Memperkuat Diplomasi Haji Indonesia
Senin, 20 Mei 2024 - 12:48 WIB
Termasuk dalam kaitan diplomasi ekonomi itu adalah agar produk Indonesia bisa dipergunakan dalam perhelatan haji. Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah sejak 2023 telah menetapkan ekspor produk-produk Indonesia ke Arab Saudi sebagai program strategis ke depan. Ditargetkan hingga tiga tahun ke depan, 30% kebutuhan makanan dan minuman jemaah haji Indonesia menggunakan produk nasional dari angka semula sekitar 10%. Nilai makanan dan minuman yang dikonsumsi jemaah haji Indonesia diperkirakan mencapai Rp500 miliar.
Sebagai pengirim jemaah haji dan umrah terbesar di dunia, penggunaan produk Indonesia masih potensial untuk ditingkatkan. Pihak importir Arab Saudi juga menyambut baik. Karenanya pemerintah perlu terus mendampingi para eksportir Indonesia agar produknya bisa memenuhi persyaratan terutama dari Saudi Food and Drug Authority (SFDA/ Otoritas Makanan dan Obat Saudi)
Ketiga, diplomasi pelayanan haji. Berkumpulnya jutaan jemaah menyebabkan berbagai sektor seperti transportasi, konsumsi, hingga pemondokan sering riskan akan masalah, sehingga terus diperbaiki disempurnakan. Di musim haji tahun 2023 lalu, Menteri Agama sebagai Amirul Hajj dan beberapa pejabat penting misalnya sampai harus turun tangan dengan tegas menyuarakan diplomasi perbaikan pelayanan transportasi dan konsumsi kepada pemerintah Saudi hingga kontraktor penyedia layanan.
Dalam kaitan memastikan kesiapan semua layanan yang akan diberikan kepada Jemaah itu pula, pemerintah telah memberangkatkan 437 petugas (8/5/24). Mereka akan bertugas di Daker Madinah dan Bandara, termasuk di dalamnya ada 108 petugas kesehatan. Selanjutnya 414 petugas haji diberangkatkan untuk bertugas di daerah kerja Makkah (15/5/24).
Mereka diberi pesan agar lurus dalam niat yaitu semata-mata hanya untuk melayani tamu-tamu Allah dengan memberikan layanan terbaik. Haji memang menjadi tugas nasional sesuai dengan amanah undang-undang 8 tahun 2019. Karenanya para petugas haji merupakan duta bangsa yang mengemban tugas berat namun mulia dari negara.
Citra Moderat
Di jalur kedua, diplomasi jamaah haji menjadi representasi penting. Jumlah jamaah yang besar membuat jemaah Indonesia selalu bisa memberi warna setiap musim haji. Oleh karenanya, sikap dan perilaku mereka perlu dirawat bagi Indonesia.
Pertama adalah diplomasi citra. Sudah lama dikenal bahwa jamaah Indonesia memiliki karakter yang santun dalam beribadah dan bermuamalah (interaksi sosial). Kementerian Agama dan para ulama kita memang senantiasa mengajari agar mereka mampu menempatkan diri sebagai dhuyufurrahman (tamu Allah). Sebagai tamu Allah, jamaah akan berupaya bertindak baik terhadap Allah, pemerintah Saudi hingga jamaah lain sesama tamu.
Karena itu, mereka berupaya keras menghindari kata-kata kotor, permusuhan, kegiatan politik, hingga merusak tanaman dan satwa dalam haji. Dalam beribadah jamaah Indonesia pun tidak terbiasa berebut mencium hajar aswad mulia (batu hitam di Ka’bah) misalnya atau masuk ke tempat-tempat mustajabah (tempat doa mudah terkabul) dengan melanggar hak jamaah lain. Sebaliknya, mereka gemar berbagi dan bersedekah.
Kesemua praktik baik itu menjadi cerminan nyata wajah muslim Indonesia yang penuh senyum. Hal tersebut sekaligus menegaskan Islam washathiyah (moderat) Indonesia yang menyejukkan. Citra yang positif ini diyakini turut menopang pencapaian kepentingan- kepentingan nasional kita di bidang lain.
Sebagai pengirim jemaah haji dan umrah terbesar di dunia, penggunaan produk Indonesia masih potensial untuk ditingkatkan. Pihak importir Arab Saudi juga menyambut baik. Karenanya pemerintah perlu terus mendampingi para eksportir Indonesia agar produknya bisa memenuhi persyaratan terutama dari Saudi Food and Drug Authority (SFDA/ Otoritas Makanan dan Obat Saudi)
Ketiga, diplomasi pelayanan haji. Berkumpulnya jutaan jemaah menyebabkan berbagai sektor seperti transportasi, konsumsi, hingga pemondokan sering riskan akan masalah, sehingga terus diperbaiki disempurnakan. Di musim haji tahun 2023 lalu, Menteri Agama sebagai Amirul Hajj dan beberapa pejabat penting misalnya sampai harus turun tangan dengan tegas menyuarakan diplomasi perbaikan pelayanan transportasi dan konsumsi kepada pemerintah Saudi hingga kontraktor penyedia layanan.
Dalam kaitan memastikan kesiapan semua layanan yang akan diberikan kepada Jemaah itu pula, pemerintah telah memberangkatkan 437 petugas (8/5/24). Mereka akan bertugas di Daker Madinah dan Bandara, termasuk di dalamnya ada 108 petugas kesehatan. Selanjutnya 414 petugas haji diberangkatkan untuk bertugas di daerah kerja Makkah (15/5/24).
Mereka diberi pesan agar lurus dalam niat yaitu semata-mata hanya untuk melayani tamu-tamu Allah dengan memberikan layanan terbaik. Haji memang menjadi tugas nasional sesuai dengan amanah undang-undang 8 tahun 2019. Karenanya para petugas haji merupakan duta bangsa yang mengemban tugas berat namun mulia dari negara.
Citra Moderat
Di jalur kedua, diplomasi jamaah haji menjadi representasi penting. Jumlah jamaah yang besar membuat jemaah Indonesia selalu bisa memberi warna setiap musim haji. Oleh karenanya, sikap dan perilaku mereka perlu dirawat bagi Indonesia.
Pertama adalah diplomasi citra. Sudah lama dikenal bahwa jamaah Indonesia memiliki karakter yang santun dalam beribadah dan bermuamalah (interaksi sosial). Kementerian Agama dan para ulama kita memang senantiasa mengajari agar mereka mampu menempatkan diri sebagai dhuyufurrahman (tamu Allah). Sebagai tamu Allah, jamaah akan berupaya bertindak baik terhadap Allah, pemerintah Saudi hingga jamaah lain sesama tamu.
Karena itu, mereka berupaya keras menghindari kata-kata kotor, permusuhan, kegiatan politik, hingga merusak tanaman dan satwa dalam haji. Dalam beribadah jamaah Indonesia pun tidak terbiasa berebut mencium hajar aswad mulia (batu hitam di Ka’bah) misalnya atau masuk ke tempat-tempat mustajabah (tempat doa mudah terkabul) dengan melanggar hak jamaah lain. Sebaliknya, mereka gemar berbagi dan bersedekah.
Kesemua praktik baik itu menjadi cerminan nyata wajah muslim Indonesia yang penuh senyum. Hal tersebut sekaligus menegaskan Islam washathiyah (moderat) Indonesia yang menyejukkan. Citra yang positif ini diyakini turut menopang pencapaian kepentingan- kepentingan nasional kita di bidang lain.
Lihat Juga :
tulis komentar anda