Jalan Sulit Gerakan Mahasiswa Menolak Otoritarianisme Orde Baru
Kamis, 06 Juli 2023 - 08:10 WIB
Namun, Aldera tak gentar dan berhasil menciptakan momentum, sehingga mendapatkan perhatian publik serta dukungan dari masyarakat Indonesia.
Gelombang Besar Perubahan
Ada dua peristiwa penting yang melatari berdirinya Aldera, baik yang berakar dari gerakan mahasiswa maupun kelompok-kelompok dampingan yang menjadi korban langsung dari praktik otoritarian Orba.
Peristiwa pertama adalah demonstrasi di seberang Wisma DPR Kopo, pada 12 Januari 1993. Peristiwa kedua, demonstrasi Front Aksi Mahasiswa Indonesia (FAMI) yang berujung penangkapan 21 mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.
Selanjutnya, aktivis mahasiswa asal Jakarta, Bogor, dan Cianjur yang tertangkap di gedung MPR/DPR RI pada 14 Desember 1993, sebagian besar bergabung dengan Aldera. Sisanya bergabung dengan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Partai Rakyat Demokratik (PRD).
baca juga: Pesan Menyentuh untuk Kepergian Sipon Istri Penyair Korban Penculikan Orde Baru
Keterlibatan dalam kasus-kasus pertanahan dan pembelaan terhadap hak-hak politik rakyat telah mengubah kesadaran, bahwa gerakan moral tidak cukup memiliki daya pukul yang kuat untuk menjebol tembok kekuasaan. Namun perlu gerakan politik yang lebih berani, disiplin, dan efektif.
Untuk itu Aldera sebagai organ aksi yang telah ditetapkan sebagai organisasi dalam Kongres I Aldera, di Bogor, 12-13 September 1994, tidak bisa sekadar menjadi riak-riak perlawanan, melainkan harus menjadi gelombang besar bagi perubahaan.
Untuk alasan itu pula, Pius Lustrilanang ditunjuk menjadi Sekjen Aldera dalam forum restrukturisasi organisasi yang selanjutnya dianggap sebagai Kongres II Aldera di Bukit Sastra, Bandung. (halaman 159)
Penculikan Pius
Gelombang Besar Perubahan
Ada dua peristiwa penting yang melatari berdirinya Aldera, baik yang berakar dari gerakan mahasiswa maupun kelompok-kelompok dampingan yang menjadi korban langsung dari praktik otoritarian Orba.
Peristiwa pertama adalah demonstrasi di seberang Wisma DPR Kopo, pada 12 Januari 1993. Peristiwa kedua, demonstrasi Front Aksi Mahasiswa Indonesia (FAMI) yang berujung penangkapan 21 mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.
Selanjutnya, aktivis mahasiswa asal Jakarta, Bogor, dan Cianjur yang tertangkap di gedung MPR/DPR RI pada 14 Desember 1993, sebagian besar bergabung dengan Aldera. Sisanya bergabung dengan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Partai Rakyat Demokratik (PRD).
baca juga: Pesan Menyentuh untuk Kepergian Sipon Istri Penyair Korban Penculikan Orde Baru
Keterlibatan dalam kasus-kasus pertanahan dan pembelaan terhadap hak-hak politik rakyat telah mengubah kesadaran, bahwa gerakan moral tidak cukup memiliki daya pukul yang kuat untuk menjebol tembok kekuasaan. Namun perlu gerakan politik yang lebih berani, disiplin, dan efektif.
Untuk itu Aldera sebagai organ aksi yang telah ditetapkan sebagai organisasi dalam Kongres I Aldera, di Bogor, 12-13 September 1994, tidak bisa sekadar menjadi riak-riak perlawanan, melainkan harus menjadi gelombang besar bagi perubahaan.
Untuk alasan itu pula, Pius Lustrilanang ditunjuk menjadi Sekjen Aldera dalam forum restrukturisasi organisasi yang selanjutnya dianggap sebagai Kongres II Aldera di Bukit Sastra, Bandung. (halaman 159)
Penculikan Pius
Lihat Juga :
tulis komentar anda