PSI Minta Pemerintah Pasti Hati-hati Distribusikan Vaksin COVID-19
Rabu, 28 Oktober 2020 - 15:02 WIB
“Kita semua boleh yakin bahwa ketika pemerintah dan IDI memperbolehkan vaksin COVID-19 digunakan maka bisa dipastikan bahwa vaksin tersebut aman. Yang harus kita lakukan sebagai masyarakat adalah sabar menunggu proses yang sedang berlangsung ini. Masyarakat harus bisa menahan diri dan menahan jempol untuk tidak menyebarkan berita-berita yang dapat menimbulkan keresahan dan memadamkan semangat untuk hidup normal kembali seperti dulu kala. Kita harus terbiasa membaca sebuah berita secara komprehensif,” jelas Ketua DPW PSI NTT itu.
Ia mencontohkan pengaruh persebaran berita di media sosial, turut mempengaruhi opini masyarakat. “Beberapa hari yang lalu, saya membaca berita di sebuah media masa dengan judul ‘Korea Selatan kelabakan lihat warganya meninggal satu per satu setelah disuntik vaksin’. Berita ini dikaitkan dengan rencana pemberian vaksin COVID-19, padahal jelas berbeda. Yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan pada saat itu melakukan berbagai cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh warganya, salah satunya dengan memberikan vaksin flu kepada 19 juta orang,” kata Christian.
Lebih jauh, ia menilai pemberitaan itu menyesatkan karena faktanya vaksin flu tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan COVID-19. Menurutnya, perlu dicatat vaksin flu bukan vaksin COVID-19 dan itu dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh, bukan dalam rangka menghilangkan COVID-19 dari Negeri Ginseng.
Belum lagi kita tidak memperoleh data pasti apa penyebab kematian orang yang divaksin flu tersebut. Bisa saja orang tersebut meninggal karena serangan jantung, stroke dan sebagainya. "Kita juga tidak mengetahui umur orang yang meninggal tersebut, berapa jumlah pasti orang yang meninggal atau penyakit penyerta lain (komorbiditas) seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan sebagainya yang dimiliki orang tersebut,” papar dia.
Pada awal masa pandemi, Pemerintah Indonesia sudah menetapkan COVID-19 sebagai bencana non-alam. Tidak ada negara yang menyiapkan diri secara baik menghadapi bencana pandemi ini. Ini terbukti dari sampai hari ini banyak negara besar yang masih berjibaku mencari formula penanganan yang tepat.
Karena itu, Christian meminta semua pihak tidak saling menyalahkan dalam penanganan pandemi COVID-19. “Ini bukan saat yang tepat untuk menyebarkan pesimisme terhadap vaksin, menyalahkan satu sama lain, seperti pemerintah menyalahkan masyarakat karena tidak taat pada protokol kesehatan, masyarakat menyalahkan pemerintah karena ekonomi keluarga yang semakin sulit, masyarakat menyalahkan medis karena tidak mendapat pelayanan (yang kita semua tahu bahwa mereka sangat kelelahan dan kewalahan),” tuturnya.
Terakhir, daripada saling menyalahkan, Christian mengajak masing-masing pihak mengambil bagian dan memaksimalkan peran dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Menurutnya, ini adalah saatnya kita bahu-membahu bekerja sama mengatasi pandemi ini. Semua pihak menjalankan peran masing-masing sebaik-baiknya. (Baca juga: Proses Uji Klinis Vaksin Covid-19 Tahap Tiga, Nihil Laporan Negatif)
"Biarkan pemerintah dan IDI bersinergi untuk mendapatkan hasil maksimal, masyarakat sabar menunggu vaksin sambil tetap taat pada protokol kesehatan, biarkan tenaga medis bekerja semaksimal mungkin dan para ilmuwan memutar otak melanjutkan tahapan uji klinis ini sampai vaksin bisa diproduksi dengan aman,” pungkasnya.
Ia mencontohkan pengaruh persebaran berita di media sosial, turut mempengaruhi opini masyarakat. “Beberapa hari yang lalu, saya membaca berita di sebuah media masa dengan judul ‘Korea Selatan kelabakan lihat warganya meninggal satu per satu setelah disuntik vaksin’. Berita ini dikaitkan dengan rencana pemberian vaksin COVID-19, padahal jelas berbeda. Yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan pada saat itu melakukan berbagai cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh warganya, salah satunya dengan memberikan vaksin flu kepada 19 juta orang,” kata Christian.
Lebih jauh, ia menilai pemberitaan itu menyesatkan karena faktanya vaksin flu tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan COVID-19. Menurutnya, perlu dicatat vaksin flu bukan vaksin COVID-19 dan itu dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh, bukan dalam rangka menghilangkan COVID-19 dari Negeri Ginseng.
Belum lagi kita tidak memperoleh data pasti apa penyebab kematian orang yang divaksin flu tersebut. Bisa saja orang tersebut meninggal karena serangan jantung, stroke dan sebagainya. "Kita juga tidak mengetahui umur orang yang meninggal tersebut, berapa jumlah pasti orang yang meninggal atau penyakit penyerta lain (komorbiditas) seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan sebagainya yang dimiliki orang tersebut,” papar dia.
Pada awal masa pandemi, Pemerintah Indonesia sudah menetapkan COVID-19 sebagai bencana non-alam. Tidak ada negara yang menyiapkan diri secara baik menghadapi bencana pandemi ini. Ini terbukti dari sampai hari ini banyak negara besar yang masih berjibaku mencari formula penanganan yang tepat.
Karena itu, Christian meminta semua pihak tidak saling menyalahkan dalam penanganan pandemi COVID-19. “Ini bukan saat yang tepat untuk menyebarkan pesimisme terhadap vaksin, menyalahkan satu sama lain, seperti pemerintah menyalahkan masyarakat karena tidak taat pada protokol kesehatan, masyarakat menyalahkan pemerintah karena ekonomi keluarga yang semakin sulit, masyarakat menyalahkan medis karena tidak mendapat pelayanan (yang kita semua tahu bahwa mereka sangat kelelahan dan kewalahan),” tuturnya.
Terakhir, daripada saling menyalahkan, Christian mengajak masing-masing pihak mengambil bagian dan memaksimalkan peran dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Menurutnya, ini adalah saatnya kita bahu-membahu bekerja sama mengatasi pandemi ini. Semua pihak menjalankan peran masing-masing sebaik-baiknya. (Baca juga: Proses Uji Klinis Vaksin Covid-19 Tahap Tiga, Nihil Laporan Negatif)
"Biarkan pemerintah dan IDI bersinergi untuk mendapatkan hasil maksimal, masyarakat sabar menunggu vaksin sambil tetap taat pada protokol kesehatan, biarkan tenaga medis bekerja semaksimal mungkin dan para ilmuwan memutar otak melanjutkan tahapan uji klinis ini sampai vaksin bisa diproduksi dengan aman,” pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda