Memperkuat Diplomasi Haji Indonesia

Senin, 20 Mei 2024 - 12:48 WIB
loading...
Memperkuat Diplomasi...
Wakil Rektor I Universitas Wahid Hasyim Semarang, Andi Purwono. FOTO/DOK.UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
A A A
Dr. Andi Purwono
Wakil Rektor I Universitas Wahid Hasyim Semarang,
Pengurus Komisi Litbang MUI Jateng


MUSIM
haji 2024 telah tiba dan 241.000 jemaah asal Indonesia mulai diberangkatkan secara bertahap ke Tanah Suci sejak 12 Mei lalu. Prosesi ibadah haji bersifat kolosal diikuti jutaan jemaah, multibangsa, dan penuh tantangan bahkan sejak persiapannya. Karenanya, diplomasi diyakini turut berkontribusi bagi kesuksesan pelaksanaannya. Dengan jumlah jamaah yang sangat banyak, diplomasi haji apa saja yang perlu terus diperkuat Indonesia?

Selain representasi, esensi penting dari diplomasi adalah proses komunikasi (Christer J Nsson: 2013). Dengan komunikasi ini, kemauan dan kepentingan diselaraskan agar tercipta harmoni. Melalui lembaga pemerintah di jalur pertama (first track) maupun berbagai aktor bukan negara di jalur kedua (second track), diplomasi dijalankan demi kepentingan nasional suatu negara hingga tujuan kemaslahatan semua manusia.

Berkaca pada pengalaman banyak musim haji, diplomasi Indonesia perlu terus dikuatkan atas beberapa tantangan berikut. Pertama, muslim Indonesia memiliki antusiasme tinggi untuk beribadah haji tapi kuota yang diberikan pemerintah Arab Saudi terbatas. Akibatnya, antrean panjang hingga puluhan tahun daftar tunggu calon jemaah haji terjadi. Untuk itu pemerintah dan berbagai pihak Indonesia harus terus memperkuat diplomasi kuota demi penambahan jatah jemaah.

Berkah diplomasi kita misalnya, kuota haji kita tahun ini bertambah 20.000 dari kuota awal 221.000 menjadi 241.000 jemaah. Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Saiful Mujab mengatakan, kuota tahun ini adalah yang terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan ibadah haji. Jamaah haji dibagi dalam 554 kelompok terbang, 13 bandara, dan 14 embarkasi.

Kedua, diplomasi ekonomi agar porsi manfaat dari perhelatan haji kian besar kita nikmati. Wakil Presiden Ma'ruf Amin (15/5) menyebut sedang ada pembahasan antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi soal pembagian manfaat atas uang yang masuk ke Arab Saudi. Besarnya jumlah jamaah haji dan umrah asal Indonesia menjadi pertimbangan utama.

Termasuk dalam kaitan diplomasi ekonomi itu adalah agar produk Indonesia bisa dipergunakan dalam perhelatan haji. Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah sejak 2023 telah menetapkan ekspor produk-produk Indonesia ke Arab Saudi sebagai program strategis ke depan. Ditargetkan hingga tiga tahun ke depan, 30% kebutuhan makanan dan minuman jemaah haji Indonesia menggunakan produk nasional dari angka semula sekitar 10%. Nilai makanan dan minuman yang dikonsumsi jemaah haji Indonesia diperkirakan mencapai Rp500 miliar.

Sebagai pengirim jemaah haji dan umrah terbesar di dunia, penggunaan produk Indonesia masih potensial untuk ditingkatkan. Pihak importir Arab Saudi juga menyambut baik. Karenanya pemerintah perlu terus mendampingi para eksportir Indonesia agar produknya bisa memenuhi persyaratan terutama dari Saudi Food and Drug Authority (SFDA/ Otoritas Makanan dan Obat Saudi)

Ketiga, diplomasi pelayanan haji. Berkumpulnya jutaan jemaah menyebabkan berbagai sektor seperti transportasi, konsumsi, hingga pemondokan sering riskan akan masalah, sehingga terus diperbaiki disempurnakan. Di musim haji tahun 2023 lalu, Menteri Agama sebagai Amirul Hajj dan beberapa pejabat penting misalnya sampai harus turun tangan dengan tegas menyuarakan diplomasi perbaikan pelayanan transportasi dan konsumsi kepada pemerintah Saudi hingga kontraktor penyedia layanan.

Dalam kaitan memastikan kesiapan semua layanan yang akan diberikan kepada Jemaah itu pula, pemerintah telah memberangkatkan 437 petugas (8/5/24). Mereka akan bertugas di Daker Madinah dan Bandara, termasuk di dalamnya ada 108 petugas kesehatan. Selanjutnya 414 petugas haji diberangkatkan untuk bertugas di daerah kerja Makkah (15/5/24).

Mereka diberi pesan agar lurus dalam niat yaitu semata-mata hanya untuk melayani tamu-tamu Allah dengan memberikan layanan terbaik. Haji memang menjadi tugas nasional sesuai dengan amanah undang-undang 8 tahun 2019. Karenanya para petugas haji merupakan duta bangsa yang mengemban tugas berat namun mulia dari negara.

Citra Moderat
Di jalur kedua, diplomasi jamaah haji menjadi representasi penting. Jumlah jamaah yang besar membuat jemaah Indonesia selalu bisa memberi warna setiap musim haji. Oleh karenanya, sikap dan perilaku mereka perlu dirawat bagi Indonesia.

Pertama adalah diplomasi citra. Sudah lama dikenal bahwa jamaah Indonesia memiliki karakter yang santun dalam beribadah dan bermuamalah (interaksi sosial). Kementerian Agama dan para ulama kita memang senantiasa mengajari agar mereka mampu menempatkan diri sebagai dhuyufurrahman (tamu Allah). Sebagai tamu Allah, jamaah akan berupaya bertindak baik terhadap Allah, pemerintah Saudi hingga jamaah lain sesama tamu.

Karena itu, mereka berupaya keras menghindari kata-kata kotor, permusuhan, kegiatan politik, hingga merusak tanaman dan satwa dalam haji. Dalam beribadah jamaah Indonesia pun tidak terbiasa berebut mencium hajar aswad mulia (batu hitam di Ka’bah) misalnya atau masuk ke tempat-tempat mustajabah (tempat doa mudah terkabul) dengan melanggar hak jamaah lain. Sebaliknya, mereka gemar berbagi dan bersedekah.

Kesemua praktik baik itu menjadi cerminan nyata wajah muslim Indonesia yang penuh senyum. Hal tersebut sekaligus menegaskan Islam washathiyah (moderat) Indonesia yang menyejukkan. Citra yang positif ini diyakini turut menopang pencapaian kepentingan- kepentingan nasional kita di bidang lain.

Kedua, kehadiran ratusan ribu jamaah Indonesia berpotensi menjadi diplomasi budaya. Besarnya jumlah jemaah membawa praktek dan produk budaya Indonesia. Batik, kopiah dan kerudung khas Indonesia, makanan daerah, hingga berbagai budaya kita secara otomatis turut mengglobal dibawa jemaah dan dikenal oleh muslim dari berbagai belahan dunia lain.

Musim haji menjadi momen yang memberi peluang globalisasi budaya. Karenanya, upaya para jemaah menggunakan dan mengenalkan produk budaya khas kita patut dilakukan. Memenangkan hati warga negara lain dengan sikap santun jamaah haji maupun sentuhan produk budaya yang khas Indonesia bisa turut menjadi soft power yang turut menopang kesuksesan diplomasi Indonesia secara luas.

Musim haji selalu menjadi momen yang dinanti 2,02 miliar muslim penduduk bumi. Sentuhan akurasi diplomasi turut berkontribusi dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang musim haji.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1137 seconds (0.1#10.140)