Pancasila Jalan Tengah Mempersatukan Keberagaman Indonesia
Minggu, 11 Juni 2023 - 22:50 WIB
Dalam undang-undang itu dijelaskan setiap materi muatan kebijakan negara, tidak boleh bertentangan dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila. "Bagaimana regulasi dan kebijakan politik itu bisa mendukung terealisasinya nilai-nilai Pancasila, supaya nilai Pancasila itu tidak terkoyak oleh perilaku-perilaku yang tidak baik," katanya.
Hariyono menguraikan ketika ditemukan ada pelanggaran atau kesalahan, maka bukan Pancasila yang gagal tetapi tantangan. Menurutnya, karena Pancasila sebagai sebuah idealitas, maka harus diperjuangkan dari realitas yang ada. Caranya melalui penyadaran, pembuatan peraturan perundang-undangan, sehingga aparatur negara harus menjadi teladan. Ini penting karena krisis ketelakuan ini akan mendorong masyarakat mengalami disorientasi.
"Inilah tantangan kita masih ada oknum atau kelompok yang menjadikan Pancasila sebagai sebuah jargon atau lip service. Sementara perilakunya sendiri tidak menjerminkan nilai-nilai keluhuran, dan nilai Pancasila. Itu tantangan kita supaya nanti masyarakat bisa menjadi lebih kritis," kata Hariyono.
Menurutnya, Pancasila sebagai laku itu harus diperjuangkan secara terus-menerus, tidak hanya sebagai jargon maupun sebagai identitas belaka. Namun bagaimana seluruh anak bangsa bersama-sama untuk menjaga marwah dari Pancasila itu sendiri. Di sinilah Pancasila tidak hanya menjadi tujuan dalam hidup berbangsa, tetapi juga menjadi tolok ukur dalam kehidupan sehari-hari.
Hariyono berpendapat, pentingnya edukasi Pancasila bagi generasi bangsa. Pancasila tidak mungkin bisa menjadi nilai yang diterapkan dan diterima oleh anak muda begitu saja tanpa ada proses sosialisasi dan perjuangan. Pasalnya nilai-nilai Pancasila itu bukan warisan biologis tapi warisan kultural, sehingga perlu ada sosialisasi dan internalisasi.
"Sosialisasi internalisasi yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Makanya justru di sini nilai-nilai Pancasila seyogianya itu dikembangkan, mulai pendidikan anak usia dini sampai pendidikan tinggi," katanya.
Hariyono menguraikan ketika ditemukan ada pelanggaran atau kesalahan, maka bukan Pancasila yang gagal tetapi tantangan. Menurutnya, karena Pancasila sebagai sebuah idealitas, maka harus diperjuangkan dari realitas yang ada. Caranya melalui penyadaran, pembuatan peraturan perundang-undangan, sehingga aparatur negara harus menjadi teladan. Ini penting karena krisis ketelakuan ini akan mendorong masyarakat mengalami disorientasi.
"Inilah tantangan kita masih ada oknum atau kelompok yang menjadikan Pancasila sebagai sebuah jargon atau lip service. Sementara perilakunya sendiri tidak menjerminkan nilai-nilai keluhuran, dan nilai Pancasila. Itu tantangan kita supaya nanti masyarakat bisa menjadi lebih kritis," kata Hariyono.
Menurutnya, Pancasila sebagai laku itu harus diperjuangkan secara terus-menerus, tidak hanya sebagai jargon maupun sebagai identitas belaka. Namun bagaimana seluruh anak bangsa bersama-sama untuk menjaga marwah dari Pancasila itu sendiri. Di sinilah Pancasila tidak hanya menjadi tujuan dalam hidup berbangsa, tetapi juga menjadi tolok ukur dalam kehidupan sehari-hari.
Hariyono berpendapat, pentingnya edukasi Pancasila bagi generasi bangsa. Pancasila tidak mungkin bisa menjadi nilai yang diterapkan dan diterima oleh anak muda begitu saja tanpa ada proses sosialisasi dan perjuangan. Pasalnya nilai-nilai Pancasila itu bukan warisan biologis tapi warisan kultural, sehingga perlu ada sosialisasi dan internalisasi.
"Sosialisasi internalisasi yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Makanya justru di sini nilai-nilai Pancasila seyogianya itu dikembangkan, mulai pendidikan anak usia dini sampai pendidikan tinggi," katanya.
(abd)
tulis komentar anda