Kecam Kekerasan di Pilkada Sampang, PKB: Tak Ada Pesta Demokrasi Seharga Nyawa Manusia
Senin, 18 November 2024 - 14:33 WIB
JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengecam insiden kekerasan yang terjadi dalam proses pilkada di Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang pada Minggu, 17 November 2024. Sebab Kekerasan tersebut melukai nilai-nilai demokrasi.
Wakil Ketua Harian DPP PKB Nadya Alfi Roihana, menyampaikan kecaman keras terhadap peristiwa yang mengakibatkan tewasnya seorang saksi dari Pasangan Calon Jimad Sakteh. Nadya menyebut PKB mengutuk keras segala bentuk kekerasan, terutama yang terjadi dalam konteks demokrasi.
"Kekerasan ini tidak hanya melukai nilai-nilai demokrasi, tetapi juga merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang seharusnya dilandasi perdamaian dan persatuan,” ujar Nadya di Jakarta, Senin (18/11/2024).
Sebagai salah satu pilar utama demokrasi, pilkada merupakan ajang bagi rakyat untuk menyuarakan aspirasi politiknya secara damai dan bermartabat. Nadya mengingatkan, pilkada harus tetap menjadi pesta demokrasi yang menggembirakan, bukan menjadi alasan untuk saling menyerang. “Jangan biarkan fanatisme buta terhadap pasangan calon mengorbankan kedamaian dan kerukunan yang telah dibangun bersama,” ujarnya.
Nadya mengingatkan perbedaan pilihan adalah hal yang wajar dalam demokrasi, namun tidak boleh berujung pada permusuhan atau kekerasan.
"Segala bentuk kekerasan hanya akan menciptakan luka sosial yang mendalam di masyarakat. Terlebih perpecahan yang ditimbulkan oleh konflik semacam ini sering kali membutuhkan waktu lama untuk dipulihkan," katanya.
Nadya juga mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Sampang agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan situasi untuk kepentingan tertentu.
Wakil Ketua Harian DPP PKB Nadya Alfi Roihana, menyampaikan kecaman keras terhadap peristiwa yang mengakibatkan tewasnya seorang saksi dari Pasangan Calon Jimad Sakteh. Nadya menyebut PKB mengutuk keras segala bentuk kekerasan, terutama yang terjadi dalam konteks demokrasi.
"Kekerasan ini tidak hanya melukai nilai-nilai demokrasi, tetapi juga merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang seharusnya dilandasi perdamaian dan persatuan,” ujar Nadya di Jakarta, Senin (18/11/2024).
Sebagai salah satu pilar utama demokrasi, pilkada merupakan ajang bagi rakyat untuk menyuarakan aspirasi politiknya secara damai dan bermartabat. Nadya mengingatkan, pilkada harus tetap menjadi pesta demokrasi yang menggembirakan, bukan menjadi alasan untuk saling menyerang. “Jangan biarkan fanatisme buta terhadap pasangan calon mengorbankan kedamaian dan kerukunan yang telah dibangun bersama,” ujarnya.
Nadya mengingatkan perbedaan pilihan adalah hal yang wajar dalam demokrasi, namun tidak boleh berujung pada permusuhan atau kekerasan.
Baca Juga
"Segala bentuk kekerasan hanya akan menciptakan luka sosial yang mendalam di masyarakat. Terlebih perpecahan yang ditimbulkan oleh konflik semacam ini sering kali membutuhkan waktu lama untuk dipulihkan," katanya.
Nadya juga mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Sampang agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan situasi untuk kepentingan tertentu.
tulis komentar anda