Listrik dan Peradaban

Selasa, 27 Oktober 2020 - 06:11 WIB
Demikian juga yang terjadi di Solo, tempat saya tinggal, kota yang sejak lama dikenal sebagai episentrum tradisi Jawa. Pencapaian itu tidak bisa dilepaskan dari dua faktor, yaitu Paku Buwono X yang memerintah periode 1893–1939 dan aliran listrik. Sebagai raja yang dikenal visioner, PB X menjadikan Solo sebagai kota yang paling awal dialiri listrik di luar Batavia. Solo pada masa PB X, adalah Solo yang “terang” pada malam hari.

Pembangkit listrik dengan tenaga diesel mulai menerangi Solo pada 19 April 1902. Dengan adanya listrik, kegiatan perdagangan dan kesenian bisa dilakukan di malam hari, termasuk pertandingan sepak bola dan pentas wayang di Taman Sriwedari. Tembang lawas “Solo di Waktu Malam”, secara tidak langsung adalah pengakuan keberadaan aliran listrik di Solo saat itu. Melihat peran dan sejarahnya, Kuntoro Mangunsubroto, Dirut PLN periode 2000–2001, pernah mengatakan PLN adalah perusahaan yang paling “merah-putih”. PLN hadir di seluruh pelosok negeri, dari Sabang sampai Merauke. Tidak sebatas masyarakat perkotaan, juga di perdesaan, bahkan masyarakat di daerah terisolasi membutuhkan aliran listrik.

Karenanya, PLN harus kita jaga agar terus maju dan semakin berkembang dalam melayani pelanggan. Selain berperan besar dalam kehidupan, PLN memiliki riwayat perjuangan patriotisme yang hampir sama dengan perusahaan kereta api (PT KAI), perkebunan (PTPN), jasa pos (PT Pos Indonesia), pelayaran (PT Pelni), telekomunikasi (PT Telkom Indonesia), dan lainnya. Tidak berlebihan jika PLN layak disebut sebagai cagar budaya.

Terus Menerangi

Setelah lebih dari satu abad kehadiran listrik di Tanah Air, kini yang terjadi adalah paralelisme historis. Meski bekerja dalam senyap, listrik tetap berperan signifikan dalam mengawal peradaban bangsa kita hari ini. Listrik sebagai salah satu kekuatan yang mengubah sejarah, tetap memiliki posisi sentral baik dari aspek teknis, ekonomi, dan kelembagaan.

Paralelisme itu bisa kita lihat hari ini, ketika perkembangan pengetahuan dan teknologi berjalan begitu cepat. Dengan dukungan listrik, rekayasa apa pun bisa dilakukan, termasuk artificial intelligence. Tentu yang paling kasatmata adalah soal fenomena aliran informasi, dari beragam sumber yang bergerak dengan cepat dan masif.

Peradaban identik dengan etika, nilai inilah yang bisa dijadikan pegangan, selain standard operating procedure yang diterapkan perusahaan. Dari pengalaman empirik, bisa saja PLN menghadapi problem teknis seperti yang pernah terjadi pada awal Agustus 2019, ketika listrik padam secara masif (Jawa dan Bali) dan dalam durasi relatif lama. Atau ada kalanya, ketika PLN mengadakan giliran pemadaman listrik.

Pada fase ini, etika dan profesionalisme jajaran direksi, komisaris, dan karyawan PLN, perlu terus ditingkatkan untuk mencegah hal serupa terjadi. Masyarakat akan tetap percaya pada dedikasi segenap personel PLN, utamanya mereka yang ada di lapangan yang menyusuri jurang terjal dan daerah yang sulit dijangkau—sebagai para “juru kunci peradaban”. Berkat mereka negeri kita terus terang benderang dan terang pula peradabannya.

Selamat Hari Listrik Nasional.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More