Di Balik Perang Azerbaijan-Armenia dan Konflik Nagorno-Karabakh yang Absurd

Jum'at, 02 Oktober 2020 - 20:20 WIB
Iran nampaknya akan kembali fokus pada persoalan Kaukasia Selatan. Karena selain Turki dan Rusia, pemgaruh Iran sebagai aktor regional sangat kuat. Terlebih kesepakatan nuklir blok barat Join Comprehensive on A Action (JCPOA) mengalami kegagalan. Iran akan bermain sangat hati-hati jika kedepan yang dihadapi adalah Turki dan Rusia. Turki menyatakan akan membela Azerbaijan baik di meja perindungan ataupun di medan perang, hal ini bertentangan dengan Perancis yang mendukung Armenia.

Dalam pidatonya di stasiun TV lokal (Madaniyat TV), Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev telah memerintahkan operasi kontra ofensif berskala besar. Hal itu dilakukan lantaran Armenia melakukan penyerangan bertubi-tubi terhadap Azerbaijan. Situasi ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi semua pihak. Indonesia sendiri sudah menyatakan agar perang segera dihentikan.

Di Balik konflik Nagorno-Karabakh

Perang Azerbaijan dan Armenia sejak 1988-1994 ini nampaknya akan terus menjadi perhatian dunia sejak. Satu sisi secara hukum internasional Nagorno-Karabakh masuk wilayah Azerbaijan, sementara wilayahnya dihuni etnis Armenia. Di sisi lain juga Nagorno-Karabakh ingin memisahkan diri dan merdeka sejak 1990 dan tidak diakui oleh negara manapun. Konflik Kaukasia Selatan akan mereda andai saja Armenia tidak mengganggu stabilitas keamanan di Nagorno-Karabakh apalagi sampai memprovokasi agar merdeka.

Turki dan Rusia menjadi barometer dalam konflik ini mengingat hal ini sudah diprediksi saat keruntuhan Uni Sovyet bahwa koridor pipa di Kaukasia Selatan merupakan jalur pipa sebagai akses pengiriman minyak dan gas ke pasar internasional dari laut Kaspia. Laut Kaspia sendiri sampai hari ini pun masih menjadi konflik. Dengan cadangan 16 % minyak dunia atau sekitar 200 Milyar barel, tentu menatim banyak pihal asing untuk melakukan eksploitasi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(muh)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More