Dunia Intelijen Terkait Bakat dan Peluang Bagi Perempuan
Kamis, 18 April 2024 - 19:28 WIB
"Tidak bisa direkrut langsung. Itu orang harus memiliki keahlian diambil dengan tes khusus. Pun juga harus memiliki penataan dirinya ketika mnjadi perwira intelijen bisa menahan diri agar orang lain tidak tahu," katanya.
Mantan anggota Komisi I DPR ini merasa geram jika ada perwira atau agen intelijen malah menunjukkan diri bekerja di BIN. Bahkan ada yang sampai mengaku sebagai pegawai intelijen di warung demi mendapatkan pelayanan istimewa atau bisa beli secara gratis.
"Jangan dagang diri seperti itu. Saya banyak jumpai orang tak bisa nahan diri, ngaku orangnya intel, malah bangga. Atur mental, jadi intelijen jangan ingin terkenal," ucapnya.
Nuning juga mengakui, dulunya dunia intelijen terkait erat dengan pekerjaan laki-laki. Nuning mengaku pernah disentil seorang jenderal ketika membuat disertasi tentang intelijen, lantaran dianggap melakukan pekerjaan tidak umum. Faktanya, saat ini sudah banyak perempuan menjadi pegawai intelijen.
"Perempuan kok mengambil intelijen, itu bersifat maskulin lho? Padahal tidak? Buktinya di BIN banyak perwira intelijen yang perempuan," kata Nuning yang sempat meneliti tentang cara kerja intelijen di Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri.
Dosen Pascasarjana Unhan RI, Editha Praditya Duarte menilai, perempuan juga bisa berkiprah di dunia intelijen. Baik itu intelijen pertahanan, kepolisian, kejaksaan, hingga dunia bisnis. Editha menyebut, dunia intelijen itu ibarat dua sisi mata uang yang sebenarnya tujuannya untuk kepentingan Indonesia. "Perempuan itu adalah salah satu pilarnya dunia intelijen," katanya.
Editha menambahkan, tujuh bulan lagi Indonesia memiliki pemerintahan baru. Dia berharap, studi tentang intelijen di Indonesia bisa lebih berkembang lagi bukan sekadar diskursus, melainkan mampu menggerakkan kekuatan Indonesia di kancah global.
Editha menganggap, ada empat kekuataan intelijen yang bisa digerakkan pemerintah. Keempatnya adalah kekuatan domestik, digital, diaspora internasional, dan sisi akademisi. "Empat ini jika bisa bersinergi untuk kepentingan bangsa dan negara, ini akan amazing, kita punya jaringan keindonesiaan yang membawa kepentingan di dalam dan luar negeri sangat kuat," ujar Editha.
Sinergi swasta dan negara merupakan bagian dari Pentahelix pertahanan dan intelijen Indonesia: intelijen cyber, intelijen bencana, intelijen bisnis dan keuangan, adalah fokus esensial pengembangan pendekatan teritorial dan human intelligence (Humint) Indonesia.
”The human is the controller, the creator, the person behind the technology. So Humint is essential key. Jangan yang terjadi sebaliknya, manusia didikte teknologi dan menerima informasi dari sisi digital, tanpa kemampuan cek-ricek dalam menerima ledakan arus informasi intelijen,” kata Editha.
Mantan anggota Komisi I DPR ini merasa geram jika ada perwira atau agen intelijen malah menunjukkan diri bekerja di BIN. Bahkan ada yang sampai mengaku sebagai pegawai intelijen di warung demi mendapatkan pelayanan istimewa atau bisa beli secara gratis.
"Jangan dagang diri seperti itu. Saya banyak jumpai orang tak bisa nahan diri, ngaku orangnya intel, malah bangga. Atur mental, jadi intelijen jangan ingin terkenal," ucapnya.
Nuning juga mengakui, dulunya dunia intelijen terkait erat dengan pekerjaan laki-laki. Nuning mengaku pernah disentil seorang jenderal ketika membuat disertasi tentang intelijen, lantaran dianggap melakukan pekerjaan tidak umum. Faktanya, saat ini sudah banyak perempuan menjadi pegawai intelijen.
"Perempuan kok mengambil intelijen, itu bersifat maskulin lho? Padahal tidak? Buktinya di BIN banyak perwira intelijen yang perempuan," kata Nuning yang sempat meneliti tentang cara kerja intelijen di Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri.
Dosen Pascasarjana Unhan RI, Editha Praditya Duarte menilai, perempuan juga bisa berkiprah di dunia intelijen. Baik itu intelijen pertahanan, kepolisian, kejaksaan, hingga dunia bisnis. Editha menyebut, dunia intelijen itu ibarat dua sisi mata uang yang sebenarnya tujuannya untuk kepentingan Indonesia. "Perempuan itu adalah salah satu pilarnya dunia intelijen," katanya.
Editha menambahkan, tujuh bulan lagi Indonesia memiliki pemerintahan baru. Dia berharap, studi tentang intelijen di Indonesia bisa lebih berkembang lagi bukan sekadar diskursus, melainkan mampu menggerakkan kekuatan Indonesia di kancah global.
Editha menganggap, ada empat kekuataan intelijen yang bisa digerakkan pemerintah. Keempatnya adalah kekuatan domestik, digital, diaspora internasional, dan sisi akademisi. "Empat ini jika bisa bersinergi untuk kepentingan bangsa dan negara, ini akan amazing, kita punya jaringan keindonesiaan yang membawa kepentingan di dalam dan luar negeri sangat kuat," ujar Editha.
Sinergi swasta dan negara merupakan bagian dari Pentahelix pertahanan dan intelijen Indonesia: intelijen cyber, intelijen bencana, intelijen bisnis dan keuangan, adalah fokus esensial pengembangan pendekatan teritorial dan human intelligence (Humint) Indonesia.
”The human is the controller, the creator, the person behind the technology. So Humint is essential key. Jangan yang terjadi sebaliknya, manusia didikte teknologi dan menerima informasi dari sisi digital, tanpa kemampuan cek-ricek dalam menerima ledakan arus informasi intelijen,” kata Editha.
Lihat Juga :
tulis komentar anda