APBN dan Janji Politik
Selasa, 25 Juni 2024 - 12:36 WIB
Pemerintah perlu berupaya keras untuk mengangkat sektor industri pengolahan ini tumbuh lebih tinggi. Selama ini, sektor industri pengolahan ini tumbuh diatas 5% dan perannya pada PDB diatas 20%. Selama 2 tahun terakhir terjadi perlambatan dan seharusnya perhatian pemerintah perlu diarahkan untuk pengembangan sektor ini, terutama mengingat peran sektor ini dalam pencipataan nilai tambah dan lapangan kerja.
Industri tekstil dan pengolahan tembakau – misalnya, saat ini menghadapi banyak tantangan. Persaingan global yang ketat, perubahan tren konsumsi, dan meningkatnya biaya produksi adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja industri pengolahan. Misalnya, sektor tekstil mengalami penurunan akibat persaingan dan perubahan tren pasar.
Alhasil, di tengah pertumbuhan dan perkembangan industri pengolahan, sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mengalami tekanan yang cukup berat. Tekanan ini terutama disebabkan oleh persaingan ketat dari negara-negara produsen lain yang mampu memproduksi tekstil dengan biaya lebih murah dan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Negara-negara seperti China, Vietnam, dan Bangladesh telah menjadi kompetitor utama dalam industri TPT global. Negara-negara tersebut mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih kompetitif, didukung oleh biaya produksi yang rendah, efisiensi operasional yang lebih baik, serta kebijakan pemerintah yang mendukung industri tersebut.
Sementara itu, industri pengolahan tembakau pun menghadapi tantangan yang tidak kalah berat. Peningkatan biaya produksi, termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja, telah menekan margin keuntungan para produsen tembakau. Kebijakan pemerintah yang semakin ketat, seperti peningkatan cukai tembakau dan pembatasan iklan, menambah beban bagi industri ini.
Pada akhirnya, penurunan aktivitas di sektor pengolahan berdampak langsung pada penerimaan negara. Penurunan aktivitas di sektor mutlak akan berdampak langsung pada penerimaan negara, di mana pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan cukai mengalami penurunan signifikan.
Pajak penghasilan yang biasanya menjadi salah satu kontributor terbesar pendapatan negara mengalami penurunan seiring dengan menurunnya keuntungan perusahaan. Selain itu, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikumpulkan dari penjualan produk pun berkurang karena volume transaksi menurun.
Tak hanya itu, cukai dari produk-produk tertentu yang dihasilkan oleh industri pengolahan pun kini mengalami penurunan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, penerimaan pajak dari industri pengolahan mencapai Rp85,29 triliun hingga 15 Maret 2024. Setoran pajak dari industri pengolahan tersebut menjadi kontribusi terbesar pertama sebesar 25,64% terhadap total penerimaan pajak.
Sayangnya, setoran pajak dari industri pengolahan tersebut turun 12,3%. Hal itu dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas sejalan dengan peningkatan restitusi dan penurunan angsuran PPh Badan.
Selain itu, data Kementerian Keuangan juga mencatat bahwa penerimaan cukai turun 6,9% hingga Maret 2024. Adapun penurunan tersebut terjadi lantaran terjadi penurunan produksi barang kena cukai, terutama hasil tembakau.
Industri tekstil dan pengolahan tembakau – misalnya, saat ini menghadapi banyak tantangan. Persaingan global yang ketat, perubahan tren konsumsi, dan meningkatnya biaya produksi adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja industri pengolahan. Misalnya, sektor tekstil mengalami penurunan akibat persaingan dan perubahan tren pasar.
Alhasil, di tengah pertumbuhan dan perkembangan industri pengolahan, sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mengalami tekanan yang cukup berat. Tekanan ini terutama disebabkan oleh persaingan ketat dari negara-negara produsen lain yang mampu memproduksi tekstil dengan biaya lebih murah dan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Negara-negara seperti China, Vietnam, dan Bangladesh telah menjadi kompetitor utama dalam industri TPT global. Negara-negara tersebut mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih kompetitif, didukung oleh biaya produksi yang rendah, efisiensi operasional yang lebih baik, serta kebijakan pemerintah yang mendukung industri tersebut.
Sementara itu, industri pengolahan tembakau pun menghadapi tantangan yang tidak kalah berat. Peningkatan biaya produksi, termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja, telah menekan margin keuntungan para produsen tembakau. Kebijakan pemerintah yang semakin ketat, seperti peningkatan cukai tembakau dan pembatasan iklan, menambah beban bagi industri ini.
Pada akhirnya, penurunan aktivitas di sektor pengolahan berdampak langsung pada penerimaan negara. Penurunan aktivitas di sektor mutlak akan berdampak langsung pada penerimaan negara, di mana pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan cukai mengalami penurunan signifikan.
Pajak penghasilan yang biasanya menjadi salah satu kontributor terbesar pendapatan negara mengalami penurunan seiring dengan menurunnya keuntungan perusahaan. Selain itu, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikumpulkan dari penjualan produk pun berkurang karena volume transaksi menurun.
Tak hanya itu, cukai dari produk-produk tertentu yang dihasilkan oleh industri pengolahan pun kini mengalami penurunan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, penerimaan pajak dari industri pengolahan mencapai Rp85,29 triliun hingga 15 Maret 2024. Setoran pajak dari industri pengolahan tersebut menjadi kontribusi terbesar pertama sebesar 25,64% terhadap total penerimaan pajak.
Sayangnya, setoran pajak dari industri pengolahan tersebut turun 12,3%. Hal itu dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas sejalan dengan peningkatan restitusi dan penurunan angsuran PPh Badan.
Selain itu, data Kementerian Keuangan juga mencatat bahwa penerimaan cukai turun 6,9% hingga Maret 2024. Adapun penurunan tersebut terjadi lantaran terjadi penurunan produksi barang kena cukai, terutama hasil tembakau.
Lihat Juga :
tulis komentar anda