Pancasila Jalan Tengah Mempersatukan Keberagaman Indonesia

Minggu, 11 Juni 2023 - 22:50 WIB
loading...
Pancasila Jalan Tengah...
Pancasila merupakan ideologi negara yang telah disepakati oleh para ulama dan pendiri negera. FOTO ILUSTRASI/DOK.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pancasila merupakan ideologi negara yang telah disepakati oleh para ulama dan pendiri negera. Umat Islam menyebut Pancasila sebagai konsep wasathiyah atau jalan tengah yang mampu mempersatukan keberagaman Indonesia.

Dengan Pancasila, Indonesia sebagai sebuah bangsa mempunyai tanggung jawab untuk ikut menciptakan perdamaian dunia.

"Jadi tidak menjadi negara agama, tapi sekaligus tidak antiagama. Tidak menjadi negara individualis, iya memberi kebebasan kepada individu, tapi juga menghargai kepentingan publik," kata Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof Hariyono dalam keterangannya, Minggu (11/6/2023).



"Justru Pancasila memberi ruang bagi setiap komunitas agama itu menghargai eksistensi kemanusiaan dan keyakinan setiap orang," katanya.

Menurut Hariyono, contoh ideal implementasi Pancasila dalam tataran sosial adalah saling menghargai hak warga negara untuk mengakui, dan mengamalkan ibadah sesuai dengan keyakinannya. Kemudian, memperlakukan orang secara adil dan beradab.

Karena itu, kesetaraan antarwarga negara, tidak peduli mayoritas atau minoritas. Setiap warga negara itu memiliki posisi yang setara di depan hukum. Inilah prinsip negara yang modern, sehingga Indonesia sebagai negara bangsa itu bersifat inklusif.

"Inilah yang dibutuhkan kedewasaan, karena faktanya masih ada sebagian oknum agama atau oknum tokoh tertentu yang memaksakan atau melarang keyakinannya pada orang lain," katanya.



Mantan Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini mengungkapkan Pancasila sebagai falsafah dasar negara memberi ruang bagi setiap komunitas agama untuk menghargai eksistensi kemanusiaan. Juga keyakinan setiap orang dan mengatur tata telola dan pemerintahan yang tercantum dalam Undang-Undang 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan.

Dalam undang-undang itu dijelaskan setiap materi muatan kebijakan negara, tidak boleh bertentangan dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila. "Bagaimana regulasi dan kebijakan politik itu bisa mendukung terealisasinya nilai-nilai Pancasila, supaya nilai Pancasila itu tidak terkoyak oleh perilaku-perilaku yang tidak baik," katanya.

Hariyono menguraikan ketika ditemukan ada pelanggaran atau kesalahan, maka bukan Pancasila yang gagal tetapi tantangan. Menurutnya, karena Pancasila sebagai sebuah idealitas, maka harus diperjuangkan dari realitas yang ada. Caranya melalui penyadaran, pembuatan peraturan perundang-undangan, sehingga aparatur negara harus menjadi teladan. Ini penting karena krisis ketelakuan ini akan mendorong masyarakat mengalami disorientasi.

"Inilah tantangan kita masih ada oknum atau kelompok yang menjadikan Pancasila sebagai sebuah jargon atau lip service. Sementara perilakunya sendiri tidak menjerminkan nilai-nilai keluhuran, dan nilai Pancasila. Itu tantangan kita supaya nanti masyarakat bisa menjadi lebih kritis," kata Hariyono.

Menurutnya, Pancasila sebagai laku itu harus diperjuangkan secara terus-menerus, tidak hanya sebagai jargon maupun sebagai identitas belaka. Namun bagaimana seluruh anak bangsa bersama-sama untuk menjaga marwah dari Pancasila itu sendiri. Di sinilah Pancasila tidak hanya menjadi tujuan dalam hidup berbangsa, tetapi juga menjadi tolok ukur dalam kehidupan sehari-hari.

Hariyono berpendapat, pentingnya edukasi Pancasila bagi generasi bangsa. Pancasila tidak mungkin bisa menjadi nilai yang diterapkan dan diterima oleh anak muda begitu saja tanpa ada proses sosialisasi dan perjuangan. Pasalnya nilai-nilai Pancasila itu bukan warisan biologis tapi warisan kultural, sehingga perlu ada sosialisasi dan internalisasi.

"Sosialisasi internalisasi yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Makanya justru di sini nilai-nilai Pancasila seyogianya itu dikembangkan, mulai pendidikan anak usia dini sampai pendidikan tinggi," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1519 seconds (0.1#10.140)