Memahami Kepemimpinan Presiden Prabowo

Jum'at, 25 Oktober 2024 - 21:24 WIB
Presiden Gus Dur diakuinya sebagai pelopor toleransi dan hak-hak asasi manusia. Dan ia mengakui Presiden Megawati yang mengatasi krisis ekonomi pada masanya, dan atas kegigihannya dalam membela wong cilik.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono—the thinking general yang demokratis—diakuinya sebagai pemimpin yang berhasil mengantarkan bangsa ini keluar dari krisis sejak musibah tsunami dan menyelesaikan konflik di Aceh, meningkatkan tingkat kesejahteraan, serta manaikkan pamor Indonesia di mata dunia.

Prabowo pun mengakui kepemimpinan Presiden Jokowi yang berhasil membawa Indonesia keluar dari krisis Covid-19. Di era Jokowi pembangunan infrastruktur semakin diperluas dan ibu kota negara mulai dipindahkan ke Kalimantan.

Bahkan semua tokoh yang dulu kurang bersahabat dengan dirinya pun dirangkulnya ke dalam jajaran pemerintahannya. Hanya seorang patriot sejati yang berwawasan luas dan berhati tulus, yang bisa bersikap demikian. Sebab jarang ada pemimpin di negeri ini yang mengakui prestasi pendahulunya, atau kelebihan penggantinya.

Sang patriot sejati itu menempatkan dirinya sebagai pemimpin acuan untuk seluruh bangsa ini—bukan hanya untuk partainya sendiri. Sama seperti Manuel Quezon yang pernah berkata: The loyalty to my party ends where the loyalty to my country begins.

Sekarang terbukti sudah kata-kata Gus Dur: “Kalau orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu Prabowo. Banyak yang dia lakukan yang menunjukkan dia ikhlas betul kepada rakyat Indonesia.”

Kita bangga memiliki Presiden yang berhati tulus-ikhlas dan merangkul semua komponen bangsa seperti itu. Mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad itu benar-benar mendahulukan aspek persatuan bangsa dan stabilitas, agar pemerintahannya aman, tanpa guncangan dari dalam negeri.

Meskipun tak menyinggung masalah nepotisme, tetapi ketika Prabowo berpidato tentang perlunya mengatasi kebocoran anggaran negara, mencegah korupsi dan kolusi, tiba-tiba saya teringat ucapan ayahnya—yang pernah mengatakan bahwa setiap tahun sejak masanya, terjadi kebocoranAPBN sebesar 30%. Sekaranglah saatnya Prabowo menutup kebocoran yang dulu menyita perhatian ayahnya Sumitro Djojohadikusumo.

Itu sebabnya Prabowo memberikan ultimatum kepada semua pemimpin agar jangan coba-coba mencari keuntungan pribadi dari APBN. Prabowo dapat dijadikan teladan dalam hal ini, sebab ia sendiri sudah membuktikan ucapannya, karena sebagai negarawan, ia sudah selesai dengan dirinya.

Bahkan di masa krisis 1998 ketika semua debitur bank sibuk mencari keringanan utang, Prabowo tak mau melakukan restrukturusasi utang perusahaannya di Bank Mandiri. Ketika itu Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo menemui Prabowo untuk melakukan restrukturisasi utang perusahannya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More