Boni Hargens: Sumpah Pemuda Sakral, Hindari Aksi Anarkistis
Senin, 26 Oktober 2020 - 21:58 WIB
JAKARTA - Tahun 1928, tepatnya 28 Oktober, para pemuda berikrar Indonesia sebagai satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Peristiwa sejarah itu sakral dan menjadi bagian sentral dari perjalanan historia bangsa dan negara Indonesia.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens mengatakan, sudah selayaknya generasi bangsa hari ini memperingati Hari Sumpah Pemuda sebagai momen sejarah yang penting.
"Perjuangan menjadi Indonesia adalah perjuangan tiada henti dalam mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang satu, adil, dan makmur," kata Boni melalui keterangan tertulisnya, Senin 26 Oktober 2020.
Menurut dia, setiap zaman memiliki tantangan sendiri. Para pemuda sebelum dekade 1940-an berjuang melawan kolonialisme dan imperialisme asing, namun para pemuda di jaman sekarang berjuang melawan lebih banyak lagi musuh.
Dia menegaskan, musuh bisa datang dari dalam dan bisa dari luar. Musuh dari dalam misalnya terorisme, radikalisme, dan separatisme. Musuh dari luar, ada yang kelihatan dan ada pula yang tidak kelihatan.
"Jaringan terorisme itu berbasis internasional. Itu musuh yang kelihatan. Dominasi pasar dan penguasaan infrastruktur digital seperti over the top (OTT) masih dihantui kekuatan asing. Kita bisa menyebutnya 'kolonialisme digital' di zaman modern. Tetapi itulah contoh tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia hari ini dan di masa depan," tuturnya. ( )
Dia meminta KAMI menunjukkan sikap mengambil bagian di dalam proyek membangun bangsa dan negara meski melalui jalan yang berbeda. "Berbeda itu normal, tetapi menabrak norma dan hukum yang berlaku hanya supaya kelihatan 'berbeda' itu tidak normal," tandas Boni.
Boni mengakui pemerintahan dalam sistem demokrasi membutuhkan kritik dan evaluasi dari oposisi. "Peran masyarakat sipil harus menonjol dalam memberikan evaluasi, tetapi dengan cara-cara yang tidak melawan hukum supaya tidak kontraproduktif," tuturnya.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens mengatakan, sudah selayaknya generasi bangsa hari ini memperingati Hari Sumpah Pemuda sebagai momen sejarah yang penting.
"Perjuangan menjadi Indonesia adalah perjuangan tiada henti dalam mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang satu, adil, dan makmur," kata Boni melalui keterangan tertulisnya, Senin 26 Oktober 2020.
Menurut dia, setiap zaman memiliki tantangan sendiri. Para pemuda sebelum dekade 1940-an berjuang melawan kolonialisme dan imperialisme asing, namun para pemuda di jaman sekarang berjuang melawan lebih banyak lagi musuh.
Dia menegaskan, musuh bisa datang dari dalam dan bisa dari luar. Musuh dari dalam misalnya terorisme, radikalisme, dan separatisme. Musuh dari luar, ada yang kelihatan dan ada pula yang tidak kelihatan.
"Jaringan terorisme itu berbasis internasional. Itu musuh yang kelihatan. Dominasi pasar dan penguasaan infrastruktur digital seperti over the top (OTT) masih dihantui kekuatan asing. Kita bisa menyebutnya 'kolonialisme digital' di zaman modern. Tetapi itulah contoh tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia hari ini dan di masa depan," tuturnya. ( )
Dia meminta KAMI menunjukkan sikap mengambil bagian di dalam proyek membangun bangsa dan negara meski melalui jalan yang berbeda. "Berbeda itu normal, tetapi menabrak norma dan hukum yang berlaku hanya supaya kelihatan 'berbeda' itu tidak normal," tandas Boni.
Boni mengakui pemerintahan dalam sistem demokrasi membutuhkan kritik dan evaluasi dari oposisi. "Peran masyarakat sipil harus menonjol dalam memberikan evaluasi, tetapi dengan cara-cara yang tidak melawan hukum supaya tidak kontraproduktif," tuturnya.
(dam)
Lihat Juga :
tulis komentar anda