Buka FGD Penyusunan Renstra BP2MI 2025-2029, Benny Rhamdani: Gunakan Mistar Ukur yang Tepat
Rabu, 22 Mei 2024 - 22:27 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani membuka Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) BP2MI Tahun 2025-2029 di Bogor, Selasa 21 Mei 2024. Benny mengingatkan peserta agar menggunakan mistar ukur yang bisa mengukur dan menarik garis yang saling menghubungkan secara tepat.
Di antaranya dimensi perencanaan, pelaksanaan program kegiatan, kebutuhan anggaran, dan output yang diyakini mampu menjawab target jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Benny juga menyampaikan pentingnya FGD juga harus menggali dan menyelaraskan tema-tema besar yang diperjuangkan BP2MI selama ini.
Dia berharap diagnosis masalah dilakukan secara selektif oleh semua pihak yang terlibat dalam memberi formula dalam penyusunan Renstra.
"Selamat berdiskusi, berbasis pada data-data yang kita miliki, identifikasi atas setiap kendala yang dihadapi sekaligus potensi, serta analisis kritis yang akan saling diuji dalam diskusi. Saya berharap FGD Penyusunan Renstra BP2MI Tahun 2025-2029 ini menjadi titik tolak bagi BP2MI untuk lebih mengalami kemajuan drastis," ujar Benny, Rabu (22/5/2024).
Dia juga mengajak agar penyamaan persepsi dilakukan secara efektif. Tak hanya itu, FGD harus melahirkan output bagi implementasi program BP2MI saat ini dan di tahun-tahun mendatang. Dari aspek materi Benny meminta agar difokuskan agar melahirkan keselarasan antar program.
Pertama telah dilaksanakannya kick off meeting yang dilanjutkan dengan workshop Pemantapan Kerangka kerja Penyusunan Rencana Strategis BP2MI Tahun 2025-2029. Kemudahan FGD sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut.
"Kita akan bersama-sama berdiskusi untuk menganalisa data capaian kinerja BP2MI Tahun 2020-2024,” papar Benny.
Selain itu, Benny memaparkan soal peta jalan yang bersifat strategis dan harus dilakukan BP2MI agar tidak melahirkan kontradiksi antara satu program dengan program lainnya. Dia meminta agar konstruksi dari perencanaan program dikaji secara matang.
"Intinya peta strategis harus disusun menggunakan mistar ukur yang mampu mengukur dan menarik garis yang saling menghubungkan secara tepat antara dimensi perencanaan, pelaksanaan program kegiatan, kebutuhan anggaran, dan output yang mampu menjawab target secara universal," pungkas Benny.
Di antaranya dimensi perencanaan, pelaksanaan program kegiatan, kebutuhan anggaran, dan output yang diyakini mampu menjawab target jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Benny juga menyampaikan pentingnya FGD juga harus menggali dan menyelaraskan tema-tema besar yang diperjuangkan BP2MI selama ini.
Dia berharap diagnosis masalah dilakukan secara selektif oleh semua pihak yang terlibat dalam memberi formula dalam penyusunan Renstra.
"Selamat berdiskusi, berbasis pada data-data yang kita miliki, identifikasi atas setiap kendala yang dihadapi sekaligus potensi, serta analisis kritis yang akan saling diuji dalam diskusi. Saya berharap FGD Penyusunan Renstra BP2MI Tahun 2025-2029 ini menjadi titik tolak bagi BP2MI untuk lebih mengalami kemajuan drastis," ujar Benny, Rabu (22/5/2024).
Dia juga mengajak agar penyamaan persepsi dilakukan secara efektif. Tak hanya itu, FGD harus melahirkan output bagi implementasi program BP2MI saat ini dan di tahun-tahun mendatang. Dari aspek materi Benny meminta agar difokuskan agar melahirkan keselarasan antar program.
Pertama telah dilaksanakannya kick off meeting yang dilanjutkan dengan workshop Pemantapan Kerangka kerja Penyusunan Rencana Strategis BP2MI Tahun 2025-2029. Kemudahan FGD sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut.
"Kita akan bersama-sama berdiskusi untuk menganalisa data capaian kinerja BP2MI Tahun 2020-2024,” papar Benny.
Selain itu, Benny memaparkan soal peta jalan yang bersifat strategis dan harus dilakukan BP2MI agar tidak melahirkan kontradiksi antara satu program dengan program lainnya. Dia meminta agar konstruksi dari perencanaan program dikaji secara matang.
"Intinya peta strategis harus disusun menggunakan mistar ukur yang mampu mengukur dan menarik garis yang saling menghubungkan secara tepat antara dimensi perencanaan, pelaksanaan program kegiatan, kebutuhan anggaran, dan output yang mampu menjawab target secara universal," pungkas Benny.
(kri)
tulis komentar anda