Tuah Indonesia Stop Islamofobia di Eropa
Sabtu, 12 Agustus 2023 - 05:14 WIB
Lantas apa korelasinya dengan Indonesia? Pertemuan khusus Sekjen OKI dengan Presiden Jokowi awal pekan ini diharapkan tidak sekadar seremonial semata dan gagal menyentuh persoalan yang subtansial. Kedatangan Hissein Brahim Taha ke Indonesia jelas bukan sembarang tujuan. Di balik proposal misi perdamaian ataupun kesejahteraan global yang diembannya, kunjungan khusus Hissein ini menguatkan bukti bahwa bangsa ini memiliki modal besar untuk membantu menata ketertiban dunia.
Indonesia harus menyadari akan posisi strategis yang dimiliki saat ini. Jika dikelola dengan matang, potensi ini bahkan bisa menjadi energi tersendiri untuk memperkuat posisi Indonesia di tengah percaturan dunia. Setidaknya ada empat potensi besar nan strategis yang dimiliki Indonesia untuk membantu meredakan Islamofobia yang menggejala di Eropa maupun dunia, akhir-akhir ini.
baca juga: Muslim Denmark: Pembakaran Alquran Bukan Kebebasan Berekspresi
Pertama, Indonesia adalah negara dengan berpenduduk Islam terbesar di dunia yang terbukti mampu menjaga keharmonisan hidup dengan penganut agama lain. Prinsip-prinsip hidup kebangsaan yang dipraktikkan di Indonesia telah teruji dan sangat memungkinkan untuk ditransformasikan di belahan negara lain, tanpa menggerus sedikitpun nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.
Kedua, Islam di Indonesia telah menjadi rujukan besar banyak negara, terutama berkaitan dengan relasi kehidupan antar umat beragama. Selama ini, kendati dianut mayoritas warganya, namun Islam di Indonesia sama sekali tak mencerminkan dan memuarakan rasa ketakutan, kecemasan atau ketakutan bagi penganut lain.
Ajaran dan praktik Islam yang membawa kedamaian bagi seluruh alam (rahmatan lilalamin) begitu kuat sehingga menciptakan keteduhan bersama. Peran besar sejumlah ormas seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun harmonisasi kehidupan beragama. Potensi besar ini pun diakui Presiden Jokowi.
Pada sambutan pembukaan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) yang digelar PBNU di Jakarta, Senin (7/8/2023), Jokowi menyebut tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Tuhan merujuk Vue Research Center mencapai 96% atau tertinggi di dunia.
baca juga: Protes Pembakaran Alquran, Demonstran Serbu Kedutaan Swedia di Bagdad
Tingginya kepercayaan ini diyakini berbanding lurus dengan moral masyarakatnya. Kesadaran akan perbedaan dan toleransi jadi salah satu bukti. Praktik kerukunan yang terpotret sangat baik ini bahkan sudah dan terus diadopsi sejumlah negara lain seperti Afghanistan demi mencegah ketegangan di internal mereka.
Ketiga, Indonesia adalah pemain utama di kancah global. Pengakuan ini setidaknya bisa tervalidasi lewat posisi Indonesia saat ini yang sangat aktif di sejumlah organisasi berlevel global sepertiG20. Bahkan 2022 lalu, Indonesia menjadi presidensi G20. Dua organisasi besar ini beranggotakan negara-negara kuat, utamanya dari sisi ekonomi.
Indonesia harus menyadari akan posisi strategis yang dimiliki saat ini. Jika dikelola dengan matang, potensi ini bahkan bisa menjadi energi tersendiri untuk memperkuat posisi Indonesia di tengah percaturan dunia. Setidaknya ada empat potensi besar nan strategis yang dimiliki Indonesia untuk membantu meredakan Islamofobia yang menggejala di Eropa maupun dunia, akhir-akhir ini.
baca juga: Muslim Denmark: Pembakaran Alquran Bukan Kebebasan Berekspresi
Pertama, Indonesia adalah negara dengan berpenduduk Islam terbesar di dunia yang terbukti mampu menjaga keharmonisan hidup dengan penganut agama lain. Prinsip-prinsip hidup kebangsaan yang dipraktikkan di Indonesia telah teruji dan sangat memungkinkan untuk ditransformasikan di belahan negara lain, tanpa menggerus sedikitpun nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.
Kedua, Islam di Indonesia telah menjadi rujukan besar banyak negara, terutama berkaitan dengan relasi kehidupan antar umat beragama. Selama ini, kendati dianut mayoritas warganya, namun Islam di Indonesia sama sekali tak mencerminkan dan memuarakan rasa ketakutan, kecemasan atau ketakutan bagi penganut lain.
Ajaran dan praktik Islam yang membawa kedamaian bagi seluruh alam (rahmatan lilalamin) begitu kuat sehingga menciptakan keteduhan bersama. Peran besar sejumlah ormas seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun harmonisasi kehidupan beragama. Potensi besar ini pun diakui Presiden Jokowi.
Pada sambutan pembukaan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) yang digelar PBNU di Jakarta, Senin (7/8/2023), Jokowi menyebut tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Tuhan merujuk Vue Research Center mencapai 96% atau tertinggi di dunia.
baca juga: Protes Pembakaran Alquran, Demonstran Serbu Kedutaan Swedia di Bagdad
Tingginya kepercayaan ini diyakini berbanding lurus dengan moral masyarakatnya. Kesadaran akan perbedaan dan toleransi jadi salah satu bukti. Praktik kerukunan yang terpotret sangat baik ini bahkan sudah dan terus diadopsi sejumlah negara lain seperti Afghanistan demi mencegah ketegangan di internal mereka.
Ketiga, Indonesia adalah pemain utama di kancah global. Pengakuan ini setidaknya bisa tervalidasi lewat posisi Indonesia saat ini yang sangat aktif di sejumlah organisasi berlevel global sepertiG20. Bahkan 2022 lalu, Indonesia menjadi presidensi G20. Dua organisasi besar ini beranggotakan negara-negara kuat, utamanya dari sisi ekonomi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda