Perlu Strategi dan Kolaborasi Tepat Tekan Produksi Sampah Makanan
Rabu, 02 Agustus 2023 - 21:32 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua MPR Lestari Moedijat menilai perlu adanya strategi dan kolaborasi tepat terkait tingginya produksi sampah makanan di Tanah Air. Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara terbanyak memproduksi sampah makanan setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, mengatakan, saat ini Indonesia menghadapi sebuah paradoks di bidang pangan. "Di satu sisi sedang berupaya keras menjamin ketahanan pangan untuk mengantisipasi kemarau panjang, tapi di sisi lain kita menjadi bagian produsen sampah makanan di dunia," kata Rerie dalam diskusi daring bertema Tata Kelola Sampah Makanan Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (2/8/2023).
Menurut Rerie, per Mei 2023, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara terbanyak memproduksi sampah makanan setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat. Padahal, setiap periode krisis, bahkan setiap tahun, salah satu langkah antisipasi Indonesia adalah memastikan ketersediaan pangan.
Baca juga: Fenomena Sampah Makanan di Tengah Ancaman Pangan: Timbulkan Kerugian Rp551 Triliun per Tahun
"Ironinya Indonesia belum menyiapkan kebijakan yang memadai untuk mengurangi produksi sampah makanan," kata Rerie, legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu.
Berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama sejumlah lembaga, menunjukkan Indonesia membuang sampah makanan sekitar 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 atau setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun.
Kajian itu menyebutkan, sampah makanan menumpuk karena bahan makanan mentah yang belum diolah kemudian dibuang ketika proses pemilahan.
Rerie sangat berharap tata kelola pangan terutama pengelolaan komoditas lokal dapat menjadi perhatian bersama dan terus ditingkatkan efektivitasnya untuk menekan seminimal mungkin produksi sampah makanan nasional.
Deputi II Bidang Kerawanan Pangan Dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo mengungkapkan pihaknya sudah melakukan sejumlah upaya mencegah terjadinya food loss dan food waste. Menurutnya, food loss biasanya terjadi pada fase produksi, pascapanen/penyimpanan hingga pemrosesan pangan. Sedangkan food waste biasanya terjadi pada fase distribusi, pemasaran hingga konsumsi pangan.
Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, mengatakan, saat ini Indonesia menghadapi sebuah paradoks di bidang pangan. "Di satu sisi sedang berupaya keras menjamin ketahanan pangan untuk mengantisipasi kemarau panjang, tapi di sisi lain kita menjadi bagian produsen sampah makanan di dunia," kata Rerie dalam diskusi daring bertema Tata Kelola Sampah Makanan Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (2/8/2023).
Menurut Rerie, per Mei 2023, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara terbanyak memproduksi sampah makanan setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat. Padahal, setiap periode krisis, bahkan setiap tahun, salah satu langkah antisipasi Indonesia adalah memastikan ketersediaan pangan.
Baca juga: Fenomena Sampah Makanan di Tengah Ancaman Pangan: Timbulkan Kerugian Rp551 Triliun per Tahun
"Ironinya Indonesia belum menyiapkan kebijakan yang memadai untuk mengurangi produksi sampah makanan," kata Rerie, legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu.
Berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama sejumlah lembaga, menunjukkan Indonesia membuang sampah makanan sekitar 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 atau setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun.
Kajian itu menyebutkan, sampah makanan menumpuk karena bahan makanan mentah yang belum diolah kemudian dibuang ketika proses pemilahan.
Rerie sangat berharap tata kelola pangan terutama pengelolaan komoditas lokal dapat menjadi perhatian bersama dan terus ditingkatkan efektivitasnya untuk menekan seminimal mungkin produksi sampah makanan nasional.
Deputi II Bidang Kerawanan Pangan Dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo mengungkapkan pihaknya sudah melakukan sejumlah upaya mencegah terjadinya food loss dan food waste. Menurutnya, food loss biasanya terjadi pada fase produksi, pascapanen/penyimpanan hingga pemrosesan pangan. Sedangkan food waste biasanya terjadi pada fase distribusi, pemasaran hingga konsumsi pangan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda