Sihir yang Cantik
Sabtu, 24 Juni 2023 - 12:06 WIB
“Benda seperti tali sepatu dalam perut saya ini hanyalah sebuah benda. Manusialah yang membuatnya jadi ajaib dengan menghubung-hubungkan setiap kemungkinan dan mengesampingkan pelajaran logis yang sebenarnya ada dalam setiap kejadian.” (Tali Sepatu, halaman 159)
Dari dua kutipan itu sudah jelas, bahwa pikiran manusia begitu kuat hingga mampu mengaburkan realitas dan membuat segala hal tambah rumit.
Yang Berputar-putar di Otak Kita
Seperti ungkapan “… beribadah dengan dengan akal budimu!” yang tertulis di halaman 247, kita pun harus pandai membaca dengan akal budi. Dan, kita pun tahu, membaca di sini bukan melulu tulisan, tetapi juga situasi.
Bicara soal membaca, ketika menengok daftar isi, saya cukup terkejut. Mungkin Anda juga akan mengalami hal yang sama. Atau mungkin juga tidak terkejut, mengingat judul buku ini saja sudah memberi tahu isinya. Yap, something magical―sesuatu yang ajaib. Dan, betulan ajaib. Sebab, dari sebagian judul yang beraroma horor, ternyata meninggalkan sesuatu yang benar-benar lain ketika selesai membacanya. Beberapa lainnya mungkin akan membuat Anda senyum-senyum sendiri, atau malah tertawa terbahak-bahak seperti yang saya alami.
Anda mungkin juga akan segera tahu bahwa sejatinya penulis tidak bermaksud menakut-nakuti. Aroma horor dan seram memang tetap menggantung di udara, tetapi tidak membuat Anda lantas tersesat. Saya berani jamin itu
Sasti Gotama dalam pengantarnya mengatakan bahwa ini adalah jenis ketersesatan yang membuat pembaca tidak tersesat. Bagi saya, ini humor yang tidak diniatkan awalnya untuk membuat pembaca tertawa. Akan tetapi, itu terjadi. Kalaupun tidak terbahak-bahak, lengkung senyum mestilah terbit.
baca juga: Buku dan Kertas Berlalu
Saya juga setuju dengan pendapat Sasti lainnya, bahwa buku ini sarat pelajaran tanpa nada menggurui. Dan, tentunya, tiap pembaca akan menyerap pelajaran atau tafsir yang berbeda, bergantung kepada seberapa dalam kisah itu menyentuhnya.
Tenang saja. Tidak semua cerpen di sini disampaikan secara jenaka. Ada beberapa yang cukup serius sejak awal sampai akhir. Misalnya saja cerpen Kuburan Anjing, Ventriloquist, dan Cahaya Rembulan Malam Ini Dikalahkan Mendung. Bagi yang pernah membaca dwilogi Saman dan Larung karya Ayu Utami, cerpen Cahaya Rembulan Malam Ini Dikalahkan Mendung memiliki relasi after taste yang dekat sekali.
Dari dua kutipan itu sudah jelas, bahwa pikiran manusia begitu kuat hingga mampu mengaburkan realitas dan membuat segala hal tambah rumit.
Yang Berputar-putar di Otak Kita
Seperti ungkapan “… beribadah dengan dengan akal budimu!” yang tertulis di halaman 247, kita pun harus pandai membaca dengan akal budi. Dan, kita pun tahu, membaca di sini bukan melulu tulisan, tetapi juga situasi.
Bicara soal membaca, ketika menengok daftar isi, saya cukup terkejut. Mungkin Anda juga akan mengalami hal yang sama. Atau mungkin juga tidak terkejut, mengingat judul buku ini saja sudah memberi tahu isinya. Yap, something magical―sesuatu yang ajaib. Dan, betulan ajaib. Sebab, dari sebagian judul yang beraroma horor, ternyata meninggalkan sesuatu yang benar-benar lain ketika selesai membacanya. Beberapa lainnya mungkin akan membuat Anda senyum-senyum sendiri, atau malah tertawa terbahak-bahak seperti yang saya alami.
Anda mungkin juga akan segera tahu bahwa sejatinya penulis tidak bermaksud menakut-nakuti. Aroma horor dan seram memang tetap menggantung di udara, tetapi tidak membuat Anda lantas tersesat. Saya berani jamin itu
Sasti Gotama dalam pengantarnya mengatakan bahwa ini adalah jenis ketersesatan yang membuat pembaca tidak tersesat. Bagi saya, ini humor yang tidak diniatkan awalnya untuk membuat pembaca tertawa. Akan tetapi, itu terjadi. Kalaupun tidak terbahak-bahak, lengkung senyum mestilah terbit.
baca juga: Buku dan Kertas Berlalu
Saya juga setuju dengan pendapat Sasti lainnya, bahwa buku ini sarat pelajaran tanpa nada menggurui. Dan, tentunya, tiap pembaca akan menyerap pelajaran atau tafsir yang berbeda, bergantung kepada seberapa dalam kisah itu menyentuhnya.
Tenang saja. Tidak semua cerpen di sini disampaikan secara jenaka. Ada beberapa yang cukup serius sejak awal sampai akhir. Misalnya saja cerpen Kuburan Anjing, Ventriloquist, dan Cahaya Rembulan Malam Ini Dikalahkan Mendung. Bagi yang pernah membaca dwilogi Saman dan Larung karya Ayu Utami, cerpen Cahaya Rembulan Malam Ini Dikalahkan Mendung memiliki relasi after taste yang dekat sekali.
Lihat Juga :
tulis komentar anda