Analisis Roy Suryo Terkait Sirekap yang Banyak Masalah
Rabu, 28 Februari 2024 - 18:53 WIB
JAKARTA - Pakar telematika Roy Suryo membeberkan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik KPU yang banyak masalah. Singkatan Terstruktur, Sistematif, dan Masif (TSM) pun belakangan sering disebut pascapelaksanaan Pemilu 2024.
Sirekap pun diduga menjadi salah satu media untuk melancarkan dugaan kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif dalam Pilpres 2024. Dalam penjelasannya, Roy menerangkan dugaan kecurangan tersebut terjadi ketika Sirekap diunduh oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di awal peresmiannya.
Setelah diunduh atau di-download oleh banyak petugas KPPS, Sirekap mengalami perubahan yang bukan tidak mungkin terjadi kesalahan secara TSM. “Ibarat pertandingan sudah bermain, software-nya diperbaiki, sehingga membuat orang yang tadinya mendownload Sirekap ini pada awal Januari, yang didownload oleh KPPS itu tidak sama. Jadi kesalahannya bisa masif. Dan ini (diubah) dalam catatan saya terjadi 10 kali," kata Roy dalam pertemuan Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2023).
Roy juga menegaskan sistem Sirekap ini tidak layak digunakan untuk membantu penghitungan suara Pilpres 2024. Dia menilai kesalahan sistem yang dimiliki Sirekap mempertaruhkan kemajuan bangsa.
Contoh dugaan kecurangan lainnya, Roy mengklaim Sirekap bukan di-hack atau diretas, melainkan dimatikan. Namun dia tak menyebut siapa pelaku yang mematikan sistem penghitungan di Sirekap.
"Sebenarnya Sirekap bukan di-hack tapi memang dimatikan. Kenapa dimatikan, karena memasukkan script untuk memasukkan program colongan,” ujarnya.
Roy mengaku setiap hari masih terus memantau perkembangan Sirekap serta mencatat berbagai perubahan yang terjadi. Lebih lanjut, dia juga sudah mengantongi beberapa bukti untuk bisa dipertanggungjawabkan.
“Pada pukul 19.00 WIB sekian, pada tabulasi di Sirekap sudah muncul persentase sama seperti quick count, paslon 01 24 persen, paslon 02 58 persen dan paslon 03 17 persen. Padahal itu hari pertama jam 7 malam, belum ada data TPS yang masuk, ada buktinya,” tambah Roy.
Karena tidak masuk akal dengan hasil quick count di hari pencoblosan itu cukup membuat Roy penasaran. “Pada tanggal 14 Februari, itu sengaja di-hold kemudian semua hal yang keluar akan masuk dalam perhitungan tadi, 24, 58, 17. Jadi mau kapan pun angkanya segitu, ini tidak masuk akal,” kata dia.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
Sirekap pun diduga menjadi salah satu media untuk melancarkan dugaan kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif dalam Pilpres 2024. Dalam penjelasannya, Roy menerangkan dugaan kecurangan tersebut terjadi ketika Sirekap diunduh oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di awal peresmiannya.
Setelah diunduh atau di-download oleh banyak petugas KPPS, Sirekap mengalami perubahan yang bukan tidak mungkin terjadi kesalahan secara TSM. “Ibarat pertandingan sudah bermain, software-nya diperbaiki, sehingga membuat orang yang tadinya mendownload Sirekap ini pada awal Januari, yang didownload oleh KPPS itu tidak sama. Jadi kesalahannya bisa masif. Dan ini (diubah) dalam catatan saya terjadi 10 kali," kata Roy dalam pertemuan Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2023).
Roy juga menegaskan sistem Sirekap ini tidak layak digunakan untuk membantu penghitungan suara Pilpres 2024. Dia menilai kesalahan sistem yang dimiliki Sirekap mempertaruhkan kemajuan bangsa.
Contoh dugaan kecurangan lainnya, Roy mengklaim Sirekap bukan di-hack atau diretas, melainkan dimatikan. Namun dia tak menyebut siapa pelaku yang mematikan sistem penghitungan di Sirekap.
"Sebenarnya Sirekap bukan di-hack tapi memang dimatikan. Kenapa dimatikan, karena memasukkan script untuk memasukkan program colongan,” ujarnya.
Roy mengaku setiap hari masih terus memantau perkembangan Sirekap serta mencatat berbagai perubahan yang terjadi. Lebih lanjut, dia juga sudah mengantongi beberapa bukti untuk bisa dipertanggungjawabkan.
“Pada pukul 19.00 WIB sekian, pada tabulasi di Sirekap sudah muncul persentase sama seperti quick count, paslon 01 24 persen, paslon 02 58 persen dan paslon 03 17 persen. Padahal itu hari pertama jam 7 malam, belum ada data TPS yang masuk, ada buktinya,” tambah Roy.
Karena tidak masuk akal dengan hasil quick count di hari pencoblosan itu cukup membuat Roy penasaran. “Pada tanggal 14 Februari, itu sengaja di-hold kemudian semua hal yang keluar akan masuk dalam perhitungan tadi, 24, 58, 17. Jadi mau kapan pun angkanya segitu, ini tidak masuk akal,” kata dia.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
(rca)
tulis komentar anda