Dokter Gugur Tembus Angka 100 Orang, Netty PKS Merasa Kehilangan
Selasa, 01 September 2020 - 08:55 WIB
JAKARTA - Dokter di Tanah Air yang meninggal dunia akibat Covid-19 sudah lebih dari 100. Pemerintah harus memperhatikan tenaga medis sebagai salah satu tulang punggung penanganan pandemi Covid-19.
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ( DPR RI ) Netty Prasetiyani mengatakan ini sebagai sebuah bencana kemanusiaan sekaligus akibat kepemimpinan. Dia mengungkapkan semua negara yang berhasil menangani pandemi Covid-19 adalah yang memiliki pemimpin dengan karakter kuat, memahami betul permasalahan dan penanganannya.
Pemerintah harus memfokuskan kebijakan dan anggaran penanganan Covid-19 untuk melindungi masyarakat dan tenaga kesehatan. Tantangan Indonesia, jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan masyarakat.
( ).
"Mereka adalah aset berharga negara. Butuh proses dan waktu yang panjang untuk bisa menghasilkan tenaga kesehatan seperti mereka. Kepergian mereka sebuah kehilangan yang teramat sangat," ujarnya kepada SINDOnews.
Pandemi Covid-19 di Indonesia belum ada tanda-tanda akan mereda. Jumlah kasus positif setiap harinya selalu tinggi. Pada Senin kemarin, jumlah orang yang positif sebanyak 2.743.
(
).
Netty menilai ada pola penanganan pandemi Covid-19 yang tidak tepat di Indonesia. Pemerintah seharusnya fokus pada 3T (tracing, testing, dan treatment). Pola 3T ini akan berimplikasi pada pencegahan, deteksi, dan respons.
"Hari ini, pemerintah Indonesia tidak membuat dan melaksanakan kebijakan yang berdasarkan saintifik dan praktik penanganan berdasarkan sejarah masa lalu. Pemerintah seharusnya mengambil kebijakan yang melindungi dan menyelamatkan manusia sebagai pelaku ekonominya," tuturnya.
Yang terjadi sekarang, menurutnya, pemerintah fokus pada paket-paket ekonomi dan mengesampingkan manusianya. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyatakan pandemi ini akan selesai dengan adanya intervensi kesehatan masyarakat, yakni 3T dan perubahan perilaku.
"Perubahan perilaku adalah intervensi murah, mudah, dan bisa dilakukan semua orang. Perubahan perilaku adalah pencegahan dan new norm yang harus dipraktikkan," pungkasnya.
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ( DPR RI ) Netty Prasetiyani mengatakan ini sebagai sebuah bencana kemanusiaan sekaligus akibat kepemimpinan. Dia mengungkapkan semua negara yang berhasil menangani pandemi Covid-19 adalah yang memiliki pemimpin dengan karakter kuat, memahami betul permasalahan dan penanganannya.
Pemerintah harus memfokuskan kebijakan dan anggaran penanganan Covid-19 untuk melindungi masyarakat dan tenaga kesehatan. Tantangan Indonesia, jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan masyarakat.
( ).
"Mereka adalah aset berharga negara. Butuh proses dan waktu yang panjang untuk bisa menghasilkan tenaga kesehatan seperti mereka. Kepergian mereka sebuah kehilangan yang teramat sangat," ujarnya kepada SINDOnews.
Pandemi Covid-19 di Indonesia belum ada tanda-tanda akan mereda. Jumlah kasus positif setiap harinya selalu tinggi. Pada Senin kemarin, jumlah orang yang positif sebanyak 2.743.
(
Baca Juga
Netty menilai ada pola penanganan pandemi Covid-19 yang tidak tepat di Indonesia. Pemerintah seharusnya fokus pada 3T (tracing, testing, dan treatment). Pola 3T ini akan berimplikasi pada pencegahan, deteksi, dan respons.
"Hari ini, pemerintah Indonesia tidak membuat dan melaksanakan kebijakan yang berdasarkan saintifik dan praktik penanganan berdasarkan sejarah masa lalu. Pemerintah seharusnya mengambil kebijakan yang melindungi dan menyelamatkan manusia sebagai pelaku ekonominya," tuturnya.
Yang terjadi sekarang, menurutnya, pemerintah fokus pada paket-paket ekonomi dan mengesampingkan manusianya. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyatakan pandemi ini akan selesai dengan adanya intervensi kesehatan masyarakat, yakni 3T dan perubahan perilaku.
"Perubahan perilaku adalah intervensi murah, mudah, dan bisa dilakukan semua orang. Perubahan perilaku adalah pencegahan dan new norm yang harus dipraktikkan," pungkasnya.
(zik)
tulis komentar anda