Transformasi Budaya Pangan Asal Kenyang
Selasa, 20 Juni 2023 - 16:19 WIB
Budaya makan antara Indonesia dan Ukraina berbeda pada pola konsumsi protein hewani. Tingkat konsumsi protein hewani Ukraina jauh lebih tinggi dari tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia (Leeuwen et. al, 2012). Demikian pula konsumsi sayur dan buah. Agar GHI setara dengan negara maju dan kualitas SDM membaik tak ada jalan lain bagi Indonesia selain mentransformasi budaya pangan asal kenyang ke budaya pangan yang menyehatkan dan mencerdaskan.Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan kebijakan makro yang pro-pembangunan pertanian berbasis tropis: berbasiskan keanekaragaman.
Pertama, pola produksi pangan monokultur, apalagi skala luas, harus diakhiri. Praktik produksi monokultur merupakan pengingkaran nyata terhadap sifat intrinsik alam tropis yang berciri kaya keanekaragaman baik dalam satuan luas maupun waktu. Sebagai gantinya, pola produksi polikultur harus dipromosikan. Dengan praktik tumpang sari atau sistem pertanian terintegrasi dan tertutup memungkinkan praktik polikultur jadi optimal.
Kedua, mempromosikan budaya makan sehat dan cerdas dengan mengandalkan pangan pola produksi polikultur. Diversifikasi pangan bisa ditempuh dengan pencampuran aneka jenis tanaman dalam bentuk tepung. Sentuhan teknologi lewat riset intensif diperlukan.
Ketiga, pertanian skala kecil (gurem) dan pertanian keluarga tetap menjadi pilar terpenting dalam pola produksi politikultur dan budaya makan sehat dan cerdas. Dengan segala keterbatasannya, mereka adalah penyedia utama pangan, penjaga sistem pangan, dan ketahanan pangan yang riil. Karena itu mereka perlu ditransformasikan jadi pertanian skala menengah dengan memberi akses pada sumber daya produktif.
Keempat, integrasi pembangunan pertanian-perdesaan dengan industri. Diakui atau tidak, kontribusi besar pertanian selama ini dibalas dengan penganaktirian. Integrasi pertanian-perdesaan dengan industri akan memberi fondasi yang kuat bagi tegaknya budaya pangan sehat dan cerdas.
Pertama, pola produksi pangan monokultur, apalagi skala luas, harus diakhiri. Praktik produksi monokultur merupakan pengingkaran nyata terhadap sifat intrinsik alam tropis yang berciri kaya keanekaragaman baik dalam satuan luas maupun waktu. Sebagai gantinya, pola produksi polikultur harus dipromosikan. Dengan praktik tumpang sari atau sistem pertanian terintegrasi dan tertutup memungkinkan praktik polikultur jadi optimal.
Kedua, mempromosikan budaya makan sehat dan cerdas dengan mengandalkan pangan pola produksi polikultur. Diversifikasi pangan bisa ditempuh dengan pencampuran aneka jenis tanaman dalam bentuk tepung. Sentuhan teknologi lewat riset intensif diperlukan.
Ketiga, pertanian skala kecil (gurem) dan pertanian keluarga tetap menjadi pilar terpenting dalam pola produksi politikultur dan budaya makan sehat dan cerdas. Dengan segala keterbatasannya, mereka adalah penyedia utama pangan, penjaga sistem pangan, dan ketahanan pangan yang riil. Karena itu mereka perlu ditransformasikan jadi pertanian skala menengah dengan memberi akses pada sumber daya produktif.
Keempat, integrasi pembangunan pertanian-perdesaan dengan industri. Diakui atau tidak, kontribusi besar pertanian selama ini dibalas dengan penganaktirian. Integrasi pertanian-perdesaan dengan industri akan memberi fondasi yang kuat bagi tegaknya budaya pangan sehat dan cerdas.
(wur)
tulis komentar anda