihan presiden pilpres negara adidaya ini.
Antisipasi
Dengan demikian, yang kemungkinan akan terjadi jikalau pun Biden menang adalah sebatas pergeseran pendekatan, gaya, dan retorika. Style keras bahkan cenderung penuh kontroversi dengan jargon Make America Great Again akan terus berlangsung jika Trump kembali terpilih. Sebaliknya, gaya lebih dialogis diplomatis akan lebih kentara jika Biden yang juara.
Keduanya bagi kita membutuhkan antisipasi. Hal itu tidak hanya karena posisi superpower-nya, tapi juga arti pentingnya dalam konteks hubungan bilateral. Para penasihat presiden juga kementerian terkait dipastikan juga sudah mengalkulasi kemungkinan yang terjadi sembari menyiapkan strategi dalam hubungan bilateral khususnya dan dalam fora multilateral.
Bagi kita, Amerika merupakan mitra penting. Hubungan diplomatik RI-AS telah berlangsung 71 tahun lebih. Ia dibuka secara resmi pada 28 Desember 1949 dan kini berada pada tahapan strategic partnership, yakni tahapan penting bagi kedua negara untuk secara bersama-sama berbagi tanggung jawab mencari solusi atas tantangan-tantangan global, sembari menguatkan kerja sama strategis antara kedua negara.
Oleh karenanya, siapa pun yang menang nantinya Indonesia tetap perlu menjaga pelaksanaan HAM di Tanah Air agar tetap terjaga baik dan tidak membuka ruang politisasi dan internasionalisasi sebagaimana embargo yang pernah kita terima dari Amerika pada era Bill Clinton. Selain itu, secara ekonomi kita perlu terus berjuang menjaga surplus neraca perdagangan dengan Amerika sembari mencari pasar alternatif (nontradisional). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa per Agustus 2020, Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan USD1 miliar dengan Amerika. Nilai ekspor kita mencapai USD1,6 miliar, sedangkan nilai impor dari Amerika USD578,8. Dalam bidang pertahanan, upaya mandiri dan diversifikasi sumber alutsista juga patut dilanjutkan agar menopang kemandirian dan tidak bergantung pada satu negara.
Semoga kita mampu mengambil peluang dari kontestasi politik pemilihan presiden pilpres negara adidaya ini.
(bmm)
tulis komentar anda