Perlunya Analisis Dampak Merdeka Belajar
Jum'at, 30 Agustus 2024 - 11:52 WIB
Episode Merdeka Belajar tampaknya sudah memberikan indikator-indikator yang cukup jelas untuk masing-masing episode. Yang perlu dicermati yaitu apakah indikator tersebut mengarah sekadar kepada tercapainya output atau diorientasikan kepada adanya perubahan perilaku atau outcomes? Harus dicermati dalam implementasinya apakah indikator tersebut cenderung kepada proses pembentukan tanpa harus peduli dengan apa dan bagaimana yang dilakukan setelah proses pembentukan.
Akan sangat disayangkan apabila pemerintah daerah sebagai target kebijakan lebih memilih sikap bahwa yang terpenting adalah membentuk unit atau tim sebagai bentuk “menggugurkan kewajiban”. Dengan prinsip ini paling tidak mereka dapat terhindar dari sanksi, ketimbang bertindak secara operasional bahwa ada tindaklanjut jelas dari pembentukan tim tersebut.
Juga menarik, indikator yang digunakan tidak hanya sekadar ditandatanganinya perjanjian atau kesepakatan kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU), melainkan fokus pada tindaklanjut operasional. Kebiasaan selama ini mengejar pencapaian jumlah MoU sehingga banyak dokumen cenderung sebagai pajangan. Pola pikir yang dianut adalah semakin banyak dokumen kesepakatan menunjukkan kemampuan bermitra.
Seperti halnya Merdeka Belajar episode ke-8 tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai Pusat Keunggulan (SMK-PK), keberadaan MoU bukan menjadi target kebijakan. Yang lebih utama adalah keselarasan antara SMK-PK dengan mitranya. Keselarasan tersebut mencakup penyusunan kurikulum secara bersama, pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja, jumlah dan peran guru/instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, praktik kerja lapangan/industri (minimal 1 bulan), adanya sertifikasi kompetensi, dilakukannya update teknologi dan pelatihan bagi guru/instruktur, dilaksanakan riset terapan mendukung teaching factory, dan adanya komitmen serapan.
Contoh lain yaitu Merdeka Belajar Episode ke-10 tentang perluasan program beasiswa lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP). Penerima manfaat beasiswa dapat menjalankan pendidikan bergelar S1, S2, S3, dan program non-gelar yang berkualitas tinggi berdasarkan kriteria yang ketat. Sebelumnya, beasiswa hanya diberikan untuk mahasiswa program S2 dan S3.
Indikator lain yaitu dengan merancang ulang proses seleksi. Indikator sebelumnya yaitu calon penerima beasiswa harus melalui seleksi yang berlapis (termasuk wawancara). Perubahan yang dilakukan adalah bagi pendaftar dengan LoA (Letter of Acceptance) yang sudah diterima di kampus tujuan akan dipermudah prosesnya, sedangkan yang belum punya akan dibantu proses pendaftarannya.
Untuk universitas tujuan telah dilakukan perubahan dengan mengedapankan kualitas. Indikator nya adalah daftar universitas tujuan dibuat secara sistematis. Pertama, agregasi dari 3 peringkat terbaik dunia (QS, Times Higher, ARWU/Shanghai Ranking). Kedua, universitas terbaik (top 5-10) di negara terpilih. Ketiga, program studi terbaik per topik (by subject)
Analisis dampak terhadap masing-masing episode seyogianya dilakukan dalam sisa waktu yang ada. Analisis ini harus dijadikan sebagai konsumsi publik dan bukan konsumsi internal. Ini untuk memastikan agar terobosan yang dilakukan tidak diubah lagi pada periode mendatang. Analisis ini sebagai referensi dan fondasi apabila kepemimpinan berikutnya berkeinginab melakukan perubahan.
Analisis dampak ini harus secara terbuka dan gamblang mengungkapkan kekuatan dan kelemahan proses implementasi selama ini. Kelemahan atau kendala yang dihadapi tidak perlu ditutup-tutupi karena akan menjadi pembelajaran di masa depan untuk tidak mengulangi hal yang sama lagi.
Analisis dampak seyogianya dapat mengungkapkan faktor-faktor penyebab secara obyektif dan transparan dengan tidak menyalahkan berbagai pemangku kepentingan yang terlibat. Ini sekaligus untuk memastikan bahwa Merdeka Belajar merupakan komitmen bersama berbagai pemangku kepentingan terkait politik anggaran dan politik kepentingan dan kebutuhan bersama, bukan hanya kepentingan salah satu pihak.
Akan sangat disayangkan apabila pemerintah daerah sebagai target kebijakan lebih memilih sikap bahwa yang terpenting adalah membentuk unit atau tim sebagai bentuk “menggugurkan kewajiban”. Dengan prinsip ini paling tidak mereka dapat terhindar dari sanksi, ketimbang bertindak secara operasional bahwa ada tindaklanjut jelas dari pembentukan tim tersebut.
Juga menarik, indikator yang digunakan tidak hanya sekadar ditandatanganinya perjanjian atau kesepakatan kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU), melainkan fokus pada tindaklanjut operasional. Kebiasaan selama ini mengejar pencapaian jumlah MoU sehingga banyak dokumen cenderung sebagai pajangan. Pola pikir yang dianut adalah semakin banyak dokumen kesepakatan menunjukkan kemampuan bermitra.
Seperti halnya Merdeka Belajar episode ke-8 tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai Pusat Keunggulan (SMK-PK), keberadaan MoU bukan menjadi target kebijakan. Yang lebih utama adalah keselarasan antara SMK-PK dengan mitranya. Keselarasan tersebut mencakup penyusunan kurikulum secara bersama, pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja, jumlah dan peran guru/instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, praktik kerja lapangan/industri (minimal 1 bulan), adanya sertifikasi kompetensi, dilakukannya update teknologi dan pelatihan bagi guru/instruktur, dilaksanakan riset terapan mendukung teaching factory, dan adanya komitmen serapan.
Contoh lain yaitu Merdeka Belajar Episode ke-10 tentang perluasan program beasiswa lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP). Penerima manfaat beasiswa dapat menjalankan pendidikan bergelar S1, S2, S3, dan program non-gelar yang berkualitas tinggi berdasarkan kriteria yang ketat. Sebelumnya, beasiswa hanya diberikan untuk mahasiswa program S2 dan S3.
Indikator lain yaitu dengan merancang ulang proses seleksi. Indikator sebelumnya yaitu calon penerima beasiswa harus melalui seleksi yang berlapis (termasuk wawancara). Perubahan yang dilakukan adalah bagi pendaftar dengan LoA (Letter of Acceptance) yang sudah diterima di kampus tujuan akan dipermudah prosesnya, sedangkan yang belum punya akan dibantu proses pendaftarannya.
Untuk universitas tujuan telah dilakukan perubahan dengan mengedapankan kualitas. Indikator nya adalah daftar universitas tujuan dibuat secara sistematis. Pertama, agregasi dari 3 peringkat terbaik dunia (QS, Times Higher, ARWU/Shanghai Ranking). Kedua, universitas terbaik (top 5-10) di negara terpilih. Ketiga, program studi terbaik per topik (by subject)
Perlunya Analisis Dampak
Terobosan pembenahan pendidikan selama lima tahun terakhir melalui episode Merdeka Belajar seharusnya disikapi sebagai momentum kebangkitan reformasi pendidikan di Indonesia. Harapannya episode Merdeka Belajar berdampak mengangkat harga diri pendidikan Indonesia yang selama ini dianggap terpuruk dan selalu tertinggal dibandingkan negara lain di dunia.Analisis dampak terhadap masing-masing episode seyogianya dilakukan dalam sisa waktu yang ada. Analisis ini harus dijadikan sebagai konsumsi publik dan bukan konsumsi internal. Ini untuk memastikan agar terobosan yang dilakukan tidak diubah lagi pada periode mendatang. Analisis ini sebagai referensi dan fondasi apabila kepemimpinan berikutnya berkeinginab melakukan perubahan.
Analisis dampak ini harus secara terbuka dan gamblang mengungkapkan kekuatan dan kelemahan proses implementasi selama ini. Kelemahan atau kendala yang dihadapi tidak perlu ditutup-tutupi karena akan menjadi pembelajaran di masa depan untuk tidak mengulangi hal yang sama lagi.
Analisis dampak seyogianya dapat mengungkapkan faktor-faktor penyebab secara obyektif dan transparan dengan tidak menyalahkan berbagai pemangku kepentingan yang terlibat. Ini sekaligus untuk memastikan bahwa Merdeka Belajar merupakan komitmen bersama berbagai pemangku kepentingan terkait politik anggaran dan politik kepentingan dan kebutuhan bersama, bukan hanya kepentingan salah satu pihak.
Lihat Juga :
tulis komentar anda