Pegiat Medsos: Saat Ini Konten Media Sosial Hanya Mengejar Viral dan Instan
Jum'at, 11 September 2020 - 14:12 WIB
JAKARTA - Platform media sosial (medsos) Indonesia tak henti diramaikan dengan sengkarut konten. Banyak konten, termasuk dari pesohor medsos yang dinilai asal-asalan. Mereka larut mengejar viewer, apapun konten diciptakan.
(Baca juga: Pengamat Medsos: Konten yang Berkualitas Berpotensi Digemari Banyak Orang)
Muaranya banyak konten medsos hanya mengutamakan kehebohan, kelucuan, bahkan beberapa kali bernuansa hate speech maupun suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
(Baca juga: Kemendagri Apresiasi 5 Kepala Daerah Terapkan Protokol Corona)
Terkait hal ini, pegiat medsos, Adjie Santosoputro mengatakan, konten tersebut lebih mengarah pada konten yang instan dan ingin cepat viral. Padahal, keinginan instan tersebut yang bisa mengarah pada menghalalkan segala cara.
"Intinya, tidak adanya kesadaran diri menjadi salah satu penyebab seorang melakukan berbagai cara untuk membuat konten demi mendapatkan banyak views, perhatian penonton. Tapi kalau memahami hidup hanya seperti itu, akibatnya akan bermain dengan cara meningkatkan views saja. Yang penting attention banyak, enggak peduli kontennya kualitasnya seperti apa," kata Adjie kepada SINDOnews, Jumat (11/9/2020).
(Baca juga: Empat Orang Pulih di Qatar, Total 971 WNI Sembuh Covid-19)
Praktisi emotional healing and mindfulness itu menilai, lingkungan atau kondisi permainan yang diciptakan oleh sosial media hanya semata pada jumlah penonton atau viewers. Bukan kualitas konten, tetapi lebih pada kuantitas penikmat kontennya.
"Karena kondisi permainan dan lingkungannya seperti itu, sebagian orang jadi tidak sadar diri dan hanya berburu kuantitas," ujar youtuber yang memiliki lebih dari 14 ribu subscribers itu.
Tidak dimungkiri jika jumlah subscriber atau views juga ikut berpotensi terhadap peluang mendapatkan rejeki. Namun menurut dia, setiap orang punya motivasi masing-masing, apakah hanya ingin berburu uang, jumlah views, dan sebagainya.
Sejauh ini, lulusan psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menegaskan, dirinya hanya ingin berbagi informasi sesuai dengan bidang yang ditekuninya yaitu kesehatan mental, psikologi, kesadaran diri. Sesuai misinya, dia tidak ingin keluar dari kompetensinya keilmuannya tersebut.
"Itu yang saya bagikan. Jadi saya tidak terpikir untuk melampaui atau keluar dari kompetensi saya. Hanya untuk mengedukasi. Kalaupun tidak banyak views-nya, itu adalah sebab akibat, ada konsekuensinya," tandas pemilik akun Twitter @AdjieSanPutro dengan 168 ribu pengikut tersebut.
(Baca juga: Pengamat Medsos: Konten yang Berkualitas Berpotensi Digemari Banyak Orang)
Muaranya banyak konten medsos hanya mengutamakan kehebohan, kelucuan, bahkan beberapa kali bernuansa hate speech maupun suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
(Baca juga: Kemendagri Apresiasi 5 Kepala Daerah Terapkan Protokol Corona)
Terkait hal ini, pegiat medsos, Adjie Santosoputro mengatakan, konten tersebut lebih mengarah pada konten yang instan dan ingin cepat viral. Padahal, keinginan instan tersebut yang bisa mengarah pada menghalalkan segala cara.
"Intinya, tidak adanya kesadaran diri menjadi salah satu penyebab seorang melakukan berbagai cara untuk membuat konten demi mendapatkan banyak views, perhatian penonton. Tapi kalau memahami hidup hanya seperti itu, akibatnya akan bermain dengan cara meningkatkan views saja. Yang penting attention banyak, enggak peduli kontennya kualitasnya seperti apa," kata Adjie kepada SINDOnews, Jumat (11/9/2020).
(Baca juga: Empat Orang Pulih di Qatar, Total 971 WNI Sembuh Covid-19)
Praktisi emotional healing and mindfulness itu menilai, lingkungan atau kondisi permainan yang diciptakan oleh sosial media hanya semata pada jumlah penonton atau viewers. Bukan kualitas konten, tetapi lebih pada kuantitas penikmat kontennya.
"Karena kondisi permainan dan lingkungannya seperti itu, sebagian orang jadi tidak sadar diri dan hanya berburu kuantitas," ujar youtuber yang memiliki lebih dari 14 ribu subscribers itu.
Tidak dimungkiri jika jumlah subscriber atau views juga ikut berpotensi terhadap peluang mendapatkan rejeki. Namun menurut dia, setiap orang punya motivasi masing-masing, apakah hanya ingin berburu uang, jumlah views, dan sebagainya.
Sejauh ini, lulusan psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menegaskan, dirinya hanya ingin berbagi informasi sesuai dengan bidang yang ditekuninya yaitu kesehatan mental, psikologi, kesadaran diri. Sesuai misinya, dia tidak ingin keluar dari kompetensinya keilmuannya tersebut.
"Itu yang saya bagikan. Jadi saya tidak terpikir untuk melampaui atau keluar dari kompetensi saya. Hanya untuk mengedukasi. Kalaupun tidak banyak views-nya, itu adalah sebab akibat, ada konsekuensinya," tandas pemilik akun Twitter @AdjieSanPutro dengan 168 ribu pengikut tersebut.
(maf)
tulis komentar anda