6 Bujukan Moral Senat Akademika ITB-AD

Senin, 12 Februari 2024 - 15:03 WIB
Ketua Senat Akademika ITB-AD Mukhaer Pakkanna. Foto/Istimewa
JAKARTA - Senat Akademika Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) memberi catatan dan bujukan moral kepada seluruh masyarakat Indonesia memasuki masa tenang jelang hari pencoblosan Pemilu 2024 pada Rabu, 14 Februari 2024 dan menelisik dinamika politik teranyar. Bujukan moral tersebut berisi enam poin penting.

Pertama, perlunya para pemilih untuk mencermati secara serius, menilai rekam jejak (track record) kepada para calon yang berkontestasi, baik untuk pemilihan calon presiden/wakil presiden, calon dewan perwakilan daerah (DPD RI) maupun pemilihan calon legislatif (DPRD Kabupaten/kota, DPRD provinsi, dan DPR RI).

Gunakan hati nurani dan pikiran jernih, tidak sekadar ikut-ikutan (latah) dalam menentukan pilihan. Yakinlah, bahwa suara atau pilihan Anda akan sangat berharga bagi kemajuan bangsa.





"Karena itu, bagi umat Islam, kami menyampaikan bahwa sebelum melangkah ke tempat pemungutan suara (TPS) disunahkan untuk salat istikharah, untuk memohon ampun dan petunjuk kepada Allah SWT tatkala dihadapkan pada sebuah pilihan," ujar Ketua Senat Akademika ITB-AD Mukhaer Pakkanna, Senin (12/2/2024).

Kedua, pihaknya mengimbau pada saat usai pencoblosan pemilu, 14 Februari 2024, agar para kontestan, pendukung kontestan, dan pemilih, jika mereka menang dengan suara terbanyak, untuk segera istighfar (minta ampunan kepada Allah) dan tidak berlebihan dalam euforia hingga muncul rasa sombong, takabur, dan lupa diri bahkan merendahkan pihak-pihak lain yang dianggap kalah.

Demikian pula, bagi mereka yang belum diberikan kesempatan kepada rakyat, memperoleh suara terbanyak agar segera intropeksi, mawas diri (uraqabah), dan sabar dengan tidak langsung menyalahkan pihak lain bertindak curang dan berkhianat. Gunakan prosedur hukum yang berlaku jika pihak Anda merasa teraniaya dan terkalahkan.

"Kami berharap pula agar masyarakat melakukan pengawasan dan pengawalan terhadap tindakan manipulasi suara, penggiringan opini, tekanan, dan lainnya. Demikian pula, para petugas pemilu dan kontestan, jangan sampai ada niatan dan praktik manipulatif dalam perhitungan suara sehingga rawan menimbulkan masalah krusial ke depan dan bisa meluruhkan spirit kebersamaan sebagai warga negara," tuturnya.

Ketiga, kontestasi Pemilu 2024 yakinilah bahwa itu bukan segala-galanya yang akan mementukan nasib bangsa ke depan. Apalagi dalam kontestasi politik seperti itu berlaku diktum: “siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana”. Bahkan seolah berlaku teorema politik: “tidak ada kawan dan musuh abadi, yang ada adalah kepentingan abadi”. Sehingga acapkali praktik politik begitu cair dan licik.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More