Enam Bulan Berlalu, Pandemi Covid-19 Belum Terkendali

Jum'at, 04 September 2020 - 06:03 WIB
Menurut dia, target tes harian ini terkendala oleh banyaknya petugas laboratorium yang terpapar Covid. Padahal pihaknya berupaya meningkatkan itu dengan pendistribusian alat PCR ke berbagai daerah. Hanya saja, karena banyak petugas laboratorium terpapar sehingga, laboratorium pun harus ditutup sementara.

“Diperlukan berbagai macam langkah dan mencari teknologi yang lebih aman bagi petugas laboratorium kita,” ujar Doni. Dia lantas menuturkan, untuk upaya vaksinasi, Menteri BUMN selaku ketua pelaksana menargetkan dalam beberapa bulan mendatang untuk mendapatkan vaksin Covid-19 produksi Sinovac Biotech asal China.

Sebelumnya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional alias Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menandasksan, kehadiran vaksin Covid-19 akan menjadi kunci pemulihan ekonomi akibat pandemi. Alasannya saat ini Indonesia masih memiliki tingkat positivitas Covid-19 yang tinggi. Padahal di sisi lain jumlah tes yang dilakukan di Tanah Air masih relatif rendah. (Baca juga: Banyuwangi Bakal jadi Pusat Wisata Bahari Kelas Dunia)

"Indonesia kalau berdasarkan jumlah tes corona per minggu, per seribu penduduk, dari Februari 2020 sampai dengan 31 Agustus 2020, kita termasuk yang terendah di dunia," ujar Suharso dalam rapat bersama Komisi Keuangan DPR, Rabu (2/9).

Berdasar syarat yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, negara yang telah memenuhi angka jumlah tes per pekan per seribu penduduk itu harusnya berada pada kisaran garis 1. Adapun Indonesia masih berada di bawah 0,1.

Adapun untuk tingkat positivitas atau positivity rate, Indonesia menjadi negara yang diwarnai merah dengan tingkat positivitas pada kisaran 10-20 persen. “Ternyata saya cek hari ini kita masih 17%, jadi dari 100 orang yang dites, 17 orang positif," ujar Suharso. "Menjadi benar bahwa game changer-nya adalah ditemukannya vaksin."

Sementara itu epidemiolog UI Syahrizal Syarif tak menampik jika uji tes di Indonesia masih rendah. Menurutnya kemampuan itu dikarenakan dari segi kapasitas memang hanya mampu melakukan uji tes spesimen tak sampai 30.000 per harinya.

“Dari jumlah laboratorium saja ada 320, itu pun enggak nambah lagi. Kalaupun nambah, itu pun jumlahnya enggak banyak. Karena membuat lab itu enggak mudah. Bukan sekadar membeli mesin PCR, teapi juga harus melatih tenaga yang menggunakannya,” kata Syahrizal kepada KORAN SINDO.

Untuk meningkatkan rasio Covid-19 , tergantung kemampuan dalam melakukan pemeriksaan. Mulai dari menambah kapasitas jumlah tes hingga tenaga pemeriksanya. (Lihat videonya: Gadis Cantik Berpofesi Sebagai Operator Alat Berat)

“Pemeriksaan spesimen bukan sim salabim. Tetap saja pemerintah harus meningkatkan kapasitas pemeriksaan hariannya melalui uji PCR yang semula 200–300 tes untuk satu tempat, itu ditingkatkan. Apalagi sekarang ini kita masih sekitar 24.000 spesimen per hari. Sampai 30.000 aja susah banget. Termasuk tenaga pemeriksa yang semula hanya 2 orang ditambah menjadi 3 orang,” ucapnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More