Perkuat Diri dengan Menggali Nilai Leluhur Bangsa

Senin, 19 Oktober 2020 - 15:30 WIB
Budayawan Dr Ngatawi Al Zastrouw/ Foto/Istimewa
JAKARTA - Dalam beberapa pekan terakhir, terjadi aksi demonstrasi yang berujung kericuhan di sejumlah kota di Tanah Air. Aksi massa yang dilatarbelakangi oleh pengesahan RUU Cipta Kerja ini memicu pecahnya aksi kekerasan. Bentrok para demonstran dengan aparat keamanan pun tak terhindarkan, bahkan sejumlah fasilitas umum menjadi sasaran amuk massa.

Demonstrasi yang seharusnya menjadi media penyampai aspirasi justru memproduksi ketakutan dan kecemasan yang dirasakan masyarakat. Saluran aspirasi harus memperhitungkan subtansi tujuan dan efektivitas cara mencapai tujuan. Karena jika tidak, penyaluran aspirasi ini malah bisa dimanfaatkan kelompok tertentu dengan narasi-narasi yang meradikalisasi menuju anarkistis.

Mencermati fenomena tersebut, budayawan Dr Ngatawi Al Zastrouw mengungkapkan pentingnya masyarakat untuk membangun aliansi antinarasi radikal dan anti-tindakan anarkisme.



Masyarakat diminta untuk memperkuat diri dengan cara menggali, mengeksplorasi suatu nilai-nilai yang sudah ditanamkan oleh para leluhur bangsa ini dahulu. “Hal ini pada dasarnya watak dari konstruksi budaya tradisi nusantara itu adalah tradisi integratif dan harmoni. Hal inilah yang membuat kita bisa bertahan sampai sekarang ini. Nah dari harmoni dan integrasi inilah yang sebetulnya bisa menyebabkan resiliensi, daya lenting, daya suspensif dari masyarakat kita agar terhindar dari narasi-narasi radikal,” tutur Ngatawi Al Zastrouw Sabtu 17 Oktober 2020.( )

Kendati demikian, menurut dia, masyarakat dapat membuat konter-narasi terhadap narasi-narasi radikalisme ataupun narasi intoleransi. Masyarakat harus memperkuat Khazanah dan contoh-contohnya, baik perspektif yang hidup dalam tradisi maupun dalam sistem nilai yang berkembang di masyarakat.

“Hal itu nantinya untuk kita aktualisasikan sebagai resources atau sumber untuk kita ramu, kita bangun dan kita konstruksi. Sehingga nantinya akan dapat menjadi narasi narasi yang bisa meng-counter terhadap gerakan radikalisme dan terorisme itu,” tutur dosen pascasarjana Universitas Nahdatul Ulama Indonesia Jakarta ini.( )

Pria yang khas dengan blangkonnya ini juga mengingatkan masyarakat untuk selalu bisa melakukan kontrol sosial secara bijak agar tidak mudah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang menggunakan narasi-narasi radikalisasi menuju anarki.

Sejatinya, lanjut dia, masyarakat sebetulnya sudah memiliki self defence mechanism atau mekanisme pertahanan diri untuk menolak yang seperti itu. “Tetapi potensi ini kan tidak akan tumbuh dan tidak akan berkembang kalau tidak ada yang mendampingi, tidak ada yang mendorong atau tidak ada yang memfasilitasi. Mereka ini sudah punya mekanisme pertahananan itu, tetapi masyarakat ini perlu supporting sistem,” tuturnya.

Dirinya memberikan contoh di Wonosobo. Potensi masyarakat untuk membentengi dirinya ini sudah tergarap dengan baik karena banyak tokoh-tokoh, aktor-aktor yang mengeksplorasi ini dan mengaktualisasikan secara tepat."Masyarakatnya sudah memiliki self defence mechanism, potensinya sudah ada dan itu dieksploirasi dan diaktualisasi oleh para tokoh-tokoh penggerak. Nah sekarang harus kita cari penggerak di beberapa daerah lain yang bisa melakukan itu,” tuturnya.

Untuk itu dirinya juga meminta kepada para tokoh masyarakat, tokoh agama untuk mau dan ikut berperan menyampaikan narasi anti radikal dan anti anarkistis kepada masyarakat di daerahnya.
(dam)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More