Kepala BNPB Sebut Indonesia Butuh 50 Heli Water Bombing untuk Hadapi El Nino
Kamis, 14 September 2023 - 14:33 WIB
JAKARTA - Indonesia membutuhkan sebanyak 50 helikopter water bombing untuk menghadapi fenomena El Nino . Hal ini dikatakan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) , Letjen TNI Suharyanto.
"Jadi heli water bombing ini seharusnya di Indonesia ini minimal ketika El Nino itu ada 50, tapi sekarang yang tersedia hanya 22. Ini sudah seluruh Indonesia kami kerahkan," kata Suharyanto saat Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI mengenai Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Tahun 2024, Kamis (14/9/2023).
Suharyanto pun mengungkapkan, jika perang Ukraina dan Rusia menjadi salah satu penyebab kesulitan pengadaan Helikopter. "Kenapa hanya 22? Karena dulu-dulu itu ketika Ukraina dengan Rusia belum perang, kami ambil Heli dari sana Pak. Nah sekarang mereka bertempur sendiri, sehingga kesulitan," ucapnya.
Sehingga kata Suharyanto, sebanyak 22 heli water bombing ini dimaksimalkan untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia akibat kekeringan dampak dari fenomena El Nino.
"Nah, 22 ini yang kami oper-oper. Jadi mana provinsi yang kebakarannya pesat, kami langsung kirim ke sana Pak," jelasnya.
Selain itu, Suharyanto pun mengatakan penanganan karhutla juga menggunakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC). "Heli water bombing dipadukan juga dengan teknologi modifikasi cuaca," tegasnya.
Suharyanto mengatakan, operasi TMC saat ini sulit dilakukan karena awan-awan hujan tidak terbentuk, terutama pada akhir-akhir September yang diperkirakan menjadi puncak musim hujan.
"Nah, terkadang di akhir-akhir September seperti ini cuacanya atau awan hujannya tidak terbentuk sehingga mendatangkan hujan ini agak susah juga Pak. Tapi ini kami kerja terus untuk karhutla ini mudah-mudahan tidak seperti kasus di 2015 dan 2019," pungkasnya.
Untuk diketahui, menurut informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) El Nino merupakan fenomena yang memicu kondisi kekeringan di wilayah Indonesia.
El Nino disebabkan adanya pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
"Jadi heli water bombing ini seharusnya di Indonesia ini minimal ketika El Nino itu ada 50, tapi sekarang yang tersedia hanya 22. Ini sudah seluruh Indonesia kami kerahkan," kata Suharyanto saat Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI mengenai Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Tahun 2024, Kamis (14/9/2023).
Suharyanto pun mengungkapkan, jika perang Ukraina dan Rusia menjadi salah satu penyebab kesulitan pengadaan Helikopter. "Kenapa hanya 22? Karena dulu-dulu itu ketika Ukraina dengan Rusia belum perang, kami ambil Heli dari sana Pak. Nah sekarang mereka bertempur sendiri, sehingga kesulitan," ucapnya.
Sehingga kata Suharyanto, sebanyak 22 heli water bombing ini dimaksimalkan untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia akibat kekeringan dampak dari fenomena El Nino.
"Nah, 22 ini yang kami oper-oper. Jadi mana provinsi yang kebakarannya pesat, kami langsung kirim ke sana Pak," jelasnya.
Selain itu, Suharyanto pun mengatakan penanganan karhutla juga menggunakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC). "Heli water bombing dipadukan juga dengan teknologi modifikasi cuaca," tegasnya.
Suharyanto mengatakan, operasi TMC saat ini sulit dilakukan karena awan-awan hujan tidak terbentuk, terutama pada akhir-akhir September yang diperkirakan menjadi puncak musim hujan.
"Nah, terkadang di akhir-akhir September seperti ini cuacanya atau awan hujannya tidak terbentuk sehingga mendatangkan hujan ini agak susah juga Pak. Tapi ini kami kerja terus untuk karhutla ini mudah-mudahan tidak seperti kasus di 2015 dan 2019," pungkasnya.
Untuk diketahui, menurut informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) El Nino merupakan fenomena yang memicu kondisi kekeringan di wilayah Indonesia.
El Nino disebabkan adanya pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
(maf)
tulis komentar anda