Pemuda, Pemilu, dan Bonus Demografi

Jum'at, 27 Oktober 2023 - 23:57 WIB
loading...
Pemuda, Pemilu, dan...
Purnama Dhedhy Styawan Sekretaris Bidang Keuangan dan Perbankan DPP PKB. Foto/istimewa
A A A
Purnama Dhedhy Styawan
Sekretaris Bidang Keuangan dan Perbankan DPP PKB

PADA 2023, sebagian besar penduduk Indonesia dihuni oleh kalangan muda. Ada sekitar 47,3 persen penduduk Indonesia dari generasi milenial. Kelompok ini dinilai memiliki karakter yang lebih kritis, melek informasi dan kesehariannya sangat dekat dengan teknologi. Generasi milenial juga dikenal sebagai generasi yang ambisius dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam mewujudkan cita-citanya.

Phil Howe dan Williams Stratus (2010) menyebutkan bahwa generasi milenial sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, khususnya generasi “baby boomers” yang lahir dalam rentang waktu 1945-1960-an. Generasi ini cenderung lebih menginginkan adanya interaksi sosial dan kolaborasi tim dalam tempat kerja, keberadaannya cenderung inovatif.

Intinya, generasi milenial adalah generasi yang ingin tumbuh, ingin memberikan impact yang berarti serta ingin menciptakan dan memberikan sebuah perubahan. Hal ini tentu menjadi modal emas bagi Indonesia dalam melejitkan persaingan di era glogal bersama negara-negara berkembang lainnya, bahkan negara-negara maju sekali pun.

Sebagaimana data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mencapai angka 305,6 juta jiwa. Di mana, angka penduduk yang berada dalam pusaran usia produktif pada 2030 diperkirakan mencapai 70 persen atau 180 juta jiwa. Angka ini lebih tinggi dari negara-negara ASEAN lainnya. Tak heran jika Indonesia diprediksi memiliki peluang untuk dapat menikmati hadirnya bonus demografi. Peluang tersebut ditandai dengan adanya rasio teketergantungan yang terus menurun.

Sederhananya, kehadiran generasi milenial dan bonus demografi adalah dua kesempatan emas yang tak bisa dipisahkan. Bisa dikatakan, keberhasilan memanfaatkan generasi milenial merupakan jalan terang Indonesia untuk menikmati hadirnya ledakan usia produktif. Dengan catatan, jika ledakan usia produktif dikelola dengan positif. Pun sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik, maka kehadirannya akan menjadi bencana.

Pemuda dan Keterlibatannya dalam Politik

Pemilu 2024 menjadi penentu arah ledakan usia produktif, akankah menjadi berkah atau justru menjadi musibah. Oleh karenanya, keterlibatan kaum muda atau generasi milenial yang menjadi penyumbang suara terbesar harus menggunakan hak pilihnya dengan perhitungan yang matang. Generasi ini musti lantang menyuarakan; tidak ada tempat bagi politik uang.

Merilis data KPU, pemilih pada Pemilu 2024 didominasi oleh kaum muda yang menempati angka 55 persen. Kaum-kaum muda ini memliki peran penting dalam penentuan kualitas pemilu serta kualitas pemimpin yang terpilih nantinya. Akankah membawa Indonesia pada perubahan yang lebih baik atau justru sebaliknya, Indonesia bukan siapa-siapa di hadapan negara-negara dunia. Dengan demikian, posisi kaum muda diakui memiliki peranan strategis dalam melakukan sebuah perubahan.

Menilik sejarah, kaum muda di Indonesia mengalami depolitisasi secara massif pada masa pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu, kaum muda ditempatkan pada asas keteraraturan, baik dalam lingkup keorganisasian maupun pendidikan. Hal ini kemudian dianggap jadi pemicu awal sikap apolitis di kalangan pemuda. Seakan-akan ada jurang pemisah antara dunia politik dan dunia kaum muda. Pada akhirnya, terciptalah sebuah apatisme politik di kalangan kaum muda dan cenderung menjauhkan diri dari hiruk pikuk proses politik.

Hal ini kemudian berlanjut bahwa pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih. Sehingga apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan ini menyebabkan pemilih pemula atau pemilih muda sangat rawan dipengaruhi dan didekati dengan pendekatan materi kepentingan partai-partai politik.

Ketidaktahuan dalam persoalan politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula sering hanya dimanfaatkan oleh partai politik dan politisi untuk kepentingan politiknya. Misal, digunakan untuk penggalangan massa, pembentukan organisasi underbow partai dan semacamnya.

Melihat fakta di atas, dengan sekian kuantitas yang signifikan serta kondisi angka produktif yang nampak ke permukaan. Kaum muda dituntut berperan aktif dalam pelaksanaan Pemilu 2024 nanti.. Bagaimanapun juga, kaum muda menjadi tolok ukur sejauh mana Pemilu 2024 berjalan sesuai dengan yang kita cita-citakan bersama.

Dengan demikan, ada beberapa hal kenapa keterlibatan aktif kaum muda menjadi perhitungan penting pada gelaran demokrasi tahun depan. Pertama, angka pemilih muda menjadi salah satu tolok ukur suksesnya Pemilu 2024. Tentunya, jumlah besar itu tidak hanya menjadi sekadar penyumbang suara semata. Akan tetapi, kaum muda mampu menjadi pemilih aktif dan partisipatif. Kaum muda harus mampu menjadi kelompok smart voters pada pesta demokrasi 2024 nanti.

Kedua, keterlibatan kaum muda dalam Pemilu 2024 akan menghapus anggapan negatif yang selama ini kerap disematkan oleh publik. Keterlibatan aktif kaum muda akan menjadi jawaban, bahwa kaum muda bukanlah kelompok apolitis atau apatisme terhadap perjalanan politik yang terjadi. Justru, kaum muda harus menjadi contoh bagi masyarakat serta mampu menyampaikan pesan politik yang baik.

Mewakili usia produktif bangsa ini, kaum muda dituntut mampu mengubah pola pikir masyarakat yang cenderung memaknai politik secara sempit. Artinya, keterlibatan kaum muda diharapkan bisa menjadi sebuah pendidikan politik bagi masyarakat.

Ketiga, sebagai generasi penerus bangsa, kaum muda memiliki tanggung jawab atas baik buruknya bangsa ini. Jika kaum muda apatis terhadap politik, sikap ini hanya akan memperpanjang politik dengan makna hitamnya. Singkatnya, realita politik yang kotor tidak akan berubah menjadi baik, jika apatisme politik dan memilih tidak terlibat pada proses politik masih menjadi pilihan utama kaum muda.

Pemahaman yang benar dalam berpolitik menjadi hal penting agar pemuda tidak apriori melihat kondisi negara. Keterlibatan pemuda dalam politik menjadi sangat penting di tengah kondisi yang kian kalut. Hadirnya generasi milenial dan bonus demografi merupakan bukti bahwa pemuda memiliki tanggung jawab dan peran besar dalam kaitannya menjaga kualitas demokrasi di Indonesia.

Menyalurkan ide-ide kreatif, inovatif dan kristisnya, saya yakin kehadiran pemuda (usia produktif) akan membawa perubahan bagi Indonesia—duduk sejajar, bahkan berada di atas negara-negara maju sekali pun.

Selamat Hari Sumpat Pemuda, jadilah bagian dari perubahan Indonesia.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1361 seconds (0.1#10.140)