Pengamat Medsos: Konten yang Berkualitas Berpotensi Digemari Banyak Orang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Media sosial (medsos) bukan hanya wahana untuk komunikasi biasa, tetapi bisa menjadi ladang untuk mendapatkan uang. Masalahnya, banyak konten yang kurang mendidik dan negatif yang diunggah. Celakanya, itu lebih disukai dan viral.
Pengamat Medsos, Enda Nasution menilai konten di medsos itu ada yang berkualitas dan tidak. Masyarakat saat ini kerap disuguhi konten-konten yang tidak berkualitas di platform YouTube. Bahkan, ada video orang diam selama berjam-jam tapi banyak yang melihat itu. Hadirnya konten yang tidak berkualitas, menurutnya karena tidak ada keharusan untuk membuat yang berkualitas. (Baca juga: Banyak Konten Asal-asalan, Saatnya Dibuat Regulasi Bermedsos)
“Boleh posting apa saja, sharing apa saja, cerita, foto, dan lain-lain. Punya kreativitas sendiri-sendiri. Mungkin konteksnya adalah konten yang berkualitas akan jauh berpotensi digemari lebih banyak oleh audiens,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Kamis (10/9/2020).
Dia menerangkan konten yang berkualitas itu akan bermanfaat dan berdampak bagi masyarakat luas. Konten yang informatif akan memberikan sesuatu yang bisa dipelajari dan pengetahuan baru. Kontennya, misalnya mengenai tempat-tempat wisata, produk, dan layanan baru. Ada juga yang memberikan beragam tips, misalnya desain grafis dan cara memasak.
Konten-konten yang bagus di medsos akan membuat masyarakat terhibur, tertawa, dan perasaannya senang. Namun, tidak bisa dibantah saat ini banyak konten yang tidak berkualitas tapi viral dan banyak yang melihatnya. Enda menyatakan ada beberapa hal yang menyebabkan itu, misalnya penyebaran untuk mengejek orang lain.
“Ada banyak untuk viral dan ngetop sehingga bisa banyak audiensnya. Salah satunya, posting yang kontroversial, sensasional, dan ribut dengan orang lain. Itu bisa berkontribusi terhadap kepopuleran seseorang,” tuturnya. (Baca juga: Medsos Banyak Diisi Konten Negatif, Komisi I Tekankan Pentingnya Data Center)
Youtuber, konten kreator, dan influencer menjadi pekerjaan baru. Masyarakat atau pengguna medsos yang ingin menjadi konten kreator bisa mempelajari secara otodidak dari informasi di internet. “Jadi tidak perlu lembaga khusus. Yang diperlukan rasa ingin tahu dan terus belajar, serta mengasah kemampuan ide dan kemampuan dalam pembuatan konten,” pungkasnya.
Pengamat Medsos, Enda Nasution menilai konten di medsos itu ada yang berkualitas dan tidak. Masyarakat saat ini kerap disuguhi konten-konten yang tidak berkualitas di platform YouTube. Bahkan, ada video orang diam selama berjam-jam tapi banyak yang melihat itu. Hadirnya konten yang tidak berkualitas, menurutnya karena tidak ada keharusan untuk membuat yang berkualitas. (Baca juga: Banyak Konten Asal-asalan, Saatnya Dibuat Regulasi Bermedsos)
“Boleh posting apa saja, sharing apa saja, cerita, foto, dan lain-lain. Punya kreativitas sendiri-sendiri. Mungkin konteksnya adalah konten yang berkualitas akan jauh berpotensi digemari lebih banyak oleh audiens,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Kamis (10/9/2020).
Dia menerangkan konten yang berkualitas itu akan bermanfaat dan berdampak bagi masyarakat luas. Konten yang informatif akan memberikan sesuatu yang bisa dipelajari dan pengetahuan baru. Kontennya, misalnya mengenai tempat-tempat wisata, produk, dan layanan baru. Ada juga yang memberikan beragam tips, misalnya desain grafis dan cara memasak.
Konten-konten yang bagus di medsos akan membuat masyarakat terhibur, tertawa, dan perasaannya senang. Namun, tidak bisa dibantah saat ini banyak konten yang tidak berkualitas tapi viral dan banyak yang melihatnya. Enda menyatakan ada beberapa hal yang menyebabkan itu, misalnya penyebaran untuk mengejek orang lain.
“Ada banyak untuk viral dan ngetop sehingga bisa banyak audiensnya. Salah satunya, posting yang kontroversial, sensasional, dan ribut dengan orang lain. Itu bisa berkontribusi terhadap kepopuleran seseorang,” tuturnya. (Baca juga: Medsos Banyak Diisi Konten Negatif, Komisi I Tekankan Pentingnya Data Center)
Youtuber, konten kreator, dan influencer menjadi pekerjaan baru. Masyarakat atau pengguna medsos yang ingin menjadi konten kreator bisa mempelajari secara otodidak dari informasi di internet. “Jadi tidak perlu lembaga khusus. Yang diperlukan rasa ingin tahu dan terus belajar, serta mengasah kemampuan ide dan kemampuan dalam pembuatan konten,” pungkasnya.
(kri)