Dharma Pongrekun Bilang Artificial Intelligence Alat Mata-mata, Apa Benar?
Senin, 07 Oktober 2024 - 10:11 WIB
“Kata Dharma, AI itu artificial intelligence. Dari kata "intelijen" alias "mata-mata". Jadi AI itu alat mata-mata buatan, untuk mengawasi kita. Problem Jakarta yang kompleks dihadapi dengan teori konspirasi,” cuit Ismail Fahmi di akun @ismailfahmi, Senin (7/10/2024).
Kemudian, Ismail memberikan penjelasan mengenai artificial intelligence. “Jadi apa itu AI? AI secara umum tidak dirancang secara inheren untuk menjadi alat mata-mata. AI adalah teknologi yang diciptakan untuk menyelesaikan berbagai tugas berdasarkan data dan algoritma, seperti pengenalan pola, pengambilan keputusan otomatis, atau pemrosesan bahasa alami,” jelasnya.
“Penerapannya sangat bergantung pada bagaimana ia digunakan—misalnya, AI dapat membantu di bidang kesehatan, transportasi, dan analisis data, tetapi juga dapat disalahgunakan untuk pengawasan jika diterapkan tanpa pertimbangan etis dan hukum,” sambungnya.
Intinya, kata dia, AI memiliki potensi besar, baik positif maupun negatif, tergantung bagaimana teknologi ini dimanfaatkan dan diatur. “Perspektif yang menyebut AI sebagai "mata-mata buatan" mungkin lebih menyoroti sisi negatif potensialnya, tetapi tidak mencakup keseluruhan kapasitas dan manfaat AI,” pungkasnya.
Kemudian, Ismail memberikan penjelasan mengenai artificial intelligence. “Jadi apa itu AI? AI secara umum tidak dirancang secara inheren untuk menjadi alat mata-mata. AI adalah teknologi yang diciptakan untuk menyelesaikan berbagai tugas berdasarkan data dan algoritma, seperti pengenalan pola, pengambilan keputusan otomatis, atau pemrosesan bahasa alami,” jelasnya.
“Penerapannya sangat bergantung pada bagaimana ia digunakan—misalnya, AI dapat membantu di bidang kesehatan, transportasi, dan analisis data, tetapi juga dapat disalahgunakan untuk pengawasan jika diterapkan tanpa pertimbangan etis dan hukum,” sambungnya.
Intinya, kata dia, AI memiliki potensi besar, baik positif maupun negatif, tergantung bagaimana teknologi ini dimanfaatkan dan diatur. “Perspektif yang menyebut AI sebagai "mata-mata buatan" mungkin lebih menyoroti sisi negatif potensialnya, tetapi tidak mencakup keseluruhan kapasitas dan manfaat AI,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda