Ketimpangan Akses dan Kualitas Pendidikan
Rabu, 30 September 2020 - 06:43 WIB
Kedua, pengaturan jadwal belajar. Ini bertujuan untuk mengurangi jumlah peserta didik maksimal 50% dari keseluruhan peserta. Jadwal kelas bagi peserta berikutnya juga harus diberi selang waktu agar tidak terjadi penumpukan di sekolah. Disamping itu penerapan belajar tanpa jam istirahat juga perlu diterapkan secara disiplin. Kedua opsi ini sangat bisa dijalankan untuk daerah-daerah yang berada dan memiliki fasilitas pendukung PJJ yang rendah apalagi berada di luar kategori zona merah.
Menjaga Kualitas
Kualitas pendidikan kini berada diujung tanduk. Dalam kondisi normal tanpa ada gangguan (disturbance) dari virus yang menyerang saluran pernafasan manusia tersebut, kualitas pendidikan di Indonesia justru menunjukan tren yang mencemaskan. Dari data Indonesia Life Family Survey, penelitian Smeru dan RISE (2018) menunjukan hanya 15% lulusan SMA mampu menjawab pertanyaan kelas IV SD. Kondisi ini diperburuk dengan pelaksanaan PJJ. Hasil kajian yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) pada April 2020 menunjukan sebanyak 34% anak Indonesia merasa suasana rumah kurang mendukung dan nyaman dalam menjalankan metode belajar daring. Karena pengaruh pembelajaran yang dilakukan secara daring tentu berpengaruh terhadap kondisi psikososial anak. Kebosanan, ketakutan akan penyebaran virus, kekerasan mental dari salah satu anggota keluarga imbas dari lesunya ekonomi rumah tangga. Kesedihan karena lenyapnya interaksi fisik dengan teman-teman dan acara di luar rumah praktis memberikan corak sendiri bagi kondisi psikologi anak.
Bagi mereka yang didukung oleh infrastruktur PJJ yang mumpuni, pelaksanaan bimbingan konseling secara daring mutlak diperlukan anak. Pasalnya cara ini termasuk ampuh untuk mengatur kondisi kejiwaan para peserta didik khususnya anak-anak. Harapanya, kemampuan menyerap materi pembelajaran dapat meningkat, kualitas pendidikan pun merangkak naik seiring dengan terjaganya kondisi psikososial para peserta didik. Masa depan bangsa berada di tangan anak-anak saat ini. Kualitas pendidikan dan kesehatan psikososial anak wajib diupayakan semaksimal mungkin. Semakin baik kualitas pendidikan dan kesehatan psikososial anak saat ini maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.
Publik sudah sangat mengetahui bahwa investasi pendidikan bagi generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa merupakan hal strategis. Sudah terbukti bahwa salah satu kunci keberhasilan beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan, Jepang adalah tingginya tingkat kemajuan pendidikan warganya (Booth, 1999). Itu sebabnya meredam ketimpangan yang kini tampak kontras perlu diejawantahkan dengan kebijakan afirmatif, berorientasi bagi terciptanya tata kelola pendidikan yang berkeadilan dan berkualitas demi menghasilkan generasi unggul menyosong Indonesia emas 2045. Jangan sampai Indonesia turun kelas karena kurangnya akumulasi modal sumber daya manusia (human capital) khususnya bagi tunas muda penerus bangsa.
Menjaga Kualitas
Kualitas pendidikan kini berada diujung tanduk. Dalam kondisi normal tanpa ada gangguan (disturbance) dari virus yang menyerang saluran pernafasan manusia tersebut, kualitas pendidikan di Indonesia justru menunjukan tren yang mencemaskan. Dari data Indonesia Life Family Survey, penelitian Smeru dan RISE (2018) menunjukan hanya 15% lulusan SMA mampu menjawab pertanyaan kelas IV SD. Kondisi ini diperburuk dengan pelaksanaan PJJ. Hasil kajian yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) pada April 2020 menunjukan sebanyak 34% anak Indonesia merasa suasana rumah kurang mendukung dan nyaman dalam menjalankan metode belajar daring. Karena pengaruh pembelajaran yang dilakukan secara daring tentu berpengaruh terhadap kondisi psikososial anak. Kebosanan, ketakutan akan penyebaran virus, kekerasan mental dari salah satu anggota keluarga imbas dari lesunya ekonomi rumah tangga. Kesedihan karena lenyapnya interaksi fisik dengan teman-teman dan acara di luar rumah praktis memberikan corak sendiri bagi kondisi psikologi anak.
Bagi mereka yang didukung oleh infrastruktur PJJ yang mumpuni, pelaksanaan bimbingan konseling secara daring mutlak diperlukan anak. Pasalnya cara ini termasuk ampuh untuk mengatur kondisi kejiwaan para peserta didik khususnya anak-anak. Harapanya, kemampuan menyerap materi pembelajaran dapat meningkat, kualitas pendidikan pun merangkak naik seiring dengan terjaganya kondisi psikososial para peserta didik. Masa depan bangsa berada di tangan anak-anak saat ini. Kualitas pendidikan dan kesehatan psikososial anak wajib diupayakan semaksimal mungkin. Semakin baik kualitas pendidikan dan kesehatan psikososial anak saat ini maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.
Publik sudah sangat mengetahui bahwa investasi pendidikan bagi generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa merupakan hal strategis. Sudah terbukti bahwa salah satu kunci keberhasilan beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan, Jepang adalah tingginya tingkat kemajuan pendidikan warganya (Booth, 1999). Itu sebabnya meredam ketimpangan yang kini tampak kontras perlu diejawantahkan dengan kebijakan afirmatif, berorientasi bagi terciptanya tata kelola pendidikan yang berkeadilan dan berkualitas demi menghasilkan generasi unggul menyosong Indonesia emas 2045. Jangan sampai Indonesia turun kelas karena kurangnya akumulasi modal sumber daya manusia (human capital) khususnya bagi tunas muda penerus bangsa.
(ras)
tulis komentar anda