Masyarakat Sudah Lelah dengan Ketidakadilan yang Merajalela
Selasa, 27 Agustus 2024 - 23:34 WIB
JAKARTA - Pengamat hukum dan politik, Pieter C Zulkifli mengungkapkan, masyarakat sudah lelah dengan ketidakadilan yang merajalela. Dia pun menyoroti oknum-oknum kekuasaan hingga budayawan yang abai terhadap jeritan penderitaan rakyat.
"Ironisnya, mereka mengajarkan nilai-nilai luhur, tetapi dengan mudahnya melibatkan diri dalam tindakan yang merugikan rakyat, semua atas nama persatuan dan kesatuan," ujar Pieter Zulkifli dalam analisis politiknya berjudul 'Jerat Politik Kekuasaan: Oligarki, Korupsi, dan Mimpi Keadilan yang Sirna', Selasa (27/8/2024).
Dia menuturkan jika Indonesia benar-benar ingin maju, maka pemberantasan korupsi dan penegakan keadilan tanpa tebang pilih harus menjadi prioritas utama. Tanpa itu, mimpi Indonesia yang makmur dan sejahtera hanya akan tetap menjadi mimpi yang terhalang oleh kerakusan dan ketidakadilan.
Dia mengajak masyarakat Indonesia untuk bangkit dan melawan segala bentuk ketidakadilan. Menurutnya, kesadaran kolektif harus dibangkitkan untuk melawan para politisi busuk yang hanya memikirkan kepentingan pribadi.
"Perubahan harus dimulai dari kesadaran bahwa kebenaran dan kejujuran adalah fondasi utama bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Hanya dengan kejujuran dan kebijaksanaan kekuasaan, masyarakat bisa meraih kesejahteraan dan kemakmuran yang selama ini diimpikan," tegas Pieter Zulkifli.
Dia pun menyoroti adanya agenda-agenda terselubung di balik janji politik yang kerap dilontarkan para oknum elite. Apalagi, agenda itu hanya menguntungkan kelompok tertentu atau segelintir orang.
Dia menyebut jika kebenaran dan kejujuran yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pemerintahan, sering kali dikorbankan demi ambisi kekuasaan. "Para politisi yang korup tidak jarang menjadi pengkhianat bangsa, menjual kepentingan rakyat demi keuntungan pribadi dan golongan," kata Pieter Zulkifli.
Menurut dia, Indonesia adalah gambaran nyata dari bangsa yang tengah berjuang keluar dari belenggu kegelapan. Zulkifli menyebut sejarah mencatat bagaimana bangsa ini pernah dijajah sangat lama dan sangat menderita, namun luka akibat penjajahan itu seakan tak kunjung sembuh.
"Pasca kemerdekaan, kekuasaan politik yang kotor terus merajalela, menggerogoti sendi-sendi kehidupan bangsa," ucapnya.
"Ironisnya, mereka mengajarkan nilai-nilai luhur, tetapi dengan mudahnya melibatkan diri dalam tindakan yang merugikan rakyat, semua atas nama persatuan dan kesatuan," ujar Pieter Zulkifli dalam analisis politiknya berjudul 'Jerat Politik Kekuasaan: Oligarki, Korupsi, dan Mimpi Keadilan yang Sirna', Selasa (27/8/2024).
Dia menuturkan jika Indonesia benar-benar ingin maju, maka pemberantasan korupsi dan penegakan keadilan tanpa tebang pilih harus menjadi prioritas utama. Tanpa itu, mimpi Indonesia yang makmur dan sejahtera hanya akan tetap menjadi mimpi yang terhalang oleh kerakusan dan ketidakadilan.
Dia mengajak masyarakat Indonesia untuk bangkit dan melawan segala bentuk ketidakadilan. Menurutnya, kesadaran kolektif harus dibangkitkan untuk melawan para politisi busuk yang hanya memikirkan kepentingan pribadi.
"Perubahan harus dimulai dari kesadaran bahwa kebenaran dan kejujuran adalah fondasi utama bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Hanya dengan kejujuran dan kebijaksanaan kekuasaan, masyarakat bisa meraih kesejahteraan dan kemakmuran yang selama ini diimpikan," tegas Pieter Zulkifli.
Dia pun menyoroti adanya agenda-agenda terselubung di balik janji politik yang kerap dilontarkan para oknum elite. Apalagi, agenda itu hanya menguntungkan kelompok tertentu atau segelintir orang.
Dia menyebut jika kebenaran dan kejujuran yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pemerintahan, sering kali dikorbankan demi ambisi kekuasaan. "Para politisi yang korup tidak jarang menjadi pengkhianat bangsa, menjual kepentingan rakyat demi keuntungan pribadi dan golongan," kata Pieter Zulkifli.
Menurut dia, Indonesia adalah gambaran nyata dari bangsa yang tengah berjuang keluar dari belenggu kegelapan. Zulkifli menyebut sejarah mencatat bagaimana bangsa ini pernah dijajah sangat lama dan sangat menderita, namun luka akibat penjajahan itu seakan tak kunjung sembuh.
"Pasca kemerdekaan, kekuasaan politik yang kotor terus merajalela, menggerogoti sendi-sendi kehidupan bangsa," ucapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda