Pemimpin Harus Menjunjung Etika Bukan Halalkan Segala Cara
Selasa, 19 Desember 2023 - 16:41 WIB
"Yang paling penting diteladani dari demokrasi ala Gus Dur adalah tentang budaya etika yang beliau pegang teguh, dijalankan dan diperjuangkan," kata Inayah Wahid.
Menurutnya, Gus Dur tidak menganggap demokrasi dan pemilu sebagai prosedur dan angka-angka elektoral, tetapi memiliki kandungan mandat nilai perjuangan harkat martabat manusia dan kesejahteraan. "Demokrasi di sisi Gus Dur, juga tak bisa dipisahkan dari budaya anti kekerasan dan ketaatan pada konstitusi," katanya.
Sementara itu, Menteri Agama (menag) periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan tema Haul Gus Dur berkaitan dengan kondisi bangsa dan negara Indonesia saat ini.
"Iya itu kaitannya erat dengan saat ini di mana kita menjelang Pilpres dan Pileg 2024. Jadi kita ingin mengajak semua masyarakat, semua kita, bahwa demokrasi itu memang bukanlah yang terbaik tapi dia adalah titik temu di tengah-tengah keberagaman," katanya.
Demokrasi menjadi jalan yang disepakati bersama. Demokrasi memang tidak sempurna tapi yang terbaik saat ini. Di sisi lain, Lukman menilai saat ini ada pihak yang ingin mendangkalkan demokrasi.
"Saat ini demokrasi ini ingin disalahgunakan, sehingga demokrasi hanya dimaknai dan disikapi secara prosedural formal belaka. Istilah Gus Dur itu seolah-olah demokrasi," katanya.
Pesan dari para tokoh bangsa dalam acara tersebut adalah ingin mengingatkan publik atas substansi demokrasi. "Ini yang ingin diketengahkan, sehingga demokrasi itu bukan hanya prosedural-formalitas belaka, tapi tidak kalah penting adalah makna substantif dari demokrasi yaitu kebersamaan, bukan perkara mayoritas dan minoritas saja, bukan menang-kalah," katanya.
Kendati demikian, muncul tantangan besar yakni sekelompok orang yang mengaku berdemokrasi tapi meninggalkan etika. Padahal demokrasi tidak hanya perkara menang kalah, demokrasi sebenarnya harus dikendalikan oleh etika dan nilai.
Menurutnya, Gus Dur tidak menganggap demokrasi dan pemilu sebagai prosedur dan angka-angka elektoral, tetapi memiliki kandungan mandat nilai perjuangan harkat martabat manusia dan kesejahteraan. "Demokrasi di sisi Gus Dur, juga tak bisa dipisahkan dari budaya anti kekerasan dan ketaatan pada konstitusi," katanya.
Sementara itu, Menteri Agama (menag) periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan tema Haul Gus Dur berkaitan dengan kondisi bangsa dan negara Indonesia saat ini.
"Iya itu kaitannya erat dengan saat ini di mana kita menjelang Pilpres dan Pileg 2024. Jadi kita ingin mengajak semua masyarakat, semua kita, bahwa demokrasi itu memang bukanlah yang terbaik tapi dia adalah titik temu di tengah-tengah keberagaman," katanya.
Demokrasi menjadi jalan yang disepakati bersama. Demokrasi memang tidak sempurna tapi yang terbaik saat ini. Di sisi lain, Lukman menilai saat ini ada pihak yang ingin mendangkalkan demokrasi.
"Saat ini demokrasi ini ingin disalahgunakan, sehingga demokrasi hanya dimaknai dan disikapi secara prosedural formal belaka. Istilah Gus Dur itu seolah-olah demokrasi," katanya.
Pesan dari para tokoh bangsa dalam acara tersebut adalah ingin mengingatkan publik atas substansi demokrasi. "Ini yang ingin diketengahkan, sehingga demokrasi itu bukan hanya prosedural-formalitas belaka, tapi tidak kalah penting adalah makna substantif dari demokrasi yaitu kebersamaan, bukan perkara mayoritas dan minoritas saja, bukan menang-kalah," katanya.
Kendati demikian, muncul tantangan besar yakni sekelompok orang yang mengaku berdemokrasi tapi meninggalkan etika. Padahal demokrasi tidak hanya perkara menang kalah, demokrasi sebenarnya harus dikendalikan oleh etika dan nilai.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda