Efisiensi Logistik untuk Daya Saing Indonesia
Senin, 05 Juni 2023 - 08:29 WIB
Dimensi Timelines (dari 3,7 menjadi 3,3) dan Tracking & Tracing (dari 3,3 menjadi 3,0), diikuti International Shipments (dari 3,2 menjadi 3,0), dan Logistics Competence & Quality (dari 3,1 menjadi 2,9). Dimensi Timeliness didefinisikan oleh LPI sebagai frekuensi pengiriman yang mencapai penerima dalam waktu pengiriman yang sudah dijadwalkan.
Indonesia mengalami penurunan skor Timeliness diduga disebabkan oleh adanya bottlenecks di Pelabuhan akibat disrupsi rantai pasok yang terjadi pasca pandemi dan keadaan geopolitik dunia yang tidak stabil. Selanjutnya, penurunan skor Tracking & Tracing yang berkaitan dengan kemampuan untuk melacak kiriman tersebut tak lain akibat implementasi logistics tracking system di Indonesia yang masih tergolong rendah.
Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya dukungan teknologi informasi dan komunikasi yang belum memadai, kurangnya stimulus kebijakan serta rendahnya efisiensi kelembagaan yang terpadu. Sementara itu, rendahnya skor International Shipments yang berkaitan dengan kemudahan mengatur dan mengelola harga pengiriman internasional merupakan akibat harga pengiriman internasional Indonesia yang masih kurang kompetitif jika dibandingkan dengan negara lainnya.
Pengelolaan kinerja logistik nasional menjadi salah satu aspek penting bagi calon investor sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan bisnis di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi akan berpengaruh pada minat investor, sehingga perencanaan sistem logistik yang baik dan komprehensif akan mempercepat proses transformasi struktural perekonomian menuju capaian daya saing yang tinggi di 2045.
Logistik dan Daya Saing Indonesia
Sebagai negara kepulauan, peranan logistik dalam pergerakan aliran barang di dalam memegang peranan penting yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat saja, melainkan juga sebagai wahana untuk mengantarkan hasil produksi pertanian, pertambangan dan industri agar dapat digunakan dan dipasarkan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itu, Indonesia sangat perlu untuk memberikan perhatian penuh dan mengembangkan strategi yang tepat di bidang logistik agar bisa meningkatkan daya saing.
Ketersedian barang di banyak wilayah di Indonesia harus didukung oleh manajemen rantai pasok dan logistik yang mumpuni agar produk-produk dapat dijangkau konsumen dengan cepat dan murah. Mata rantai logistic yang terlalu panjang dan berbelit dapat menjadikan logistik tidak efisien dan efektif. Jika mata rantai dapat dibuat menjadi lebih pendek, maka bisa dipastikan bahwa biaya logistik dapat menjadi lebih efisien.
Logistik diukur dengan berbagai dimensi, yang berarti dalam pelaksanaanya melibatkan beberapa Lembaga/kementrian. Hal yang tidak dalam realisasinya, dan itu terlihat dari penilaian LPI pada indeks logistik Indonesia. Pemerintah sudah memperbaiki konektivitas antarwilayah di Indonesia, tetapi pemanfaatan teknologi informasi (integrasi data) dalam managemen logistik, belum dijalankan secara optimal.
Hal itu yang menyebabkan beberapa dimensi (timelines, tracking and trading) mengalami penurunan. Sistem logistik di Indonesia masih belum berfungsi secara optimal tersebut, juga menyebabkan daya saing Indonesia saat ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni berada di posisi ke-44 dari posisi 37 di tahun 2021.
Biaya logistik di Indonesia – khusunya di Pelabuhan – mencapai 17% dari keseluruhan biaya operasional usaha. Biaya ini sangat tinggi dibandingkan negara-negara di satu kawasan, seperti Malaysia hanya membutuhkan 8%, Filipina 7% dan Singapura 6% dari biaya operasionalnya.
Indonesia mengalami penurunan skor Timeliness diduga disebabkan oleh adanya bottlenecks di Pelabuhan akibat disrupsi rantai pasok yang terjadi pasca pandemi dan keadaan geopolitik dunia yang tidak stabil. Selanjutnya, penurunan skor Tracking & Tracing yang berkaitan dengan kemampuan untuk melacak kiriman tersebut tak lain akibat implementasi logistics tracking system di Indonesia yang masih tergolong rendah.
Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya dukungan teknologi informasi dan komunikasi yang belum memadai, kurangnya stimulus kebijakan serta rendahnya efisiensi kelembagaan yang terpadu. Sementara itu, rendahnya skor International Shipments yang berkaitan dengan kemudahan mengatur dan mengelola harga pengiriman internasional merupakan akibat harga pengiriman internasional Indonesia yang masih kurang kompetitif jika dibandingkan dengan negara lainnya.
Pengelolaan kinerja logistik nasional menjadi salah satu aspek penting bagi calon investor sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan bisnis di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi akan berpengaruh pada minat investor, sehingga perencanaan sistem logistik yang baik dan komprehensif akan mempercepat proses transformasi struktural perekonomian menuju capaian daya saing yang tinggi di 2045.
Logistik dan Daya Saing Indonesia
Sebagai negara kepulauan, peranan logistik dalam pergerakan aliran barang di dalam memegang peranan penting yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat saja, melainkan juga sebagai wahana untuk mengantarkan hasil produksi pertanian, pertambangan dan industri agar dapat digunakan dan dipasarkan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itu, Indonesia sangat perlu untuk memberikan perhatian penuh dan mengembangkan strategi yang tepat di bidang logistik agar bisa meningkatkan daya saing.
Ketersedian barang di banyak wilayah di Indonesia harus didukung oleh manajemen rantai pasok dan logistik yang mumpuni agar produk-produk dapat dijangkau konsumen dengan cepat dan murah. Mata rantai logistic yang terlalu panjang dan berbelit dapat menjadikan logistik tidak efisien dan efektif. Jika mata rantai dapat dibuat menjadi lebih pendek, maka bisa dipastikan bahwa biaya logistik dapat menjadi lebih efisien.
Logistik diukur dengan berbagai dimensi, yang berarti dalam pelaksanaanya melibatkan beberapa Lembaga/kementrian. Hal yang tidak dalam realisasinya, dan itu terlihat dari penilaian LPI pada indeks logistik Indonesia. Pemerintah sudah memperbaiki konektivitas antarwilayah di Indonesia, tetapi pemanfaatan teknologi informasi (integrasi data) dalam managemen logistik, belum dijalankan secara optimal.
Hal itu yang menyebabkan beberapa dimensi (timelines, tracking and trading) mengalami penurunan. Sistem logistik di Indonesia masih belum berfungsi secara optimal tersebut, juga menyebabkan daya saing Indonesia saat ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni berada di posisi ke-44 dari posisi 37 di tahun 2021.
Biaya logistik di Indonesia – khusunya di Pelabuhan – mencapai 17% dari keseluruhan biaya operasional usaha. Biaya ini sangat tinggi dibandingkan negara-negara di satu kawasan, seperti Malaysia hanya membutuhkan 8%, Filipina 7% dan Singapura 6% dari biaya operasionalnya.
tulis komentar anda