Kreator Solo Menari 2024: Jangan Sampai Budaya Tergerus Arus Globalisasi
Kamis, 25 April 2024 - 18:06 WIB
JAKARTA - Pelestarian budaya dan adat istiadat menjadi tantangan tersendiri di tengah arus globalisasi dan perkembangan zaman. Hal ini pun menjadi sorotan dari Sang Kreator Solo Menari 2024, Heru Mataya.
Menurutnya budaya dan seni tari yang saling berkaitan, merupakan fondasi bangsa yang harus teru dilestarikan dan dikembangkan.
"Tujuannya, agar generasi muda tetap merasa bangga dengan seni tari yang tumbuh di lingkungan masyarakat. Jangan sampai seni tari tergerus arus globalisasi," kata Heru Mataya saat persiapan dan pemantapan terus dilakukan oleh panitia Festival Solo Menari bertajuk Animal Movement, Kamis (25/4/2024).
Foto dok Solo Menari 2023
Kata Heru, gempuran teknologi digital mempersulit membentuk atau mewujudkan masyarakat pendukung seni tari Indonesia. Terlebih di era Gen Z yang lebih mengedepankan tontonan yang bersifat live atau langsung.
"Dunia tari sekarang tidak hanya membutuhkan penonton, melainkan viewer. Hal itu akan memudahkan terwujudnya masyarakat pendukung tari untuk kerja penyelenggaraan acara dan fundraising," jelasnya.
Apalagi saat ini banyak gedung seni pertunjukan yang sudah jarang digunakan untuk pentas seni, dikarenakan ketidakmampuan membayar sewa gedung pertunjukkan.
"Kendala tersebut tentunya menjadi tantangan yang harus dihadapi dan disikapi. Dukungan dari pemerintah maupun perusahaan Swasta/BUMN melalui program CSR ataupun lembaga Filantropi sebagai upaya pelestarian seni tari dan budaya sangat dibutuhkan. Jadi diperlukan tim kerja fundraising yang solid dan mau bekerja secara berkelanjutan," ujar Heru.
Menurutnya budaya dan seni tari yang saling berkaitan, merupakan fondasi bangsa yang harus teru dilestarikan dan dikembangkan.
"Tujuannya, agar generasi muda tetap merasa bangga dengan seni tari yang tumbuh di lingkungan masyarakat. Jangan sampai seni tari tergerus arus globalisasi," kata Heru Mataya saat persiapan dan pemantapan terus dilakukan oleh panitia Festival Solo Menari bertajuk Animal Movement, Kamis (25/4/2024).
Foto dok Solo Menari 2023
Kata Heru, gempuran teknologi digital mempersulit membentuk atau mewujudkan masyarakat pendukung seni tari Indonesia. Terlebih di era Gen Z yang lebih mengedepankan tontonan yang bersifat live atau langsung.
"Dunia tari sekarang tidak hanya membutuhkan penonton, melainkan viewer. Hal itu akan memudahkan terwujudnya masyarakat pendukung tari untuk kerja penyelenggaraan acara dan fundraising," jelasnya.
Apalagi saat ini banyak gedung seni pertunjukan yang sudah jarang digunakan untuk pentas seni, dikarenakan ketidakmampuan membayar sewa gedung pertunjukkan.
"Kendala tersebut tentunya menjadi tantangan yang harus dihadapi dan disikapi. Dukungan dari pemerintah maupun perusahaan Swasta/BUMN melalui program CSR ataupun lembaga Filantropi sebagai upaya pelestarian seni tari dan budaya sangat dibutuhkan. Jadi diperlukan tim kerja fundraising yang solid dan mau bekerja secara berkelanjutan," ujar Heru.
tulis komentar anda