Belum Tentukan Calon di Surabaya, PDIP Tak Ingin Salah Beri Dukungan
Senin, 31 Agustus 2020 - 12:25 WIB
JAKARTA - Dari 270 daerah yang mengggelar Pilkada serentak 2020, tersisa hanya Pilkada kota Surabaya yang belum diumumkan oleh PDI Perjuangan. Meski menjadi basis 'merah' selama 20 tahun, PDIP belum menentukan jagoan mereka untuk diusung sebagai calon walikota dan wakil walikota pengganti Tri Rismaharini.
(Baca juga: Kalau Rakyat Surabaya Apresiasi Risma, Siapa Pun yang Diusung PDIP Pasti Menang)
Saat ini baru ada satu paslon yang siap bertarung di Pilwakot Surabaya, yakni Machfud Arifin yang berpasangan dengan Mujiaman Sukirno. Pasangan ini diusung dan didukung mayoritas partai politik alias koalisi gajah.
(Baca juga: Ini Alasan PKS Ingin Ambang Batas Pencalonan Kepala Daerah Turun)
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, PDIP sedang galau untuk menentukan jagoannya di Surabaya. "Bisa saja lawan yang dihadapi kuat, karena memborong hampir semua partai," tutur Ujang saat dihubungi SINDOwnews, Senin (31/8/2020).
Selain itu, Ujang menganggap, bisa juga karena setelah Risma, tak ada kader PDIP yang siap, atau setidaknya cocok menggantikan Risma. Oleh karena itu, PDIP sangat hati-hati dan tak sembarangan dalam mengusung calon di Surabaya.
"Salah-salah mendukung calon, maka kekuasaan di Surabaya akan pindah ke tangan partai lain," ujar Analis Politik asal Universitas Al Azhar Indonesia ini menandaskan.
(Baca juga: Kalau Rakyat Surabaya Apresiasi Risma, Siapa Pun yang Diusung PDIP Pasti Menang)
Saat ini baru ada satu paslon yang siap bertarung di Pilwakot Surabaya, yakni Machfud Arifin yang berpasangan dengan Mujiaman Sukirno. Pasangan ini diusung dan didukung mayoritas partai politik alias koalisi gajah.
(Baca juga: Ini Alasan PKS Ingin Ambang Batas Pencalonan Kepala Daerah Turun)
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, PDIP sedang galau untuk menentukan jagoannya di Surabaya. "Bisa saja lawan yang dihadapi kuat, karena memborong hampir semua partai," tutur Ujang saat dihubungi SINDOwnews, Senin (31/8/2020).
Selain itu, Ujang menganggap, bisa juga karena setelah Risma, tak ada kader PDIP yang siap, atau setidaknya cocok menggantikan Risma. Oleh karena itu, PDIP sangat hati-hati dan tak sembarangan dalam mengusung calon di Surabaya.
"Salah-salah mendukung calon, maka kekuasaan di Surabaya akan pindah ke tangan partai lain," ujar Analis Politik asal Universitas Al Azhar Indonesia ini menandaskan.
(maf)
tulis komentar anda