Memahami Kepemimpinan Presiden Prabowo
Jum'at, 25 Oktober 2024 - 21:24 WIB
Tetapi Prabowo menolak diberi keringanan. “Karena Bank Mandiri adalah bank milik negara,” tegasnya.
Kalau jiwa-raganya dipersembahkan untuk negara dan bangsanya ketika masih aktif di militer, bahkan berada di garis depan memimpin pertempuran dan operasi militer di berbagai daerah, apalagi hanya masalah utang—negara tak boleh dirugikan. Itulah sikap Prabowo, patriot sejati yang layak diteladani semua anak bangsa, termasuk semua debitur bank, bahkan semua pejabat negara, agar negara tidak dirugikan.
Di usianya yang 73 tahun, Prabowo ingin berlari kencang, agar dalam masa jabatannya sejumlah target prioritas dapat tercapai. Ia bertekad bahwa Indonesia harus mencapai swasembada pangan dan swasembada energi dalam tempo empat sampai lima tahun ke depan.
Jangan lagi ada orang miskin di negeri ini, sebab negeri ini sangat kaya alamnya. Kalau tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman, tapi jangangkan keju singkong pun masih kita impor?
Kalau alamnya kaya tetapi banyak rakyat masih miskin, itu berarti penyebabnya adalah salah kelola (mismanagement) seperti kata pakar manajemen sedunia Peter F. Drucker: There’s no underdeveloped country, only undermanaged ones.
Itulah sebabnya maka Prabowo tampil dengan paradigma baru: berani mengakui kekurangan, dan berani mengatasinya dengan menggerakkan segenap komponen bangsa untuk bersatu-padu, bergotongroyong mengatasi pelbagai masalah. Itulah sikap kepemimpinan yang patut diacungi dua jempol.
Sebab selama ini sering kita melihat angka-angka statistik yang ditampilkan secara politis, tetapitidak sepenuhnya memotret realitas kehidupan masyarakat. Tabiat itu yang ingin diubahnya agar para pemimpin tidak mengandalkan pencitraan, tetapi bersikap jujur terhadap realitas sosial-ekonomi bangsa ini dan berjuang meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Ketika berbicara tentang demokrasi, Prabowo berpesan agar kedaulatan rakyat harus untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan perorangan atau pun kelompok. Pemimpin bekerja untuk rakyat, bukan untuk diri sendiri.
Kebebasan itu perlu tetapi kebebasan yang tumbuh dalam demokrasi Indonesia harus bisa menghindari perselisihan dan permusuhan, tanpa rasa benci, tanpa berbuat curang,tegasnya. Ia menekankan bahwa demokrasi pun harus bisa menghindari kekerasan dan adu-domba, menghindari kemunafikan, agar semakin kuat persatuan bangsa, agar terjadi tata tentrem kerta raharja, gemah ripah lohjinawe, supaya wong cilik pun bisa tersenyum lagi.
Pesan politik tersebut perlu dimaknai sebagai kebutuhan di bangsa ini untuk menarik kembali kereta demokrasi ke rel yang semestinya, yaitu rel budaya demokrasi ala Indonesia (the Indonesian way of democracy) yang tak sama dengan demokrasi liberal yang secara latah diterapkan saat ini. Para tokoh serta pemimpin di berbagai kalangan dan tingkatan perlu mengembangkan pesan penting itu untuk menjadi tradisi, agar Indonesia tak meninggalkan jati dirinya di tengah terpaan arus globalisasi yang semakin besar.
Kalau jiwa-raganya dipersembahkan untuk negara dan bangsanya ketika masih aktif di militer, bahkan berada di garis depan memimpin pertempuran dan operasi militer di berbagai daerah, apalagi hanya masalah utang—negara tak boleh dirugikan. Itulah sikap Prabowo, patriot sejati yang layak diteladani semua anak bangsa, termasuk semua debitur bank, bahkan semua pejabat negara, agar negara tidak dirugikan.
Di usianya yang 73 tahun, Prabowo ingin berlari kencang, agar dalam masa jabatannya sejumlah target prioritas dapat tercapai. Ia bertekad bahwa Indonesia harus mencapai swasembada pangan dan swasembada energi dalam tempo empat sampai lima tahun ke depan.
Jangan lagi ada orang miskin di negeri ini, sebab negeri ini sangat kaya alamnya. Kalau tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman, tapi jangangkan keju singkong pun masih kita impor?
Kalau alamnya kaya tetapi banyak rakyat masih miskin, itu berarti penyebabnya adalah salah kelola (mismanagement) seperti kata pakar manajemen sedunia Peter F. Drucker: There’s no underdeveloped country, only undermanaged ones.
Itulah sebabnya maka Prabowo tampil dengan paradigma baru: berani mengakui kekurangan, dan berani mengatasinya dengan menggerakkan segenap komponen bangsa untuk bersatu-padu, bergotongroyong mengatasi pelbagai masalah. Itulah sikap kepemimpinan yang patut diacungi dua jempol.
Sebab selama ini sering kita melihat angka-angka statistik yang ditampilkan secara politis, tetapitidak sepenuhnya memotret realitas kehidupan masyarakat. Tabiat itu yang ingin diubahnya agar para pemimpin tidak mengandalkan pencitraan, tetapi bersikap jujur terhadap realitas sosial-ekonomi bangsa ini dan berjuang meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Ketika berbicara tentang demokrasi, Prabowo berpesan agar kedaulatan rakyat harus untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan perorangan atau pun kelompok. Pemimpin bekerja untuk rakyat, bukan untuk diri sendiri.
Kebebasan itu perlu tetapi kebebasan yang tumbuh dalam demokrasi Indonesia harus bisa menghindari perselisihan dan permusuhan, tanpa rasa benci, tanpa berbuat curang,tegasnya. Ia menekankan bahwa demokrasi pun harus bisa menghindari kekerasan dan adu-domba, menghindari kemunafikan, agar semakin kuat persatuan bangsa, agar terjadi tata tentrem kerta raharja, gemah ripah lohjinawe, supaya wong cilik pun bisa tersenyum lagi.
Pesan politik tersebut perlu dimaknai sebagai kebutuhan di bangsa ini untuk menarik kembali kereta demokrasi ke rel yang semestinya, yaitu rel budaya demokrasi ala Indonesia (the Indonesian way of democracy) yang tak sama dengan demokrasi liberal yang secara latah diterapkan saat ini. Para tokoh serta pemimpin di berbagai kalangan dan tingkatan perlu mengembangkan pesan penting itu untuk menjadi tradisi, agar Indonesia tak meninggalkan jati dirinya di tengah terpaan arus globalisasi yang semakin besar.
tulis komentar anda