Hasto: Film Dirty Vote Suara Kebenaran Dinamika Politik di Lapangan
Senin, 12 Februari 2024 - 20:22 WIB
JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai film Dirty Vote yang sedang ramai diperbincangkan saat ini menyuarakan kebenaran dinamika politik di lapangan. Menurut dia, film tersebut merupakan kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan penyelenggara pemilu dengan harapan agar pemilu demokratis dan jurdil dapat diwujudkan.
“Film ini mampu mengungkapkan berbagai kecurangan pemilu yang dilakukan secara masif, bahkan campur tangan kekuasaan istana sangat kental terasa,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/2/2024).
Dia menuturkan, dari film tersebut tampak kuatnya rekayasa pemilu yang diawali dengan manipulasi hukum di Mahkamah Konstitusi (MK); keberpihakan penguasa istana terhadap Prabowo-Gibran melalui penunjukkan Pj Kepala daerah yang ditempatkan sebagai hak prerogatif presiden, melupakan proses yang seharusnya demokratis.
Selanjutnya, tekanan terhadap kepala daerah, kepala dinas, kepala desa, hingga kelompok demokrasi oleh oknum TNI Polri yang seharusnya bertindak netral; hingga penyalahgunaan anggaran negara melalui bansos. Dia menuturkan, desain kecurangan pemilu pendeknya dilakukan dari hulu-hilir.
“Berbagai fakta yang diuangkapkan dalam film Dirty Vote mewakili berbagai tekanan yang dialami Ganjar-Mahfud dan PDI Perjuangan. Dalam pertimbangan akal sehat, nurani, dan moral, kami sungguh tidak menyangka Pak Jokowi sudah berubah seperti itu. Menempatkan kekuasaan di atas segalanya. Berbagai rekayasa kecurangan tsb sangat merugikan Ganjar-Mahfud,” tuturnya.
Hasto menegaskan, PDI Perjuangan percaya bahwa pemilu itu mengandung kesakralan karena suara rakyat adalah suara Tuhan. Dia menambahkan, pemilu secara otomatis akan berjalan damai apabila kecurangan sirna.
“Karena itulah bagi siapa pun yang melakukan manipulasi pemilu, dan mengerahkan seluruh elemen kekuasaan untuk kecurangan masif, akan berhadapan dengan kekuatan rakyat. Satyam Eva Jayate,” pungkasnya.
“Film ini mampu mengungkapkan berbagai kecurangan pemilu yang dilakukan secara masif, bahkan campur tangan kekuasaan istana sangat kental terasa,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/2/2024).
Dia menuturkan, dari film tersebut tampak kuatnya rekayasa pemilu yang diawali dengan manipulasi hukum di Mahkamah Konstitusi (MK); keberpihakan penguasa istana terhadap Prabowo-Gibran melalui penunjukkan Pj Kepala daerah yang ditempatkan sebagai hak prerogatif presiden, melupakan proses yang seharusnya demokratis.
Selanjutnya, tekanan terhadap kepala daerah, kepala dinas, kepala desa, hingga kelompok demokrasi oleh oknum TNI Polri yang seharusnya bertindak netral; hingga penyalahgunaan anggaran negara melalui bansos. Dia menuturkan, desain kecurangan pemilu pendeknya dilakukan dari hulu-hilir.
“Berbagai fakta yang diuangkapkan dalam film Dirty Vote mewakili berbagai tekanan yang dialami Ganjar-Mahfud dan PDI Perjuangan. Dalam pertimbangan akal sehat, nurani, dan moral, kami sungguh tidak menyangka Pak Jokowi sudah berubah seperti itu. Menempatkan kekuasaan di atas segalanya. Berbagai rekayasa kecurangan tsb sangat merugikan Ganjar-Mahfud,” tuturnya.
Hasto menegaskan, PDI Perjuangan percaya bahwa pemilu itu mengandung kesakralan karena suara rakyat adalah suara Tuhan. Dia menambahkan, pemilu secara otomatis akan berjalan damai apabila kecurangan sirna.
“Karena itulah bagi siapa pun yang melakukan manipulasi pemilu, dan mengerahkan seluruh elemen kekuasaan untuk kecurangan masif, akan berhadapan dengan kekuatan rakyat. Satyam Eva Jayate,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda