Masyarakat Sudah Lelah dengan Ketidakadilan yang Merajalela
Selasa, 27 Agustus 2024 - 23:34 WIB
Pieter Zulkifli tak segan menilai retorika indah tentang Indonesia Maju dan Indonesia Emas hanyalah 'selimut tebal' yang menutupi kenyataan pahit. Dia berpendapat jika rakyat semakin lelah bahkan harapan untuk hidup menjadi lebih baik semakin menipis.
Dia menuturkan kepercayaan terhadap institusi negara dan para pemimpin pun semakin pudar. Bahkan, tokoh agama, budayawan, dan pemimpin opini publik yang seharusnya menjadi pilar kebenaran, justru terjebak dalam pusaran kekuasaan.
Pieter Zulkifli mengatakan dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, masyarakat bukan hanya menyaksikan bagaimana penjajahan oleh bangsa asing meninggalkan luka mendalam, tetapi juga bagaimana kekuasaan politik yang kotor terus mencengkram kesejahteraan rakyat.
"Para politisi busuk dan pengkhianat bangsa secara sistematis mengabaikan kebenaran dan kejujuran, membawa rakyat ke dalam jurang kemiskinan dan kebodohan yang semakin dalam," kata Pieter Zulkifli.
Bukan rahasia lagi, kata Pieter Zulkifli, bahwa para penguasa dan elite politik lebih sering memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, ketimbang memperhatikan masa depan rakyat. Dia berpandangan reformasi dan perubahan yang diharapkan dari amandemen UUD 1945 ternyata tidak lebih dari sekadar alat politik untuk memperkuat cengkeraman kekuasaan.
Tak hanya itu, sistem hukum yang seharusnya menjadi benteng terakhir bagi keadilan, justru menjadi alat para penguasa untuk melindungi diri bersama kroninya. "Hukum yang bisa dibeli hanya akan menciptakan penjahat-penjahat baru yang berlindung di balik atribut kehormatan, menjauhkan keadilan dari rakyat," kata Pieter Zulkifli.
Pieter Zulkifli juga mengibaratkan elite sekarang sering menggunakan pernyataan-pernyataan indah untuk membius masyarakat. Padahal kenyataannya, seorang Presiden pun tidak mampu membereskan kekacauan yang terjadi dalam kabinet atau kementeriannya sendiri.
"Retorika Indonesia Maju dan Indonesia Emas hanyalah topeng untuk menutupi ketidakberdayaan melawan kekuatan oligarki dan elite yang rakus," kata Pieter Zulkifli.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini juga menyoroti korupsi yang merajalela di Tanah Air. Dia bahkan menilai hukum sekarang bisa diperjualbelikan. "Dan kepemimpinan yang tidak berpihak pada kebenaran membentuk wajah buruk negeri ini. Korupsi di Indonesia bukan sekadar persoalan individu, melainkan sistemik," ungkapnya.
"Sistem politik yang mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan rakyat, lemahnya pengawasan terhadap penggunaan anggaran negara, serta budaya korupsi yang sudah mengakar menjadi faktor utama maraknya praktik korupsi di negeri ini," pungkasnya.
Dia menuturkan kepercayaan terhadap institusi negara dan para pemimpin pun semakin pudar. Bahkan, tokoh agama, budayawan, dan pemimpin opini publik yang seharusnya menjadi pilar kebenaran, justru terjebak dalam pusaran kekuasaan.
Pieter Zulkifli mengatakan dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, masyarakat bukan hanya menyaksikan bagaimana penjajahan oleh bangsa asing meninggalkan luka mendalam, tetapi juga bagaimana kekuasaan politik yang kotor terus mencengkram kesejahteraan rakyat.
"Para politisi busuk dan pengkhianat bangsa secara sistematis mengabaikan kebenaran dan kejujuran, membawa rakyat ke dalam jurang kemiskinan dan kebodohan yang semakin dalam," kata Pieter Zulkifli.
Bukan rahasia lagi, kata Pieter Zulkifli, bahwa para penguasa dan elite politik lebih sering memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, ketimbang memperhatikan masa depan rakyat. Dia berpandangan reformasi dan perubahan yang diharapkan dari amandemen UUD 1945 ternyata tidak lebih dari sekadar alat politik untuk memperkuat cengkeraman kekuasaan.
Tak hanya itu, sistem hukum yang seharusnya menjadi benteng terakhir bagi keadilan, justru menjadi alat para penguasa untuk melindungi diri bersama kroninya. "Hukum yang bisa dibeli hanya akan menciptakan penjahat-penjahat baru yang berlindung di balik atribut kehormatan, menjauhkan keadilan dari rakyat," kata Pieter Zulkifli.
Pieter Zulkifli juga mengibaratkan elite sekarang sering menggunakan pernyataan-pernyataan indah untuk membius masyarakat. Padahal kenyataannya, seorang Presiden pun tidak mampu membereskan kekacauan yang terjadi dalam kabinet atau kementeriannya sendiri.
"Retorika Indonesia Maju dan Indonesia Emas hanyalah topeng untuk menutupi ketidakberdayaan melawan kekuatan oligarki dan elite yang rakus," kata Pieter Zulkifli.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini juga menyoroti korupsi yang merajalela di Tanah Air. Dia bahkan menilai hukum sekarang bisa diperjualbelikan. "Dan kepemimpinan yang tidak berpihak pada kebenaran membentuk wajah buruk negeri ini. Korupsi di Indonesia bukan sekadar persoalan individu, melainkan sistemik," ungkapnya.
"Sistem politik yang mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan rakyat, lemahnya pengawasan terhadap penggunaan anggaran negara, serta budaya korupsi yang sudah mengakar menjadi faktor utama maraknya praktik korupsi di negeri ini," pungkasnya.
tulis komentar anda