Pemuda, Pemilu, dan Bonus Demografi
Jum'at, 27 Oktober 2023 - 23:57 WIB
Merilis data KPU, pemilih pada Pemilu 2024 didominasi oleh kaum muda yang menempati angka 55 persen. Kaum-kaum muda ini memliki peran penting dalam penentuan kualitas pemilu serta kualitas pemimpin yang terpilih nantinya. Akankah membawa Indonesia pada perubahan yang lebih baik atau justru sebaliknya, Indonesia bukan siapa-siapa di hadapan negara-negara dunia. Dengan demikian, posisi kaum muda diakui memiliki peranan strategis dalam melakukan sebuah perubahan.
Menilik sejarah, kaum muda di Indonesia mengalami depolitisasi secara massif pada masa pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu, kaum muda ditempatkan pada asas keteraraturan, baik dalam lingkup keorganisasian maupun pendidikan. Hal ini kemudian dianggap jadi pemicu awal sikap apolitis di kalangan pemuda. Seakan-akan ada jurang pemisah antara dunia politik dan dunia kaum muda. Pada akhirnya, terciptalah sebuah apatisme politik di kalangan kaum muda dan cenderung menjauhkan diri dari hiruk pikuk proses politik.
Hal ini kemudian berlanjut bahwa pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih. Sehingga apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan ini menyebabkan pemilih pemula atau pemilih muda sangat rawan dipengaruhi dan didekati dengan pendekatan materi kepentingan partai-partai politik.
Ketidaktahuan dalam persoalan politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula sering hanya dimanfaatkan oleh partai politik dan politisi untuk kepentingan politiknya. Misal, digunakan untuk penggalangan massa, pembentukan organisasi underbow partai dan semacamnya.
Melihat fakta di atas, dengan sekian kuantitas yang signifikan serta kondisi angka produktif yang nampak ke permukaan. Kaum muda dituntut berperan aktif dalam pelaksanaan Pemilu 2024 nanti.. Bagaimanapun juga, kaum muda menjadi tolok ukur sejauh mana Pemilu 2024 berjalan sesuai dengan yang kita cita-citakan bersama.
Dengan demikan, ada beberapa hal kenapa keterlibatan aktif kaum muda menjadi perhitungan penting pada gelaran demokrasi tahun depan. Pertama, angka pemilih muda menjadi salah satu tolok ukur suksesnya Pemilu 2024. Tentunya, jumlah besar itu tidak hanya menjadi sekadar penyumbang suara semata. Akan tetapi, kaum muda mampu menjadi pemilih aktif dan partisipatif. Kaum muda harus mampu menjadi kelompok smart voters pada pesta demokrasi 2024 nanti.
Kedua, keterlibatan kaum muda dalam Pemilu 2024 akan menghapus anggapan negatif yang selama ini kerap disematkan oleh publik. Keterlibatan aktif kaum muda akan menjadi jawaban, bahwa kaum muda bukanlah kelompok apolitis atau apatisme terhadap perjalanan politik yang terjadi. Justru, kaum muda harus menjadi contoh bagi masyarakat serta mampu menyampaikan pesan politik yang baik.
Mewakili usia produktif bangsa ini, kaum muda dituntut mampu mengubah pola pikir masyarakat yang cenderung memaknai politik secara sempit. Artinya, keterlibatan kaum muda diharapkan bisa menjadi sebuah pendidikan politik bagi masyarakat.
Ketiga, sebagai generasi penerus bangsa, kaum muda memiliki tanggung jawab atas baik buruknya bangsa ini. Jika kaum muda apatis terhadap politik, sikap ini hanya akan memperpanjang politik dengan makna hitamnya. Singkatnya, realita politik yang kotor tidak akan berubah menjadi baik, jika apatisme politik dan memilih tidak terlibat pada proses politik masih menjadi pilihan utama kaum muda.
Pemahaman yang benar dalam berpolitik menjadi hal penting agar pemuda tidak apriori melihat kondisi negara. Keterlibatan pemuda dalam politik menjadi sangat penting di tengah kondisi yang kian kalut. Hadirnya generasi milenial dan bonus demografi merupakan bukti bahwa pemuda memiliki tanggung jawab dan peran besar dalam kaitannya menjaga kualitas demokrasi di Indonesia.
Menilik sejarah, kaum muda di Indonesia mengalami depolitisasi secara massif pada masa pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu, kaum muda ditempatkan pada asas keteraraturan, baik dalam lingkup keorganisasian maupun pendidikan. Hal ini kemudian dianggap jadi pemicu awal sikap apolitis di kalangan pemuda. Seakan-akan ada jurang pemisah antara dunia politik dan dunia kaum muda. Pada akhirnya, terciptalah sebuah apatisme politik di kalangan kaum muda dan cenderung menjauhkan diri dari hiruk pikuk proses politik.
Hal ini kemudian berlanjut bahwa pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih. Sehingga apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan ini menyebabkan pemilih pemula atau pemilih muda sangat rawan dipengaruhi dan didekati dengan pendekatan materi kepentingan partai-partai politik.
Ketidaktahuan dalam persoalan politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula sering hanya dimanfaatkan oleh partai politik dan politisi untuk kepentingan politiknya. Misal, digunakan untuk penggalangan massa, pembentukan organisasi underbow partai dan semacamnya.
Melihat fakta di atas, dengan sekian kuantitas yang signifikan serta kondisi angka produktif yang nampak ke permukaan. Kaum muda dituntut berperan aktif dalam pelaksanaan Pemilu 2024 nanti.. Bagaimanapun juga, kaum muda menjadi tolok ukur sejauh mana Pemilu 2024 berjalan sesuai dengan yang kita cita-citakan bersama.
Dengan demikan, ada beberapa hal kenapa keterlibatan aktif kaum muda menjadi perhitungan penting pada gelaran demokrasi tahun depan. Pertama, angka pemilih muda menjadi salah satu tolok ukur suksesnya Pemilu 2024. Tentunya, jumlah besar itu tidak hanya menjadi sekadar penyumbang suara semata. Akan tetapi, kaum muda mampu menjadi pemilih aktif dan partisipatif. Kaum muda harus mampu menjadi kelompok smart voters pada pesta demokrasi 2024 nanti.
Kedua, keterlibatan kaum muda dalam Pemilu 2024 akan menghapus anggapan negatif yang selama ini kerap disematkan oleh publik. Keterlibatan aktif kaum muda akan menjadi jawaban, bahwa kaum muda bukanlah kelompok apolitis atau apatisme terhadap perjalanan politik yang terjadi. Justru, kaum muda harus menjadi contoh bagi masyarakat serta mampu menyampaikan pesan politik yang baik.
Mewakili usia produktif bangsa ini, kaum muda dituntut mampu mengubah pola pikir masyarakat yang cenderung memaknai politik secara sempit. Artinya, keterlibatan kaum muda diharapkan bisa menjadi sebuah pendidikan politik bagi masyarakat.
Ketiga, sebagai generasi penerus bangsa, kaum muda memiliki tanggung jawab atas baik buruknya bangsa ini. Jika kaum muda apatis terhadap politik, sikap ini hanya akan memperpanjang politik dengan makna hitamnya. Singkatnya, realita politik yang kotor tidak akan berubah menjadi baik, jika apatisme politik dan memilih tidak terlibat pada proses politik masih menjadi pilihan utama kaum muda.
Pemahaman yang benar dalam berpolitik menjadi hal penting agar pemuda tidak apriori melihat kondisi negara. Keterlibatan pemuda dalam politik menjadi sangat penting di tengah kondisi yang kian kalut. Hadirnya generasi milenial dan bonus demografi merupakan bukti bahwa pemuda memiliki tanggung jawab dan peran besar dalam kaitannya menjaga kualitas demokrasi di Indonesia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda