Jalur Rempah vs Jalur Sutra Modern

Kamis, 07 November 2024 - 17:01 WIB
Indonesia memiliki kekayaan rempah yang tidak hanya bertahan dalam sejarah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama di kawasan maritim seperti Pulau Buton dan Maluku. Meski tak sepopuler pada masa keemasannya, jalur perdagangan rempah Indonesia tetap hidup melalui tradisi maritim yang diwariskan turun-temurun. Pulau-pulau seperti Banda, Ternate, dan Ambon di Maluku masih menjadi sentra produksi pala dan cengkih, dua rempah yang terkenal sejak zaman kolonial dan kini menjadi salah satu komoditas unggulan yang berkontribusi terhadap perekonomian lokal.



Indonesia pun terus berupaya mengoptimalkan potensi rempahnya, tak hanya untuk pasar lokal tetapi juga untuk memenuhi permintaan pasar global. BPS mencatat berbagai jenis rempah, seperti lada, vanili, cengkih, kayu manis, kapulaga, andaliman, dan pala, yang berkontribusi signifikan terhadap ekspor nasional. Pada tahun 2023 Peningkatan ekspor rempah sebesar 29,8% lebih yang mencapai total volume 148,22 ribu ton. Sementara nilai ekspor rempah-rempah utuh mencapai US$469 juta, atau setara Rp 7,4 Triliun. Sebagian besar ekspor rempah Indonesia masih dalam bentuk mentah, sehingga nilai tambah yang diperoleh belum optimal.

Kementerian Pertanian melalui Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) dan lembaga terkait menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk memastikan kualitas rempah yang dihasilkan. Standar ini penting dalam meningkatkan mutu produk sekaligus memberi kepastian kepada konsumen, terutama dalam menjaga kualitas ekspor. Standardisasi ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha rempah, termasuk petani, serta mengembalikan posisi terhormat kooditas rempah Indonesia di pasar global.

Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai penghasil rempah-rempah berkualitas tinggi, seperti cengkeh, lada, pala, kayu manis, dan jahe. Kendati demikian, sekor ini masih menghadapi tantangan untuk membawa hilirisasi komoditas rempahnya untuk dapat meningkatkan nilai ekonominya. Industrialisasi rempah Indonesia dapat memberikan devisa lebih besar, mirip dengan apa yang terjadi pada komoditas kelapa sawit.



Dengan upaya pemerintah dalam standardisasi, pemberdayaan, dan industrialisasi, rempah Nusantara memiliki potensi besar untuk kembali berjaya di tingkat global, mengangkat nama Indonesia sebagai produsen rempah berkualitas tinggi dan memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.

Jalur Sutra vs Jalur Rempah



Negara Tiongkok melalui program ambisius Jalur Sutra modern, atau Belt and Road Initiative (BRI), berusaha memperluas pengaruh ekonomi dan geopolitiknya melalui pembangunan infrastruktur besar-besaran di berbagai negara. Proyek ini dimulai pada 2013 oleh Presiden Xi Jinping dengan menciptakan jalur perdagangan lintas benua yang menghubungkan Tiongkok dengan Eropa melalui Eurasia, dan kawasan Asia-Pasifik hingga Afrika.

BRI telah memberikan Tiongkok kekuatan ekonomi yang signifikan dengan membangun jaringan pemasaran melalui infrastruktur global, yang mencakup jalur kereta api, pelabuhan, dan jalan raya, memudahkan pergerakan barang dan mempercepat arus perdagangan internasional. BRI juga memainkan peran penting dalam memperkuat stabilitas ekonomi Tiongkok setelah menghadapi berbagai tantangan ekonomi global.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More