Tekan Penyebaran Corona di Masyarakat Perlu Dimulai dari Para Tokoh Lokal
Kamis, 01 Oktober 2020 - 16:02 WIB
Selain itu Turro mengatakan, pendekatan yang saat ini dilakukan oleh Satgas adalah pertama melihat dari masing-masing wilayah dan masing-masing komunitas.
"Karena komunitas macam-macam, ada komunitas adat, jadi komunitas yang budayanya sama seperti suku Jawa, Sunda dan lain-lain," jelasnya..
"Kemudian ada komunitas pekerjaan, kumpulan dokter-dokter gitu, kemudian kumpulan ekonom atau yang lainnya. Ada lagi komunitas yang berdasarkan hobi. Ini masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Dan mempunyai leader atau orang-orang yang dianggap penting yang bisa mempengaruhi," ungkapnya.
Turro pun menuturkan, influencer bukan istilah baru, namun saat ini harus dilihat dari bentuk yang berbeda untuk meng-influence atau mengajak masyarakat merubah perilaku di masa pandemi Covid-19 saat ini.
"Seakan-akan istilah-istilah baru, padahal dari dulu udah ada gitu influencer itu dalam bentuk berbeda gitu. Nggak hanya di dalam Youtube, tetapi ada di dalam bentuk pemimpin-pemimpin mereka. Dan ini nggak selalu formal itu yang harus kita ingat," ujarnya.
"Jadi yang diikuti oleh mereka di satu tempat belum tentu Lurahnya atau Camatnya atau Bupatinya bisa jadi adalah Kiai-nya atau mungkin pemimpin gereja, pemimpin adat atau bisa jadi malah di beberapa tempat ada pengusaha yang begitu berpengaruh misalnya," jelasnya.
Turro mengatakan para tokoh masyarakat harus menjadi role model yang bisa meng-influence agar menyatukan cara pandang dalam penanggulangan Covid-19.
"Pertama kali kita lakukan adalah mengidentifikasi dulu di masyarakat-masyarakat tertentu siapa yang influence-nya ini. Dan kemudian kita ngomong ke influencer nya untuk menyatukan cara berpikir, cara pandang dan juga cara menanggulangi Covid ini bersama," pungkasnya.
"Karena komunitas macam-macam, ada komunitas adat, jadi komunitas yang budayanya sama seperti suku Jawa, Sunda dan lain-lain," jelasnya..
"Kemudian ada komunitas pekerjaan, kumpulan dokter-dokter gitu, kemudian kumpulan ekonom atau yang lainnya. Ada lagi komunitas yang berdasarkan hobi. Ini masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Dan mempunyai leader atau orang-orang yang dianggap penting yang bisa mempengaruhi," ungkapnya.
Turro pun menuturkan, influencer bukan istilah baru, namun saat ini harus dilihat dari bentuk yang berbeda untuk meng-influence atau mengajak masyarakat merubah perilaku di masa pandemi Covid-19 saat ini.
"Seakan-akan istilah-istilah baru, padahal dari dulu udah ada gitu influencer itu dalam bentuk berbeda gitu. Nggak hanya di dalam Youtube, tetapi ada di dalam bentuk pemimpin-pemimpin mereka. Dan ini nggak selalu formal itu yang harus kita ingat," ujarnya.
"Jadi yang diikuti oleh mereka di satu tempat belum tentu Lurahnya atau Camatnya atau Bupatinya bisa jadi adalah Kiai-nya atau mungkin pemimpin gereja, pemimpin adat atau bisa jadi malah di beberapa tempat ada pengusaha yang begitu berpengaruh misalnya," jelasnya.
Turro mengatakan para tokoh masyarakat harus menjadi role model yang bisa meng-influence agar menyatukan cara pandang dalam penanggulangan Covid-19.
"Pertama kali kita lakukan adalah mengidentifikasi dulu di masyarakat-masyarakat tertentu siapa yang influence-nya ini. Dan kemudian kita ngomong ke influencer nya untuk menyatukan cara berpikir, cara pandang dan juga cara menanggulangi Covid ini bersama," pungkasnya.
(maf)
tulis komentar anda