Kuartal IV-2020 yang Sarat Tantangan

Jum'at, 25 September 2020 - 18:18 WIB
Masih di kuartal IV-2020, selain faktor pandemi Covid-19, semua elemen masyarakat tak bisa menghindar dari kenyataan tentang resesi ekonomi dan gangguan alam seperti banjir dan tanah longsor akibat perubahan musim. Jelang penghujung September ini, pemerintah telah memastikan perekonomian nasional tumbuh negatif 1,7%. Pada kuartal III- 2020, terjadi kontraksi 2,9%. Oleh karena kuartai II-III 2020 tumbuh negatif, perekonomian nasional secara teknikal masuk zona resesi. Tak bisa dipungkiri bahwa resesi ekonomi membuat banyak orang takut atau tidak nyaman.

Namun, resesi ekonomi tak perlu didramatisir lagi karena sudah diprediksi sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pekan kedua Maret 2020. Bakal terjadinya resesi ekonomi global sangat mudah untuk diprediksi oleh orang awam sekalipun. Ketika banyak negara menerapkan penguncian (lockdown) atau pembatasan sosial yang ekstrim untuk merespons pandemi itu, dampaknya terhadap semua sub-sistem ekonomi pasti sangat serius.

Ekstrimnya, sebagian besar kerja mesin perekonomian global harus dinon-aktifkan. Pabrik ditutup, jumlah karyawan dikurangi, volume perdagangan diturunkan, volume penerbangan dikurangi, hingga menurunnya kegiatan bongkar-muat barang di pelabuhan. Semua penurunan aktivitas perekonomian itu dengan sendirinya membuka jalan menuju zona resesi. Semua orang yang terdampak akibat menurunnya aktivitas perekonomian itu secara tidak langsung sudah merasakan dampak langsung resesi. Misalnya, karyawan yang gajinya dipotong atau pekerja harian yang kehilangan sumber pendapatan. Ketika banyak orang juga butuh bantuan sosial (bansos), bantuan langsung tunai hingga tunjangan gaji dari pemerintah, semua itu mencerminkan dampak resesi.

Ketika secara teknikal perekonomian sudah dalam zona resesi, tindakan atau kebijakan yang patut diprioritaskan adalah meminimalisir dampaknya terhadap seluruh sistem perekonomian. Menjaga kekuatan permintaan atau konsumsi rumah tangga, merawat daya beli, keberlangsungan puluhan juta usaha mikro, kecil dan usaha menengah (UMKM) hingga kebijakan yang memberi kemudahan atau stimulus bagi siapa saja untuk berbisnis. Ragam kebijakan itu telah dimulai. Bahkan pemerintah sudah memastikan keberlanjutan program Bansos, sejumlah stimulus dan restrukturisasi kredit hingga 2021.

Namun, kebijakan perlindungan sosial seperti ini tidak cukup kuat untuk memulihkan perekonomian. Diperlukan partisipasi semua elemen masyarakat untuk memperbaiki pondasi ekonomi yang rusak akibat pandemi Covid-19. Partisipasi semua orang cukup diaktualisasikan dengan mematuhi protokol kesehatan agar potensi ancaman dari Covid-19 bisa dikendalikan. Ketika jumlah kasus Covid-19 bisa diperkecil hingga level terendah, kerja pemulihan ekonomi bisa segera dimulai. Pemerintah telah memberi perhatian sangat serius pada masalah ini sehingga mengerahkan TNI-Polri ke ruang publik untuk mendorong semua orang mematuhi protokol kesehatan.

Selain kerja meminimalisir dampak resesi, masyarakat dan semua Pemda juga harus mewaspadai dampak perubahan musim. Memang bukan persoalan baru, tetapi kewaspadaan dan langkah-langkah antisipatif sangat diperlukan karena perubahan musim sekarang terjadi ketika pandemi Covid-19 masih berlangsung.

Sudah ada sinyal tentang ekses perubahan musim sekarang ini. Kota Sukabumi dilanda banjir bandang pada Senin (21/9) yang menewaskan dua warga, kemudian berlanjut dengan bencana hidrometeorologi pada Rabu (23/9) sore yang menimbulkan kerusakan bagi sedikitnya 60 unit rumah karena diterjang angin kencang. Di Aceh Barat Daya, terjadi banjir dan tanah longsor di enam kecamatan akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu pada Rabu (23/9) sore. Pemprov DKI Jakarta pun harus antisipatif. Sebab, hujan deras pada Senin (21/9) menyebab munculnya genangan air di sejumlah kawasan.

Apa yang terjadi di Sukabumi, Aceh Barat Daya dan Jakarta patut untuk ditanggapi semua Pemda dengan langkah-langkah antisipatif merespons perubahan musim.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ras)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More