Haji dan Humanisme

Minggu, 09 Juli 2023 - 10:21 WIB
Salah satu prioritas objek layanan dalam kesempatan ini, tentu adalah kelompok lansia. Dengan memberikan pelayanan terbaik pada mereka, maka salah satu masalah krusial dalam tata kelola jamaah haji, telah digenapi.

Memori Kolektif



Dalam benak orang tua kita, haji menjadi salah satu cita-cita yang menjadi tujuan dari kehidupaan. Tentu tidak luput dalam ingatan, betapa orang tua kita merasa bangga, tatkala memajang lukisan, gambar atau hasil kerajinan tangan berupa Kakbah, Masjid al-Haram, Masjid Nabawi di ruang tamu kita.

Mungkin, sekarang pemandangan ini jarang menghiasi rumah-rumah di Smartcity. Namun jika kita menyempatkan diri, menyapa keluarga-keluarga, yang di dalamnya terdapat orang tua, di pinggiran Jakarta, pemandangan ini masih ditemukan.

Harapan untuk bertamu ke Rumah Allah senantiasa menggelora di dada orang tua kita. Mereka rela menyisihkan sebagian pendapatannnya untuk pergi haji suatu saat nanti.

Tentu, di benak mereka senantiasa hidup asa untuk dapat berangkat haji kapanpun. Namun, melihat pada kondisi kekinian, maka berangkat haji dengan nomor antrean yang sudah ditetapkan, bak menunggu takdir yang datang pada mereka dalam waktu yang tidak dapat diprediksi.

Dalam benak mereka hanya muncul satu kepercayaan bahwa mereka akan menjadi tamu Tuhan di kala mereka siap, apapun keadaannya. Jika menengok ke belakang, keinginan untuk berangkat haji memang merupakan salah satu ciri khas dari masyarakat Islam di nusantara.

Henry Chambert-Lloir dalam triloginya Naik Haji di Masa Silam (2013), menukil cerita-cerita orang yang berangkat haji mulai dari Abad Pertengahan (sekitar abad XV M) hingga masa Orde Baru. Terlihat, betapa orang-orang yang naik haji menghadapi kerumitan tersendiri pada setiap kurun waktu.

Di zaman Wali Songo, berangkat haji senantiasa dinisbatkan dengan kegiatan pelayaran rempah antar benua, di mana para jamaah haji menghadapi kesulitan saat kapal layar harus bertarung melawan ombak.

Memasuki periode kolonial Hindia Belanda, para jamaah haji diuji kesabarannya, dikarenakan meraka kerap mendapat tekanan-tekanan secara sosial dan politik. Saat itu, orang yang pergi haji harus dipastikan tidak membawa motif untuk menentang kebijakan Pemerintah Kulit Putih.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More