Di Hadapan Ribuan Warga Malang, Mahfud: Siapa Pun yang Sewenang-wenang Hanya Menunggu Waktu
Rabu, 07 Februari 2024 - 21:14 WIB
Mantan Menko Polhukam ini menjelaskan bagaimana kekuasaan itu tidak akan abadi. Bahkan orang-orang yang pernah berkuasa dan dinyatakan hebat sejak zaman Firaun di masa Nabi Musa As akan jatuh juga. Hal itu sudah menjadi takdir Tuhan dan tercantum dalam Kitab Suci Al-Qur'an.
"Lihat orang-orang sehebat apa pun, sekuat apa pun, pada saatnya akan berhenti dari jabatannya, jabatan itu bergilir menurut sejarah, lihat sejarah Firaun, semua orang takut bahkan sampai menyamakan dirinya dengan Tuhan, pada saatnya dia habis juga," paparnya.
Mahfud juga mencontohkan tokoh-tokoh besar dunia, seperti Stalin yang berkuasa di Uni Soviet dan Adolf Hitler yang berkuasa di Jerman akhirnya juga jatuh meski telah membangun kekuasaan dan kekuatan agar tidak bisa menandinginya. Bahkan kedua tokoh itu dicap sebagai aib negara karena menjalankan kekuasaannya dengan sewenang-wenang dan melaksanakan tugas dengan jahat.
"Bagi mereka yang jatuh itu akan meninggalkan kenangan manis bagi mereka yang ketika memerintah menjalankan tugas dengan baik dan akan tercatat sebagai aib bagi negara kalau dia melaksanakan tugas dengan jahat, sewenang-wenang, antikemanusiaan, dan antidemokrasi," terangnya.
Ia membandingkan dengan para pemimpin besar dunia seperti Mahatma Gandhi yang menjadi pejuang kemerdekaan India, memimpin negara dengan penuh kasih kemanusiaan dan memperjuangkan rakyatnya, maka ia dikenang oleh rakyatnya dan dunia sebagai pejuang kemerdekaan yang penuh rasa kasih sayang.
"Ingat sejarah akan menyatakan itu, kehidupan ini berputar, siapa yang merasa kuat sekarang pada saatnya akan lemah. Saudara lihat Pak Harto (Soeharto Presiden Indonesia ke-2), kurang apa Pak Harto, dulu kalau Pak Harto berjalan, Pak Harto berdehem, hem! Orang se-Indonesia akan ikut berdehem, karena saking berwibawanya dan kuatnya Pak Harto," bebernya.
"Tanggal 21 Maret 98, Pak Harto dipilih secara aklamasi oleh seluruh anggota MPR, yang mewakili jutaan rakyat Indonesia aklamasi, dipilih tidak ada calon lain yang lebih bagus dari ini, hanya ini yang bagus. Tapi dua bulan kemudian pada tanggal 21 Mei, hanya dua bulan Pak Harto sesudah itu jatuh dengan terhinakan," imbuhnya.
Pria berusia 66 tahun ini menuturkan, Soeharto di akhir-akhir pemerintahannya antidemokrasi yang membuat rakyat bergerak. Maka inilah yang disebut Mahfud, seorang penguasa janganlah sewenang-wenang karena sejarah sudah mengajarkan kepada siapa pun.
"Lihat orang-orang sehebat apa pun, sekuat apa pun, pada saatnya akan berhenti dari jabatannya, jabatan itu bergilir menurut sejarah, lihat sejarah Firaun, semua orang takut bahkan sampai menyamakan dirinya dengan Tuhan, pada saatnya dia habis juga," paparnya.
Mahfud juga mencontohkan tokoh-tokoh besar dunia, seperti Stalin yang berkuasa di Uni Soviet dan Adolf Hitler yang berkuasa di Jerman akhirnya juga jatuh meski telah membangun kekuasaan dan kekuatan agar tidak bisa menandinginya. Bahkan kedua tokoh itu dicap sebagai aib negara karena menjalankan kekuasaannya dengan sewenang-wenang dan melaksanakan tugas dengan jahat.
"Bagi mereka yang jatuh itu akan meninggalkan kenangan manis bagi mereka yang ketika memerintah menjalankan tugas dengan baik dan akan tercatat sebagai aib bagi negara kalau dia melaksanakan tugas dengan jahat, sewenang-wenang, antikemanusiaan, dan antidemokrasi," terangnya.
Ia membandingkan dengan para pemimpin besar dunia seperti Mahatma Gandhi yang menjadi pejuang kemerdekaan India, memimpin negara dengan penuh kasih kemanusiaan dan memperjuangkan rakyatnya, maka ia dikenang oleh rakyatnya dan dunia sebagai pejuang kemerdekaan yang penuh rasa kasih sayang.
"Ingat sejarah akan menyatakan itu, kehidupan ini berputar, siapa yang merasa kuat sekarang pada saatnya akan lemah. Saudara lihat Pak Harto (Soeharto Presiden Indonesia ke-2), kurang apa Pak Harto, dulu kalau Pak Harto berjalan, Pak Harto berdehem, hem! Orang se-Indonesia akan ikut berdehem, karena saking berwibawanya dan kuatnya Pak Harto," bebernya.
"Tanggal 21 Maret 98, Pak Harto dipilih secara aklamasi oleh seluruh anggota MPR, yang mewakili jutaan rakyat Indonesia aklamasi, dipilih tidak ada calon lain yang lebih bagus dari ini, hanya ini yang bagus. Tapi dua bulan kemudian pada tanggal 21 Mei, hanya dua bulan Pak Harto sesudah itu jatuh dengan terhinakan," imbuhnya.
Baca Juga
Pria berusia 66 tahun ini menuturkan, Soeharto di akhir-akhir pemerintahannya antidemokrasi yang membuat rakyat bergerak. Maka inilah yang disebut Mahfud, seorang penguasa janganlah sewenang-wenang karena sejarah sudah mengajarkan kepada siapa pun.
tulis komentar anda