Jalur Rempah vs Jalur Sutra Modern
Kamis, 07 November 2024 - 17:01 WIB
Dengan pendekatan investasi dan pembangunan berkelanjutan, BRI telah menjadi instrumen bagi Tiongkok untuk menegaskan dominasinya dalam peta ekonomi global, sekaligus membuktikan bagaimana strategi infrastruktur yang kuat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat hubungan bilateral di kawasan Asia dan sekitarnya.
Berbeda dengan pendekatan Tiongkok yang berfokus pada pembangunan infrastruktur lintas negara, Indonesia dapat memperkuat posisinya dengan berfokus pada penguatan pasar produk hilirisasi dan turunannya, khususnya komoditas rempah. Indonesia wajib membangkitkan kembali "jalur rempah" modernnya dan memperkuat posisi dalam perdagangan global melalui hilirisasi dan industrialisasi perkebunan. Di tengah keberhasilan komoditas kelapa sawit yang menjadi pilar devisa negara, rempah-rempah juga menunjukkan potensi besar sebagai komoditas ekspor andalan.
Produk olahan rempah dan bahan obat tradisional, seperti yang dikembangkan oleh Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan (PSI Perkebunan), memiliki potensi untuk dipasarkan tidak hanya sebagai bahan mentah, tetapi juga sebagai produk bernilai tambah yang memenuhi standar internasional, termasuk yang terstandar nasional (SNI). Melalui standardisasi dan inovasi produk, Indonesia dapat membangunkan rantai pasok rempah yang berkelanjutan dalam memenuhi permintaan pasar global.
Selain itu, penguatan riset dan budidaya yang terpadu menjadi kunci utama dalam membuka jalur perdagangan rempah modern. Konsensus yang dijalankan oleh PSI Perkebunan bersama berbagai stakeholder rempah dapat menyesuaikan produk dengan standar internasional dan kebutuhan pasar. Pendekatan ini akan memungkinkan Indonesia untuk mengekspor produk-produk jadi bernilai tinggi seperti minuman herbal, rempah bumbu, dan produk turunan lainnya.
Pemanfaatan potensi kekayaan alam dan industrialisasi rempah Indonesia perlu mengikuti model yang dibangun Tiongkok. Dengan fokus pada jalur pemasaran global, pengolahan produk dan menciptakan nilai tambah dari produk perkebunan, seperti rempah. Jalur rempah Indonesia harus memasuki lembaran baru, melalui hilirisasi dan penguatan kembali posisi Jalur Rempah Modern, untuk kebangkitan ekonomi nasional.
Berbeda dengan pendekatan Tiongkok yang berfokus pada pembangunan infrastruktur lintas negara, Indonesia dapat memperkuat posisinya dengan berfokus pada penguatan pasar produk hilirisasi dan turunannya, khususnya komoditas rempah. Indonesia wajib membangkitkan kembali "jalur rempah" modernnya dan memperkuat posisi dalam perdagangan global melalui hilirisasi dan industrialisasi perkebunan. Di tengah keberhasilan komoditas kelapa sawit yang menjadi pilar devisa negara, rempah-rempah juga menunjukkan potensi besar sebagai komoditas ekspor andalan.
Produk olahan rempah dan bahan obat tradisional, seperti yang dikembangkan oleh Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan (PSI Perkebunan), memiliki potensi untuk dipasarkan tidak hanya sebagai bahan mentah, tetapi juga sebagai produk bernilai tambah yang memenuhi standar internasional, termasuk yang terstandar nasional (SNI). Melalui standardisasi dan inovasi produk, Indonesia dapat membangunkan rantai pasok rempah yang berkelanjutan dalam memenuhi permintaan pasar global.
Selain itu, penguatan riset dan budidaya yang terpadu menjadi kunci utama dalam membuka jalur perdagangan rempah modern. Konsensus yang dijalankan oleh PSI Perkebunan bersama berbagai stakeholder rempah dapat menyesuaikan produk dengan standar internasional dan kebutuhan pasar. Pendekatan ini akan memungkinkan Indonesia untuk mengekspor produk-produk jadi bernilai tinggi seperti minuman herbal, rempah bumbu, dan produk turunan lainnya.
Pemanfaatan potensi kekayaan alam dan industrialisasi rempah Indonesia perlu mengikuti model yang dibangun Tiongkok. Dengan fokus pada jalur pemasaran global, pengolahan produk dan menciptakan nilai tambah dari produk perkebunan, seperti rempah. Jalur rempah Indonesia harus memasuki lembaran baru, melalui hilirisasi dan penguatan kembali posisi Jalur Rempah Modern, untuk kebangkitan ekonomi nasional.
(zik)
tulis komentar anda