Sihir yang Cantik
Sabtu, 24 Juni 2023 - 12:06 WIB
Berbeda dengan warganya, Wardan sebagai ketua RT merasa punya tanggung jawab. Ia pontang-panting mencari cara mendamaikan warganya. Ya, meskipun ternyata niat baik itu tidak berakhir baik-baik saja.
Nama Wardan ini kerap muncul. Dalam beberapa judul tertulis sebagai San Wardan. Tentu dengan peran berbeda. Misalnya saja di cerpen Kebangkitan San Wardan, ia seperti sedang membantu penulis untuk menguliti dirinya sendiri hidup-hidup. Temanya sendiri masih sama, yaitu permainan antara khayalan dan realitas. Tetap dengan aroma kejenakaan yang kental, sesuatu yang memang melekat pada AK Basuki.
Penulis juga tidak lupa membawa mitos lokal ke dalam karyanya. Misal tentang malam Jumat Kliwon dalam cerpen Hantu dan Tukang Tambal Ban. Karman adalah seorang tukang tambal ban. Lumrahnya tukang tambal ban, ia dan rekan seprofesinya kerap dituduh menebar paku di jalanan agar bengkelnya mendapat konsumen.
baca juga: Wapres Ma'ruf Amin Luncurkan Buku Merayakan Istiqlal
Suatu hari, saat rekan-rekan lainnya menghindari sebuah malam untuk bekerja, Karman memutuskan berangkat. Istrinya sudah mengingatkan, tetapi Karman tetap pada pilihannya. Dalam benaknya, mumpung tidak banyak saingan. Lalu, terjadilah.
“Tengah malam, sebuah mobil produksi Eropa berjungkir balik beberapa kali sebelum berhenti dengan menabrak pembatas jalan hanya beberapa puluh meter di depan bengkel tambal bannya. Semua penumpangnya mati. Anehnya, hantu-hantu mereka langsung duduk manis di hadapannya justru sebelum dia sempat berdiri untuk menghampiri tempat kejadian itu.” (Hantu dan Tukang Tambal Ban, halaman 104)
Tidak ada kesan jenaka di bagian itu sampai kita bertemu dengan kata ‘duduk manis’ yang membuyarkan seluruh kesan horor yang sejak awal terbangun. Belum lagi percakapan Karman dan sang hantu cantik yang mungkin membuat kita bertanya-tanya: apakah hantu memang seramah itu?
Ego manusia memang sumber konflik. AK Basuki tidak luput membawa tema itu seperti dalam cerpen Tali Sepatu. Ya, ini cerita tentang seutas tali yang biasa-biasa saja, bahkan cenderung buruk rupa karena termakan kondisi. Namun, bukan AK BAsuki jika tidak bisa membuat benda biasa menjadi luar biasa. Ia membuat tali itu bertuah: mampu mengusir rasa lapar dan raja hutan.
baca juga: Buku-Buku Terlarang Abad 21, Da Vinci Code Terjual 80 Juta Copy
“Lalu harimau itu, aku pun sebenarnya hilang akal dan hanya melakukan apa yang ada di pikiranku saja. Jika akhirnya pergi, mungkin karena dia memang tidak lapar atau malah baru saja mengudap babi hutan.” (Tali Sepatu, halaman 158)
Nama Wardan ini kerap muncul. Dalam beberapa judul tertulis sebagai San Wardan. Tentu dengan peran berbeda. Misalnya saja di cerpen Kebangkitan San Wardan, ia seperti sedang membantu penulis untuk menguliti dirinya sendiri hidup-hidup. Temanya sendiri masih sama, yaitu permainan antara khayalan dan realitas. Tetap dengan aroma kejenakaan yang kental, sesuatu yang memang melekat pada AK Basuki.
Penulis juga tidak lupa membawa mitos lokal ke dalam karyanya. Misal tentang malam Jumat Kliwon dalam cerpen Hantu dan Tukang Tambal Ban. Karman adalah seorang tukang tambal ban. Lumrahnya tukang tambal ban, ia dan rekan seprofesinya kerap dituduh menebar paku di jalanan agar bengkelnya mendapat konsumen.
baca juga: Wapres Ma'ruf Amin Luncurkan Buku Merayakan Istiqlal
Suatu hari, saat rekan-rekan lainnya menghindari sebuah malam untuk bekerja, Karman memutuskan berangkat. Istrinya sudah mengingatkan, tetapi Karman tetap pada pilihannya. Dalam benaknya, mumpung tidak banyak saingan. Lalu, terjadilah.
“Tengah malam, sebuah mobil produksi Eropa berjungkir balik beberapa kali sebelum berhenti dengan menabrak pembatas jalan hanya beberapa puluh meter di depan bengkel tambal bannya. Semua penumpangnya mati. Anehnya, hantu-hantu mereka langsung duduk manis di hadapannya justru sebelum dia sempat berdiri untuk menghampiri tempat kejadian itu.” (Hantu dan Tukang Tambal Ban, halaman 104)
Tidak ada kesan jenaka di bagian itu sampai kita bertemu dengan kata ‘duduk manis’ yang membuyarkan seluruh kesan horor yang sejak awal terbangun. Belum lagi percakapan Karman dan sang hantu cantik yang mungkin membuat kita bertanya-tanya: apakah hantu memang seramah itu?
Ego manusia memang sumber konflik. AK Basuki tidak luput membawa tema itu seperti dalam cerpen Tali Sepatu. Ya, ini cerita tentang seutas tali yang biasa-biasa saja, bahkan cenderung buruk rupa karena termakan kondisi. Namun, bukan AK BAsuki jika tidak bisa membuat benda biasa menjadi luar biasa. Ia membuat tali itu bertuah: mampu mengusir rasa lapar dan raja hutan.
baca juga: Buku-Buku Terlarang Abad 21, Da Vinci Code Terjual 80 Juta Copy
“Lalu harimau itu, aku pun sebenarnya hilang akal dan hanya melakukan apa yang ada di pikiranku saja. Jika akhirnya pergi, mungkin karena dia memang tidak lapar atau malah baru saja mengudap babi hutan.” (Tali Sepatu, halaman 158)
Lihat Juga :
tulis komentar anda